Kamis, 21 September 2017

Kemacetan bisa membawa kita ke neraka!

Masih teringat di ingatan saya ketika mengikuti  pelatihan, Training Politik kala itu dalam sala satu pembahasannya yang membahas tentang model advokasi mahasiswa hari ini yang terlihat tidak serius dan akhirnya tidak selesai. padahal mahasiswa selalu menggemborkan untuk "bersekutu" dengan rakyat yang di tindas dan segala macamnya. dari materi ada yang paling membekas sampai hari ini, ketika pemateri itu bertanya "menurut kalian kenapa advokasi Mahasiswa kurang di percayai sama masyarakat sendiri?", "karena kurang serius dan tidak selesai mas" jawab kami. "lah terus kenapa tidak selesai?" pematerinya bertanya lagi. itu jawab bermacam-macam, diakhirnya pematerinya mengatakan "tidak selesai karena kita tidak benar-benar merasakannya, contohnya advokasi kenaikan BBM, kita sudah turun aksi demo segala macamnya akhirnya tidak ada tindak lanjut kenapa? karena kita tidak pernah merasakan bagaimana kalau kita tidak punya uang untuk beli bahan bakar sehingga harus jalan kaki?".
benar memang, ternyata ketika kita tidak benar-benar merasakan kita sangat susah sepenuh hati untuk bekerja keras. dan pemateri memberi satu kasus yang mungkin bisa membuat kami advokasikan, yaitu permasalahan kemacetan. ketika aku tidak sampai kepikiran kesana, tapi hari ini ternyata itu bisa juga untuk di garap. karena ternyata macet itu memang banyak menimbulkan keburukan daripada kebaikan. ini ada sedikit pengalaman saya ketika kala itu lagi terburu-buru pergi ke suatu tempat, ketika pertengahan jalan, Jalan macet banget dari motor sampai truk ada semuanya ngikut ngantri. ya itu dia sala satu kebaikan dari kemaetan menurutku, kita diajarkan untuk bersabar dan mengantri. tapi keburukannya banyak, mengumpat dalam hati, mencaci maki secara terang-terangan, marah-marah, melanggar aturan, dan lain sebagainya jalan menuju hukuman Negara dan Tuhan itu. ketika saya terjebak macet percakapanku dengan diri saya sendiri semua tidak bermutu dan mungkin itu menjadi bekal dosa yang akan di bawa nanti.
"Ini bapak bisa bawa mobil gak?"
"Ini jalanmu po!"
"Asem, Kalau belajar jangan di jalan raya"
"Bisa Bawa mobil gak gob***"
Nah itu dia percakapan yang InsyaAllah nanti diislamisasikan lah.
dan yang paling menarik ketika saya berbicara dalam hati, beberapa detik aku berpikiran kembali apa yang di omongin ini benar, yaitu ketika aku ngomong "Ini orang gak tau ya kalau saya lagi buru-buru". lah terus kenapa? siapa yang peduli dengan urusan kita, siapa yang mau tau apa yang membuat kita terburu-buru, mereka juga punya urusan sendiri. mereka mah bodo amat sama urusan kita. ya benar juga sih. tapi apakah memang tidak ada solusi untuk masalah kemacetan ini. aku kadang berpikir dengan solusi yang di bawa oleh pemerintahan yang mengatakan "untuk mengurangi macet, makanya naik transportasi Umum". apakah ini benar-benar solusinya? terus apa gunanya mobil dan motor di jual dan kita beli? apakah ojek ini transportasi umum? apakah taksi adalah transpotasi umum? becak transportasi umum? mah pusing sendiri. sampai saat inipun saya masih berpikir bagaimana mengakali agar tidak telat? dengan berangkat dua jam sebelum waktu yang di tentukan? lah kalau semua orang berpikiran begitu juga, ya akhirnya macet juga kan.
jadi pada akhirnya kita sebagai masyarakat bersama pemerintahan harus memikirkan permasalahan ini, mungkin dengan pelebaran jalan, penambahan jalan, atau buat mobil terbang juga bisa itu. yang penting sama-sama. intinya apa yang kita pilih maka siap untuk resiko yang menunggu di depan nantinya. yaa kalau gak mau telat yaa jangan berangkat lima menit sebelum waktu yang ditentukan dong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar