Senin, 11 September 2017

Mencintaimu bagai

Izinkan ku mencintaimu dalam senyum yang diam-diam
Izinkan ku mencintaimu dalam tawa yang sembunyi-sembunyi
Izinkan ku mencintaimu dalam tangis yang penuh kesedihan

Kalau mencintaimu adalah senyum yang harus kupaksakan
Maka aku akan tersenyum terus dalam paksa
Kalau mencintaimu adalah tawa orang-orang
Maka aku bersedia menjadi bahan ketawaan orang-orang
Tapi kalau mencintaimu adalah tangis air matamu
Maka aku lebih memilih untuk tidak mencintaimu
Karena mencintaimu hanya membuatmu meneteskan air mata
 Yang seharusnya bukan untukku air mata itu kau teteskan


Kau itu bagai senja di sore hari
Begitu indah dan menenangkan jiwa
Tapi ketika malam tiba
Kau tak ada lagi, kau bukan milikku lagi

Kau bagai tumbuhan bagiku
Dan aku adalah matahari yang harus selalu memberi cahaya untukmu tetap hidup
Tapi ternyata aku bukan mataharimu
Karena ka memilih cahaya lain yang lebih dariku
Maka apabila cahaya itu tak memberimu kehidupan lagi
\maka cahaya ini masih kusimpan dengan baik
Kalaupun kau tak membutuhkan cahayaku
Maka ya aku bisa apa
Karena sejatinya keserasian itu terjadi ketika keinginan dan kebutuhan berjalan berdampingan

Kau bagaikan bumi bagiku
Kuiingin menjadi pelangi yang hadir setelah hujan deras yang membasahi bumi
Tapi ternyata ku hanya tak lebih dari awan hitam
Bahkan menjadi hujanpun aku tak pantas
Apalagi bermimpin menjadi pelangi yang memberi warna dalam hidupmu

Maka sudahlah
Maka usailah
Ku tak berani lagi bermimpi
Ku tak berani lagi berjuang
Karena kurasa semua sia-sia
Menjadi matahari yang tak di harapkan tumbuhan
Menjadi awan yang tak di harapkan bumi
Nur Fahmi Nur

Ahad, 25 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar