Jumat, 29 September 2017

IMM dan Kebhinekaan dalam Sudut Pandang Mahasiswa Teknik

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir ketika keadaan bangsa penuh dengan gejolak dan permasalahan persatuan, kesatuan dan keutuhan NKRI. Menurut sejarah IMM ini lahir ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) ini sedang menggerogoti jantung Pemerintahan dengan mengandalkan Soekarno sebagai tameng, dimana zaman itu jelas bahwa Soekarno Menganak Emaskan PKI dan tidak akan membubarkannya. Karena memiliki kekuatan penuh yang di pegang oleh PKI, maka Partai Komunis selalu meneriakkan untuk Membubarkan sala satu organisasi Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada waktu itu HMI melihat kondisinya yang semakin rawan dan membahayakan tidak tinggal diam, dengan segala usaha untuk kembali berdiri kokoh dan menepis badai besar serangan dari PKI yang sangat ingin membubarkannya.
Disitulah ketika HMI mau di bubarkan, IMM berdiri, yang membuat perspektif banyak orang yang mengatakan bahwa IMM itu lahir untuk menampung anggota-anggota HMI.walaupun itu kurang rasional. Yang benar dan rasional atas data dan fakta yang ada, adalah IMM membantu dan turut serta mempertahankan HMI dari usaha-usaha PKI yang selalu ingin membubarkannya.

Begitulah sedikit cerita napak tilas kehidupan IMM dalam masa kelahirannya, yang ternyata kelahirannya saja sudah di hadapkan pada permasalahan yang menurut penulis sangat berbahaya yaitu masalah persatuan, kesatuan, dan keutuhan Negara yang pada masa itu PKI sebenarnya sangat ingin menjadikan negara Indonesia ini berideologi Komunis.

Dari perjalanan sejarah sampai Ideologi yang di miliki Muhammadiyah itu sendiri sudah sangat jelas bahwa Muhammadiyah ataupun IMM pada khususnya sudah seharusnya merawat kebhinekaan negara dan bangsa Indonesia ini. Yang termaktub dalam deklarasi solo point ke 5 yang menjelaskan bahwa “ IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku”. Yang penulis yakini bahwa IMM tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang menjurus kepada makar ataupun untuk merusak kebhinekaan dan kesatuan Negara, Karena deklarasi point 5 itu sudah sangat jelas, bahwa menyakini apa peraturan, undang-undang, dan bahkan falsafah negara yang sudah di bentuk orang-orang yang peduli dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Dan sangat jelas termaktub dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah point kelima “ Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah di karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negera Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadi suatu Negara yang adil dan makmur dan di ridhai Allah SWT, Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghaffur”. Ini sudah sangat menjelaskan lagi bahwa Muhammadiyah akan selalu mendukung kebijakan-kebijakan Pemerintahan apabila pemerintahan itu benar-benar adil dan mensejahterakan rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat, tapi apabila kebijakan-kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah sangat kontra terhadap kehidupan kesejahteraan rakyat Indonesia maka sudah jelas dalam Matan Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tidak tinggal diam dan mengikuti pemerintahan saja tapi akan ikut andil untuk memperbaiki keadaan bangsa yang rusak oleh oknum-oknum yang duduk pemerintahan yang hanya ingin memperkaya dirinya saja. Dan Muhammadiyah jelas tidak akan berdiri sendiri tapi mengajak seluruh lapisan bangsa Indonesia untuk melawan segala bentuk penindasan yang mengakibatkan kesengsaraan, karna keyakinan dan cita-cita hidup kader Muhammadiyah jelas bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini harus hidup adil, sejahtera, makmur dan yang jelas di ridhoi oleh Allah SWT.
Menarik lagi pada sejarah kenapa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu berdiri. Yang pada waktu yang di bahas panjang lebar oleh bapak-bapak Muhammadiyah yang waktu itu menjabat di structural Muhammadiyah. Dari berbagai permasalahan peribadahan yang bercampur aduk dengan Takhayyul, Bid’ah, Khuraffat, dan parahnya masyarakat yang lebih mengikuti perkataan ulama dari pada Quran dan Hadits. Persoalan itu pun belum menyangkut masalah-masalah dalam internal Muhammadiyah itu sendiri yang tarik menarik akan keinginan menunjukkan identitasnya sebagai gerakan islam, gerakan dakwah dan pembaharuan, dengan kemauan organisasi sebagai alat juang. Setelah berbagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi pasca kemerdekaan memberi hadangan berat untuk Muhamamdiyah untuk memberi kepastiaan bagi kehidupan Umat. Contohnya pergeseran kehidupan masyarakat pedesaan ke masyarakat perkotaan. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan berat di atas maka Muhammadiyah memerlukan dan membutuhkan sekelompok kader yang tidak saja mantap di bidang ideologinya tapi juga andal di bidang keahlian, dan professional dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi. Dan untuk itu, masyarakat mahasiswalah sebagai salah satu kader alternative yang diinginkan Muhammadiyah yang dapat mengelola tatanan baru bagi kehidupan masayarakat Indonesia kedepannya dengan membentuk kultur baru bagi kehidupan umat. Dari sinilah embrio IMM itu lahir.
Dari perjalanan sejarah diatas, bagaimana embrio IMM itu lahir, menurut penulis sudah sangat jelas bahwa Muhammadiyah sangat mengharapkan kader-kader Mahasiswa yang di miliki Muhammadiyah ini untuk bisa memberi nafas perjuangan yang baru Karena keahlian dan profesionalitas yang di miliki mahasiswa dari hasil belajarnya selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Apalagi di zaman yang serba modern ini, di mana permasalahan-permasalahan masyarakat yang semakin komplek yang mana untuk menyelesaikan itu semua, tidak dengan menggunakan disiplin ilmu satu saja, tapi perlu disiplin-disiplin ilmu lainnya. Seperti contohnya, penulis adalah seorang mahasiswa teknik yang pada intinya kerjanya untuk membangun peradaban lewat pembangunan infrastruktur-infrastruktur di negara. Tapi dalam proses pembangunan itu sudah sangat jelas bahwa tidak Cuma ilmu keteknikan yang di pakai, tapi banyak yang di gunakan. Contohnya bagaimana manajemen pembangunannya, bagaimana ekonominya yang pastinya perlu pengeluaran dan pemasukan yang perlu di kelola secara ekonomis, dan lagi bagaimana ilmu yang hukum yang digunakan dalam pembangunan, contohnya Izin Pembangunan, Hukum Perburuhan, Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang kesemua itu adalah produk-produk hukum yang harusnya di pahami orang-orang teknisi dan insinyur-insinyur, dan paling jelas adalah ilmu sosial dan keagamaannya dimana membangun sesuatu itu tidak asal membangun tapi bagaimana sisi-sisi kemanusiaannya benar-benar tercapai dan mengena. Membangun kok merusak alam sekitar? Membangun kok mengambil air masayarakat? Membangun kok menderitakan rakyat?

Konsep pembangunan yang penulis pahami setelah terjadi pembangunan adalah membawa masayarakat yang tidak tau menjadi tau, yang miskin menjadi kaya, yang bodoh menjadi pintar, yang jelas membawa sesuatu yang buruk menjadi lebih baik. Konsep #engineersadarsekitar adalah konsep yang sudah harus di kampanyekan dan di dengungkan di seluruh lapisan kehidupan seorang engineer. Karena pada perjalanannya engineer selalu saja membangun sesuka hatinya tanpa memperdulikan sekitarnya, ada hukum yang mengikat di terobos saja, ada kehidupan sosial yang perlu di perbaiki, tapi di tinggalkan aja.

Sudah jelas, bahwa penulis bersama teman-teman sebagai kader Muhammadiyah yang bergelut dan sedang menempuh kuliah yang memberi keahlian pada bidang keteknikan, harapan Muhammadiyah jelas bahwa Muhammadiyah membutuhkan Kader-kader yang memiliki keahlian-keahlian khusus yang nantinya bisa membangun sebuah tatanan kehidupan yang baru, adil, sejahtera, makmur dan di ridhoi Allah SWT. Maka sudah jelas dengan ilmu keteknikan yang dimiliki penulis ataupun teman-teman penulis yang bergelut di dunia keteknikan sudah seharusnya untuk memikirkan bagaimana memperbaiki dan membangun sebuah tatanan dan peradaban kehidupan baru yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Bukan memperbaiki asal memperbaiki, membangun asal membangun Karena hakikatnya seorang teknisi ini harus sadar akan sekitarnya dan membangun untuk peradaban kehidupan baru yang lebih baik lagi sehingga kehidupan bangsa ini tidak merusak kesatuan antara si kaya dan si miskin, si hitam dan si putih, si islam dan si non islam ataupun itu.

Sering-sering Ngaca!

Indonesia sudah terlalu banyak orang yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri, padahal dia tidak pernah sadar bahwa ego nya itu mengusik ego bersama.

Saya kadang risih dengan orang-orang yang paling kuat kalau ngejek tapi ketika giliran diejek langsung ngamuk dan marah. Yang paling kuat buat orang kecewa, tapi ketika baru di kecewain sekali aja langsung juara ngambeknya. Harusnya orang-orang organisasilah yang bisa menyelesaikan masalah ini, kenapa? Karena mereka lebih memilih menekan ego bersama daripada ego sendiri, tapi kenyataannya jauh dari harapan. Menjadi orang rendah hati itu sangat harus di lakukan kali ya, bahkan kalau bisa rendah diri, jadi kalau di ejek itu yaa tidak papa, orangnya aja udah nganggap dirinya rendah kok, kalau di kecewain, yaa biarin orang rendah mah pantas di kecewain. Atau bagaimana? Karena menurutku orang-orang macam ini masih terlalu banyak berkeliaran di muka bumi ini. Yaa kalau gak mau di jelekin, di ledekin, di becandain, di boongin, di kecewain yaa nyadar juga gitu, pernah tidak melakukan hal yang sama, jangan main marah aja, main ngambek aja, main hantam saja, main pukul saja. Punya kaca gak sih om dan tante ini? Saya pun merasa kadang saya masih seperti itu, wajar sebagai manusia kita memiliki ego yang tinggi, tapi bukan alasan untuk melakukan apapun sesuka kita. Mari saling berbenah diri, dan saling terbuka, orang Tuhan aja masih bisa memaafkan hambanya yang melakukan kejahatan apalagi kita yang bukan apa-apa. Kalau saranku sih ke om dan tante sekalian mah kalau kuat ngejek ya harus siap di ejek, kuat becandain orang ya harus siap di becandain, kuat boongin orang ya harus siap diboongin, atau sering kecewain orang ya harus siap di kecewain juga. Kadang memang kita tidak sadar ketika yang kita lakukan ternyata melukai hati orang, makanya cepat instropeksi diri saja. Saya tidak percaya akan adanya karma yang ada itu hukum sebab akibat itu. Sebab kamu melakukan itu, maka kamu akan dapat akibat ini.

Maka mari bersama kita lebih instropeksi diri saja. Bahasa kasarnya mah sering-sering ngaca!

Senin, 25 September 2017

Dasar Kalian IMM!

Kita di didik untuk keras menantang
kita di didik untuk ganas menerjang
kita di didik untuk kuat menghantam
untuk mereka yang melakukan penindasan

Dasar Kalian IMM!
Ikatan Mahasiswa Malas
Malas Ditindas
Malas Dikekang
Malas Di injak
Tapi Rajin Melawan

Kamis, 21 September 2017

Kemacetan bisa membawa kita ke neraka!

Masih teringat di ingatan saya ketika mengikuti  pelatihan, Training Politik kala itu dalam sala satu pembahasannya yang membahas tentang model advokasi mahasiswa hari ini yang terlihat tidak serius dan akhirnya tidak selesai. padahal mahasiswa selalu menggemborkan untuk "bersekutu" dengan rakyat yang di tindas dan segala macamnya. dari materi ada yang paling membekas sampai hari ini, ketika pemateri itu bertanya "menurut kalian kenapa advokasi Mahasiswa kurang di percayai sama masyarakat sendiri?", "karena kurang serius dan tidak selesai mas" jawab kami. "lah terus kenapa tidak selesai?" pematerinya bertanya lagi. itu jawab bermacam-macam, diakhirnya pematerinya mengatakan "tidak selesai karena kita tidak benar-benar merasakannya, contohnya advokasi kenaikan BBM, kita sudah turun aksi demo segala macamnya akhirnya tidak ada tindak lanjut kenapa? karena kita tidak pernah merasakan bagaimana kalau kita tidak punya uang untuk beli bahan bakar sehingga harus jalan kaki?".
benar memang, ternyata ketika kita tidak benar-benar merasakan kita sangat susah sepenuh hati untuk bekerja keras. dan pemateri memberi satu kasus yang mungkin bisa membuat kami advokasikan, yaitu permasalahan kemacetan. ketika aku tidak sampai kepikiran kesana, tapi hari ini ternyata itu bisa juga untuk di garap. karena ternyata macet itu memang banyak menimbulkan keburukan daripada kebaikan. ini ada sedikit pengalaman saya ketika kala itu lagi terburu-buru pergi ke suatu tempat, ketika pertengahan jalan, Jalan macet banget dari motor sampai truk ada semuanya ngikut ngantri. ya itu dia sala satu kebaikan dari kemaetan menurutku, kita diajarkan untuk bersabar dan mengantri. tapi keburukannya banyak, mengumpat dalam hati, mencaci maki secara terang-terangan, marah-marah, melanggar aturan, dan lain sebagainya jalan menuju hukuman Negara dan Tuhan itu. ketika saya terjebak macet percakapanku dengan diri saya sendiri semua tidak bermutu dan mungkin itu menjadi bekal dosa yang akan di bawa nanti.
"Ini bapak bisa bawa mobil gak?"
"Ini jalanmu po!"
"Asem, Kalau belajar jangan di jalan raya"
"Bisa Bawa mobil gak gob***"
Nah itu dia percakapan yang InsyaAllah nanti diislamisasikan lah.
dan yang paling menarik ketika saya berbicara dalam hati, beberapa detik aku berpikiran kembali apa yang di omongin ini benar, yaitu ketika aku ngomong "Ini orang gak tau ya kalau saya lagi buru-buru". lah terus kenapa? siapa yang peduli dengan urusan kita, siapa yang mau tau apa yang membuat kita terburu-buru, mereka juga punya urusan sendiri. mereka mah bodo amat sama urusan kita. ya benar juga sih. tapi apakah memang tidak ada solusi untuk masalah kemacetan ini. aku kadang berpikir dengan solusi yang di bawa oleh pemerintahan yang mengatakan "untuk mengurangi macet, makanya naik transportasi Umum". apakah ini benar-benar solusinya? terus apa gunanya mobil dan motor di jual dan kita beli? apakah ojek ini transportasi umum? apakah taksi adalah transpotasi umum? becak transportasi umum? mah pusing sendiri. sampai saat inipun saya masih berpikir bagaimana mengakali agar tidak telat? dengan berangkat dua jam sebelum waktu yang di tentukan? lah kalau semua orang berpikiran begitu juga, ya akhirnya macet juga kan.
jadi pada akhirnya kita sebagai masyarakat bersama pemerintahan harus memikirkan permasalahan ini, mungkin dengan pelebaran jalan, penambahan jalan, atau buat mobil terbang juga bisa itu. yang penting sama-sama. intinya apa yang kita pilih maka siap untuk resiko yang menunggu di depan nantinya. yaa kalau gak mau telat yaa jangan berangkat lima menit sebelum waktu yang ditentukan dong.

Selasa, 19 September 2017

Pemimpin dan Perbedaan

Semua era punya ceritanya
semua pimpinan punya gayanya
maka jangan panik ketika di landa masalah
maka jangan gelisah ketika menghadapi kendala
karena begitulah cara tuhan bekerja
penuh misteri dan kejutan

perbedaan ada bukan untuk dipisahkan
 tapi perbedaan ada untuk disatukan
maka mari bergandengan tangan
mari saling rangkulan
karena Tuhan membenci mereka yang merasa paling kuat sendiri
tapi Tuhan menyayangi mereka yang kuat karena dipersatukan

mari dinginkan kepala tekan keegoisan
hilangkan rasa paling benar dan selalu siap untuk saling memaafkan
walaupun bukan kita pelakunya ataupun korbannya

tau kenapa ada pagi?
karena setelah itu ada malam
pagi selalu datang dengan cerita cerah dan meramaikan
tapi terkadang pagi menjadi gelap karena awan hitam yang menutupinya
 begitu pula sang malam yang hadir dengan cerita gelap menenangkan dan menyejukkan
tapi terkadang malampun menjadi cahaya ketakutan bagi mereka yang mengutuk kegelapan
begitulah cerita pagi dan malam
tak ada perselisihan perbedaan
yang ada perbedaan yang disatukan

ingat!
bahwa yang menjadikannya orange adalah mereka dan kuning yang digabungkan bukan merah dengan merah atau kuning dengan kuning.
warna orange indah bukan?
ya, karena dia hadir oleh perbedaan yang sudah ada dari sang pecipta-Nya

Salam Ikatan!
mereka ada untuk di ikat
bukan malah lari berhamburan tak tau arah

Rabu, 13 September 2017

Pejabat kok gitu sih?

ada sesuatu yang menarik menurut saya tentang keadaan negara ini. keadaan yang sesungguhnya bisa kita pikirkan belakangan tapi malah menjadi pembahasan yang utama dan penting. berita aneh yang selalu muncul dan mungkin membuat geram banyak orang. pertama "DPR minta Tambahan gedung baru", kedua "Fahri sebut anggaran penataan kawasan parlemen membutuhkan dana Rp. 500 Miliyar", ketiga "DPR minta Apartemen supaya tak jauh dari gedung DPR" dan keempat yang baru saya baca "diusulkan melalui perubahan anggaran Rp.10 M untuk pengadaan Kendaraan Dinas", Konyol.
Negara ini sedang gawat darurat, utang dimana-mana, kemiskinan merajalela, kesengsaraan dan penindasan masih menjadi makanan sehari-hari, dan parahnya tuna asmara masih saja membludak *ups! sebegitu kompleknya permasalahan bangsa ini tapi kok yang di pikirkan orang-orang terhormat diatas masih tentang diri mereka sendiri. paling menggelitik adalah celetukan dari sala satu anggota Dewan yang mengatakan "Ya Penataan kawasan dulu. saya kan sudah keliling DPR seluruh dunia. coba kamar lurah di DKI jakarta lebih bagus dari Kamar DPR. Kaya gedung juga itu dulu dibangun untuk 800 orang, sekarang udah 500 orang". Lah Terus kenapa? jangan membandingkan sesuatu yang tak perlu di bandingkan. kalau memang bagus di banding DPR yasudah. saya paham bapak-bapak terhormat disana tidak hanya ingin memajukan dan memperbaiki bangsa ini saja, tapi juga ingin mencari kerja dan rezeki untuk hidup. tapi dengan begitu banget itu loh. kalau saya bandingkan apa bedanya bapak dan ibu dengan petani? petani bekerja untuk mencari nafkah, begitu juga dengan bapak dan ibu sekalian. petani menjual hasil kerjaannya dan di bayar, begitu pula kalian. kalian bekerja untuk kebaikan kita semua, begitu pula para petani. yang beda cuma tempat kerjanya. 
begitu menjengkelkan ketika hal-hal semacam itu menjadi bahan diskusi para anggota dewan yang itu untuk kepentingan dirinya, emang ada untuk kepentingan orang lain? ya mungkin ada, seperti ketika mereka di kasih apartemen baru, gedung baru, kamar mandi baru jadi gak ada yang korupsi lagi, jadi gak ada yang tidur lagi (atau malah makin nyaman tidurnya kalii ya) atau nantinya mereka jadi lebih fresh berpikir sehingga keadaan negara ini bisa lebih baik. tapi apakah harus seistimewa itu? para petani aja mereka diskusi untuk menghasilkan beras yang baik dan sehat untuk rakyat indonesia ini cuma berdiskusi beralaskan tikar, beatapkan langit, ditemani secangkir kopi buatan istri tercinta kok.
saya mendapatkan uang bulan 1 jt perbulan misalnya. nah kalau kita ambil 100 Miliyar untuk pembangunan gedung baru para dewan, maka kita bisa membiaya 100.000 mahasiswa dalam satu bulannya. gila gak itu! 100.000 mahasiswa akan bertahan hidup dengan baik dalam satu bulan tersebut. maksud saya adalah toh buat apa pembangunan ulang lagi sih? yaudah pake yang ada aja, nanti kalau bangunannya sudah tidak cukup, buat bangunan baru yang isinya untuk menutupi kesempitan di gedung lama. sampai ada anggota dewan yang mempermasalahkan masalah kamar mandi untuk masing-masing ruang itu perlu karena sekarang kamar mandi itu menjadi kamar mandi bersama. konyol! sepenting itukah kamar mandi harus satu ruang satu. 
yang menarik lagi DPR meminta Apartemen baru yang dekat dengan gedung, padahal ternyata DPR memiliki perumahan di Kalibata yang katanya biaya renovasinya sudah mencapai ratusan miliyar juga. wedyaan! sudah ada kok ya minta lagi? sini aja minta HP yang harganya 2 jt aja perlu perjuangan, eh situ minta gedung baru, tempat tidur baru dengan harga ratusan miliyar kok gampang betul. terus ada lagi permintaan pengadaan mobil dinas dengan biaya 10 Miliyar. saya bacanya kok semakin jengkel saja. yaa mau beli mobil macam apa sih? yang bagus, berACC, ada TVnya? kenapa tidak yang biasa saja, toh kalau macet kalian juga ngikut macet kok. di jalan semuanya harusnya setara. 
semakin kesini paradigma masyarakat tentang pejabat negara semakin kuat bahwa mereka adalah orang paling terhormat, saya tidak ingin mengejek tapi begitulah kenyataannya bahwa kita adalah raja sebenarnya. kenapa sih kalau presiden lewat harus di beri jalan? harus di "dadah", harus di kibarkan bendera, harus minta foto, atau sampai di cium-cium segala. saya tidak lantas mengajak kalian untuk yasudah kita sama-sama rakyat presiden tidak perlu di hormati, saya menghormati presiden kita sebagai pemimpin, sebagai orang yang membawa kebaikan pada negara ini, tapi jangan sampai pejabat-pejabat negara menjadi sangat tinggi dan tidak mau menikmati sesuatu yang di bawah. kita sama bapak dan ibu sekalian di sana, sama-sama ingin memperbaiki kehidupan nusantara kita tercinta ini, caranya saja yang berbeda, makin yang perlu itu saling menghormatilah kita. yaa kalau bisa pengeluaran yang sebenarnya belum perlu yaa dialokasikan gitu kek sektor mana gitu. yaa kayak pembangunan apartemen yang katanya pake uang swasta, ya walaupun uang swasta daripada si swasta itu abisin banyak duit untuk bangun apartemen yang sebenarnya juga sudah ada ya mending itu uang kasih ke sektor pendidikan nasional, biar itu pendidikan bisa masuk ke seluruh pelosok-pelosok negeri, ke sektor kesehatan biar harga nyawa orang-orang itu tidak mudah hilang begitu saja. yaa kalau memang masih ngotot yaa dikurangi gitu, yang 100 miliyar untuk kemaslahatan umat gitu kan. kalau kata mamat alkatiri juara 2 Suci 7 itu kalau 70 triliun untuk buat papeda bisa buat satu indonesia lengket, bayangkan kalau 100 miliyar, ya minimal pulau jawa lengket lah yaaa.
aku ingin sekali memberi saran kepada bapak dan ibu pejabat negaraku yang sangat tercinta, mungkin bisa baca buku yang di tuliskan oleh Cak Nun yang berjudul "Gelandang di Kampung sendiri" pada bagian Kontraktor Pembangunan, santai pak, buk cuma 4 halaman doang kok enak dan gurih dan renyah kayak kerupuk. sentilan-sentilan dari cak nun itu bisa membuat negara ini lebih baik, mungkin! sala satu percakapannya "kamu pikir rakyat itu siapa? rakyat itu bosmu! rakyat itu juragan dan pemilik negara ini. kamu sebagai walikota hanya berposisi sebagai kontraktor pembangunan yangdi upah rakyat. wali kota itu buruh masyarakat. wali kota dan semua pejabat itu hamba sahaya. wali kota dan keluarganya bisa makan karena di bayar oleh rakyat. yang punya negara itu rakyat. yang punya segala kekayaan bumi negeri ini rakyat, yang punya uang pajak dan semua devisa negara rakyat. pokoknya kalian para pejabat itu jongos-jongosnya rakyat. namun jangan khawatir, rakyat itu jurangan yang baik, tidak pernah ada rakyat yang memperbudak jongos-jongosnya, malahan yang banyak adalah jongos-jongos yang memperbudak rakyatnya, padahal rakyat sesungguhnya adalah juragan mereka!". sadis! skakmat! Parah! Sudahlah! No Comment!

Senin, 11 September 2017

Mencintaimu bagai

Izinkan ku mencintaimu dalam senyum yang diam-diam
Izinkan ku mencintaimu dalam tawa yang sembunyi-sembunyi
Izinkan ku mencintaimu dalam tangis yang penuh kesedihan

Kalau mencintaimu adalah senyum yang harus kupaksakan
Maka aku akan tersenyum terus dalam paksa
Kalau mencintaimu adalah tawa orang-orang
Maka aku bersedia menjadi bahan ketawaan orang-orang
Tapi kalau mencintaimu adalah tangis air matamu
Maka aku lebih memilih untuk tidak mencintaimu
Karena mencintaimu hanya membuatmu meneteskan air mata
 Yang seharusnya bukan untukku air mata itu kau teteskan


Kau itu bagai senja di sore hari
Begitu indah dan menenangkan jiwa
Tapi ketika malam tiba
Kau tak ada lagi, kau bukan milikku lagi

Kau bagai tumbuhan bagiku
Dan aku adalah matahari yang harus selalu memberi cahaya untukmu tetap hidup
Tapi ternyata aku bukan mataharimu
Karena ka memilih cahaya lain yang lebih dariku
Maka apabila cahaya itu tak memberimu kehidupan lagi
\maka cahaya ini masih kusimpan dengan baik
Kalaupun kau tak membutuhkan cahayaku
Maka ya aku bisa apa
Karena sejatinya keserasian itu terjadi ketika keinginan dan kebutuhan berjalan berdampingan

Kau bagaikan bumi bagiku
Kuiingin menjadi pelangi yang hadir setelah hujan deras yang membasahi bumi
Tapi ternyata ku hanya tak lebih dari awan hitam
Bahkan menjadi hujanpun aku tak pantas
Apalagi bermimpin menjadi pelangi yang memberi warna dalam hidupmu

Maka sudahlah
Maka usailah
Ku tak berani lagi bermimpi
Ku tak berani lagi berjuang
Karena kurasa semua sia-sia
Menjadi matahari yang tak di harapkan tumbuhan
Menjadi awan yang tak di harapkan bumi
Nur Fahmi Nur

Ahad, 25 Juni 2017

Selasa, 05 September 2017

Pendidikan Nusantara - Sekolah Revolusi Mental!

Lahir Sebagai baian dari kehidupan  nusantara adalah sebuah kebanggaan tersendiri. suatu negara impian yang mempersatukan yang berbeda-beda begitu banyak ras, suku, dan adat istiadat. keberagaman itulah yang membuat kita kuat untuk terus melangkah membawa nusantara ke mata dunia, bahwa nusantara itu kuat. Nusantara ini lahir dari penindasan oleh para kolonial dan penjajah yang begitu lama. terinjak dan tertindas begitu lama membuat para masyarakat nusantara ingin hidup merdeka dan bebas. apabila meminta kemerdekaan pada penjajah tidak di berikan maka cuma ada satu jalan yaitu "melawan". menggempur penjajah dengan senjata hasil rampasan, bambu runcing dan segala macam alat yang di gunakan untuk merebut kejayaan Nusantara. tapi tanpa suatu strategi penjajah tidak bisa di tumbangkan, perlu sebuah strategi jelas dan tepat untuk menjatuhkannya. di balik strategi-strategi itu ternyata banyak sekali tokoh-tokoh yang memiliki pendidikan yang pada masa itu di bilang cukup mumpuni seperti Soekarno, Mohammad Hatta, syahrir, dan tokoh-tokoh lainnya. ternyata sebuah pendidikan adalah sala satu  syarat sah untuk melanggengkan kemerdakaan dan pembebasan. satu hal penting yang harusnya tidak boleh di tinggalkan oleh bangsa ini yaitu pendidikan. suatu bentuk perlawanan nyata akan kesengsaraan, kebodohan, kemiskinan, penindasan dan penjajahan.
tapi ternyata hari ini pendidikan sekarang seolah berubah esensi. yang mana menurut penulis pendidikan ini hanya menjadi formalitas untuk mendapatkan pekerjaan ataupun hanya untuk sebuah "keren-kerenan" saja bagi mereka yang tidak mengenyam pendidikan. berbicara pendidikan kita juga harus tau bagaimana sejarah rakyat indonesia ini mendapatkan pendidikannya. Sejarah pendidikan di Indonesia diawali dari perjuangan yang sangat panjang, yang dipengaruhi oleh berbagai aspek baik itu aspek agama maupun aspek budaya, serta berbagai aspek politik yang ada sehingga karakter yang terbentuk dalam sistem pendidikan pun tidak lepas dari aspek-aspek tersebut. Rancangan konstitusi yang dibuat pada tahun 1950 menyatakan bahwa tujuan yang utama dari pemerintah adalah memberikan semua warga Indonesia dengan setidaknya atau minimal enam tahun di sekolah dasar, namun pada kenyataannya pendidikan yang sudah dicanangkan tidak tercapai hingga dipenghujung tahun 1980-an.
Kegagalan yang utama terjadi pada kaum perempuan, karena pada saat itu kaum perempuan sedang menjalani masa transisi dimana pada tahun-tahun sebelumnya pendidikan pada kaum perempuan dipersulit bahkan dilarang. Selain itu, faktor-faktor yang lain juga turut mengikuti seperti tingkat kelahiran yang tinggi, penurunan pada angka kematian bayi lahir, kurangnya sekolah yang didirikan serta terbatasnya guru yang berkompeten. Sekitar tahun 1973 Presiden Soeharto memberikan perintah agar minyak, sehingga di penghujung tahun 1980 terjadi perbaikan fasilitas sekolah dasar yang dilakukan pada sekitar 40.000 unit.
Selesai pendidikan pada taman kanak-kanak, pendidikan pun dilanjutkan pada sekolah dasar yang lamanya sekitar enam tahun. Hal ini diwajibkan oleh pemerintah sekitar tahun 1990. Pendidikan yang ada pun bisa dipilih, pendidikan sekolah swasta maupun sekolah negeri. Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar kedua di dunia, menyatakan warga yang pergi ke sekolah agama hanya sekitar 15 persen meski 85persen sudah tercatat sebagai warga umat Islam. Sistem pada pendidikan nasional pada tahun 1990 juga memiliki tujuan agar para siswa yang di didik memiliki ideologi bernegara, mampu menjalankan suatu birokrasi serta memiliki prinsip dalam proses tercapainya kehidupan bernegara yang modern dan juga memiliki budi pekerti yang baik. Setelah proses pendidikan selama enam tahun selesai ditempuh, maka para siswa bisa melanjutkan ke tahap yang lebih tinggi yaitu SMP, dan setelah SMP bisa melanjutkan ke pendidikan berbasis akademis atau dikenal SMK atau bisa juga ke SMA. Selesai pendidikan SMA atau SMK, siswa bebas memilih untuk bekerja atau melanjutkan ke tingkat studi yang lebih tinggi seperti program sarjana ataupun pasca sarjana.
Mungkin perjalanan panjang itu di tambah lagi dengan peraturan sekarang yang mengatakan bahwa Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, yang merupakan program Pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional No. 2/1989. Pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7- 12 tahun dan 12-15 tahun untuk menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara merata. Tidak relevan bila di zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan ada pula yang masih buta huruf. Oleh karena itu pemerintah berusaha meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang pendidikan dasar.
Berbicara pendidikan maka berbicara tentang suatu lembaga bernama sekolah. suatu lembaga yang katanya bisa mencerdaskan dan memperbaiki kehidupan orang banyak. Sekolah hadir dengan sistem yang terlihat begitu rapi dengan kurikulum, silabus dan segala macam sistemnya itu. dari sistem-sistem tersebutlah harapannya sekolah dapat membuat lembaga pendidikan yang benar-benar ingin di tuju oleh semua orang. kembali pada arti sebuah sekolah, bahwa sekolah itu adalah waktu luang. dimana mereka sekolah karena mereka punya waktu luang. penulis setuju ketika itu di sangkut pautkan dengan keadaan anak SD,SMP,SMA, ataupun Mahasiswa S1 yang ketika dia tidak bersekolah tidak ada yang dia kerjakan dan hanya bermain saja, walaupun terkadang tidak sedikit kita melihat banyak sekali anak-anak jalanan yang ikut bekerja sebagai pengamen, bahkan buruh bangunan walaupun sejatinya mereka di nafkahi oleh orang tuanya. kalaupun memang mereka adalah yatim piatu, anak-anak terlantar maka dalam undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat (1)  yang berbunyi "fakir miskin dan anak terlantar di pelihara negara". negara seharusnya memelihara mereka dan menjamin kehidupan mereka karena itu yang tertera. atau mungkin saja pemerintah memakai logika peternak, "semakin di pelihara semakin banyak".
miris sekali meilhat keadaan bangsa ini dengan sistem pendidikan yang di tawarkan yang menurut penulis sangat tidak pas untuk kehidupan bangsa hari ini. sala satu yang ingin penulis sampaikan juga adalah bahwa ternyata pendidikan yang tidak benar-benar merata. yang sudah di jelaskan tadi seolah pendidikan kaum menengah atas, kaum yang di tengah-tengah, ataupun kaum yang menengah ke bawah memiliki pendidikan yang berbeda.
Pendidikan hari ini sudah jauh dari arti sebenarnya yang mana pendidikan itu adalah suatu usaha untuk membina kepribadian seorang sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. yang pada kenyataannya pelajar dan mahasiswa sudah sangat jarang memiliki sopan santun dan nilai-nilai kebudayaan dalam masyarakat seperti contohnya salam, sapa diantara masyarakat, malah yang terjadi adalah salam sapa dengan orang di kenal saja. Seolah pelajar dan mahasiswa kehilangan kebudayaan dan adat sebagai seorang rakyat Nusantara.
Melihat keadaan pendidikan penulis merasa bahwa banyak sekali problematika sistem pendidikan hari ini yang benar-benar perlu untuk di perbaiki dan dituntaskan bersama. Yang pertama adalah bahwa pendidikan hari ini tidak merata untuk seluruh masyarakat Indonesia. Artinya adalah pendidikan Indonesia ini hanya dapat di nikmati oleh kaum menengah ke atas, kaum yang setidaknya memiliki modal untuk membiayai hidupnya di pendidikan. Bagaimana kita banyak melihat orang-orang yang tak punya uang hanya bisa menunggu bantuan. Problematika pendidikan yang kedua adalah biaya pendidikan yang begitu tinggi, yang mengharuskan yang berduitlah yang bisa mendapat pendidikan sedangkan yang biayanya tidak cukup hanya bisa melihat dari luar jendela sekolah bermimpi berada di bangku yang katanya sering menciptakan orang-orang besar yang memimpin negara ini. Problematika pendidikan yang ketiga adalah kualitas pendidikan di Indonesia yang kurang, di lihat bagaimana banyaknya pendidik yang mengajar bukan pada bidangnya, dan juga kejujuran dan kedisiplinan peserta didik yang masih sangat kurang. Dimana menyontek menjadi hal biasa bahkan menjadi hal yang harus di lakukan oleh peserta didik. Karena tanpa nilai yang bagus mereka mengatakan bahwa pendidikan itu gagal. Kembali pada hakekat belajar tadi yang mana belajar adalah perubahan perilaku, peningkatan kuantitas dan kualitas, mungkin bolehlah ketika ternyata itu meningkatkan kuantitas nilai karena menyontek itu, tapi apakah itu maksud dari kuantitas kemampuan? Sudah pasti bukan. Tapi bagaimana kita punya banyak kemampuan dalam kehidupan. Karena sekolah dan kuliah bukan sekedar nilai saja.  Problematika selanjutnya adalah akreditasi yang di berikan pemerintah akan hasil penilaiannya. Oke mungkin itu benar ketika penilaian itu tanpa kebohongan dan kecurangan. Sala satu masalah sekarang adalah bahwa akreditasi ini menjadi standar orang dalam mencari ilmu, menjadi standar manusia dalam menentukan masa depannya. Yang harus kita tau bahwa akreditasi ini adalah produk dan hasil dari penilaian pemerintah bukan dari masyarakat secara langsung. Contoh penilaian mereka adalah adminstrasi kampus, apakah administrasi kampus ini menjadi acuan dalam menuntut ilmu?. Penilaian selanjutnya yang menjadi acuan akreditasi adalah banyaknya mahasiswa yang lulus dari suatu sekolah atau kampus, apa ini bisa menjadi acuan? toh, mereka Cuma menghitung banyaknya yang lulus, tidak menghitung seberapa bergunanya mereka di masyarakat dan untuk bangsan dan agama. Dan banyak lagi penilaian yang tidak seharusnya menjadi acuan seseorang untuk memilih pendidikan di Indonesia ini.
Problematika selanjutnya adalah kurikulum Indonesia yang mengharuskan seluruh siswa mengerti apa yang tercantum dalam kurikulum. Kita harus tau bahwa negara finlandia adalah negara yang diakui system pendidikan yang terbaik di dunia bagaimana mereka itu mengkemas kurikulum ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah sehingga kemampuan di masing-masing daerah bisa benar-benar berguna. Karena kita berbicara pemeretaan maka semua harus di samakan, tapi kita sesuaikan dengan kemampuan sebuah daerah bahkan individu masing-masing. Problematika selanjutnya adalah ujian dan standar nilai yang menjadi acuan kemampuan seseorang. Kita melihat realitas sekarang bahwa nilai itu sudah jarang ada kemurnian disana, apapun cara dilakukan untuk mendapat nilai yang tinggi. Yang pada dasarnya itu jarang di pakai dalam kehidupan. Realita mahasiswa zaman sekarang adalah bahwa mahasiswa tak berani meninggalkan kuliah demi hal yang lebih baik, okelah mungkin itu sesuatu yang benar, tapi masih banyak mahasiswa yang ketika meninggalkan kelas tapi absennya ada, (titip absen) karena absen menjadi acuan nilai dosen dan masalah mahasiswa dan siswa yang sekarang adalah kejujuran dan kedispilannya dimana ketika ujian ya menyontek!!
Dari banyak sekali permasalahan di atas yang coba di ulas oleh penulis, perlu sangat rasanya sistem pendidikan yang benar-benar bisa memanusiakan manusia. Yang paling penulis sorot adalah tentang bagaimana mental dan moral seorang pelajar dan mahasiswa yang kadang melewati batas. Mungkin melewati batas karena aturan yang berlebihan atau anaknya yang berlebihan. Mungkin ini bisa mencontoh bagaimana sistem pendidikan finlandia yang benar-benar membebaskan individu atau suatu daerah untuk memilih kemampuannya. Dan lagi sekolah hari ini dengan aturan seragam menurut saya menjadi hal yang kurang pas. Pertama adalah bahwa ternyata hanya mengajarkan siswa untuk melanggar aturan yang ada. Contohnya baju harus di masukkan, tapi pada kenyataannya siswa berkeliaran dengan baju di luar, tidak menggunakan baju sesuai harinya, tidak membawa topi, dasi dan segala macam aturan tentang seragam sekolah yang membuat pelajar tertekan. Yang menurut penulis sekolah harusnya membebaskan siswanya untuk berpakaian apa aja yang penting sopan dan sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma. Kenyataan yang pernah terjadi adalah, bahwa ada teman penulis yang akhirnya tidak memilih sekolah karena seragamnya tidak lengkap dan lebih memilih untuk berpura-pura sakit daripada harus di hukum dan malu. Rusak sudah mental anak bangsa ini, pertama menjadi anak yang penakut, anak yang pembohong, dan akhirnya akan menjadi anak yang tidak akan berani membela sesuatu yang benar.
Satu lagi adalah biarkan lah siswanya untuk bermimpi sesuai keinginan mereka. Karena hari ini kadang kita lihat pendidikan yang menurut penulis sedang membunuh karakter anak tersebut yaitu bagaimana seorang biasanya ingin menjadi atlit atau seniman yang akhirnya di larang orang tua dengan alasan yang menurut penulis tidak masuk akal, contohnya atlit itu ada kerjanya kalau ada lomba jadi uangnya sedikit, atau seniman yang kerjanya tidak lebih dari hanya melukis dan segala macamnya yang akhirnya di tujukan pada berapa banyak materi yang di dapatkan oleh seorang tersebut. Bebaskan mereka untuk bermimpi dan berkreasi karena dari situlah anak-anak penerus bangsa akan lahir.
Revolusi mental, itu mungkin kata yang cocok untuk pendidikan hari ini. Semua komponen dalam kehidupan pendidikan harus “revolusi mental” bersama tidak Cuma peserta didiknya, tapi guru-gurunya dan semuanya yang bersangkutan dengan kehidupan pendidikan tersebut. Revolusi mental disini artinya adalah bahwa mental seorang pelajar memiliki mental seorang masyarakat nusantara yang ideal
sekolah revolusi mental adalah sala satu solusinya yang mana pendidikan di dalamnya benar-benar di targetkan bagaimana menciptakan generasi-generasi yang bermental Indonesia banget. Dimana sekolah tanpa seragam tapi dengan menggunakan pakaian yang sopan dan rapi sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang telah di ajarkan oleh norma-norma dan agama. Disini benar-benar diajarkan kepada peserta didik bagaimana sebenarnya berpakaian yang pantas di dalam masyarakat yang sebenarnya karena dengan seragam menurut penulis hanya menimbulkan aturan kedisiplinan semu saja. Sekolah yang mengajarkan bahwa nilai bukan segalanya tapi bagaimana proses menuntut ilmu lah yang penting. Contohnya dengan ketika di berikan soal cerita untuk diselesaikan maka apa nilai yang di berikan dari apa yang di jawabnya, bagaimana anak itu berimajinasi dan berkreasi dalam menjawab pertanyaan tersebut sehingga mereka tidak berpikiran untuk melakukan salin jawaban atau mencontek teman sebelahnya tapi benar-benar dari apa yang ada di kepalanya. Yang paling penting juga adalah pengembangan kemampuan yang ada pada individu tersebut yang mana sekolah revolusi mental ini benar-benar menujukan pada pengembangan kemampuan anak sehingga bakat apa yang di miliki oleh anak itu benar-benar tidak berhenti atau bahkan sampai mati karena kurikulum dan silabus yang ternyata mengekang anak untuk bergerak maju. Tapi bukan berarti kita juga melepaskan mereka dengan pendidikan yang mereka sukai tapi juga ada suplemen-suplemen tambahan yang mungkin di miliki anak tersebut seperti dasar menghitung. Sekolah revolusi mental ini hadir dengan sajian baru bahwa ternyata keadaan mental anak Indonesia hari ini telah rusak entah itu dari lingkungan keluarganya, lingkungan pergaulan temannya, ataupun apa yang dia tonton. Tapi pendidikan ini benar-benar harus di tanamkan dari dia kecil sehingga mindset dan pola pikir anak tersebut berbeda dari kebanyakan, tapi bukan berarti sistem seperti ini tidak bisa di terapkan pada orang dewasa tapi lebih kepada kerja keras sistem pendidikan ini bekerja, karena proses pemberian pendidikan ini adalah sesuatu yang mungkin berlawanan dengan pola pikir yang telah di bangun sejak lama
Yang pada akhirnya harus kita tau adalah bahwa pendidikan ini adalah suatu usaha untuk membina kepribadian seseorang sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan”. Dalam Bahasa inggris pendidikan disebut dengan education, padahal kata itu sendiri berasal Bahasa latin yaitu educare dan educere. Educare dalam Bahasa latin memiliki konotasi melatih, menjinakkan, menyuburkan yang singkatnya pendidikan adalah proses menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat sesuatu menjadi jinak (dari sebelumnya liar). Yang dari sini sudah terpampang jelas bahwa problematika-problematika di atas sedikit berbeda dengan hakekat belajar dan pendidikan. Pendidikan adalah ikatan antara tanggung jawab dan proses pembelajaran serta hasil menjadi kesatuan utuh yang saling melengkapi. Proses itu dapat berlangsung seumur hidup dan pencapaian tujuan pendidikan tidak akan berhenti saat kehidupan seseorang berakhir. Tujuan pendidikan sejatinya tidaklah hanya mengisi ruang-ruang imajinasi dan intelektual anak, mengasah kepekaan sosialnya, ataupun memperkenalkan mereka pada aspek kecerdasan emosi, tapi lebih kepada mempersiapkan mereka untuk mengenal Tuhan dan sesama untuk pencapaian yang lebih besar bagi kekekalan.

Senin, 04 September 2017

Berlayarlah!

Kapalku kehilangan arah
Kompas, peta dan panduannya ketinggalan di dermaga
Akhirnya nahkoda dan jajarannya bingung bersama
Tapi begitulah, namanya juga manusia
Tempat salah dan dosa

Kapalku lagi kehilangan arah
Nahkoda dan jajarannya harus cepat cari cara
Jangan sampai menambrak karang dan ikan raksasa
Akhirnya gunakan insting dan prasangka
Padahal sudah ada aturan dan arahnya
Tapi begitulah, namanya juga manusia
Tempat salah dan dosa
Alasannya selalu sama
Manusia tempat salah dan dosa
Padahal sebenarnya hanya malas saja
Bukan hanya nahkodanya
Jajarannya pun sama saja
Sama-sama tempat salah dan dosa



Maka bersiaplah untuk di hantam badai
Maka bersiaplah untuk menabrak karang raksasa
Maka bersiaplah di terpa ombak yang keras
Maka bersiaplah di bajak perompak dilautan sana
Dan bersiaplah untuk tenggelam bersama

Tapi kalau kau tak siap untuk itu semua
Maka bergandengan tangan dan rapatkan barisan
Karena kapal ini milik kita bersama
Ada kebocoran bukan hanya tugas nahkodanya,
Tapi tugas seluruhnya
Karena begitulah resiko ketika kau memilih berjuang di lautan
Pilihannya Cuma dua
Tenggelam bersama atau sampai tujuan bersama
Nur Fahmi Nur

Ahad, 25 Juni 2017