Senin, 26 Maret 2018

Dasar Koruptor!

Korupsi seolah menjadi budaya di negeri Indonesia tercinta kita ini. Kejahatan yang dulu hanya menjadi aib dan menjadi rahasia bagi masing-masing, tidak berlaku bagi tindak kejahatan Korupsi ini. Para pejabat negara, dan mereka yang menduduki kursi di tatanan pemerintahan yang melakukan korupsi seolah mati rasa. Mereka dengan pede melakukan korupsi, setelah di tangkap malah tersenyum di depan kamera. Tertawa dan seolah yang dilakukan bukan sesuatu yang salah. Ya benar, korupsi adalah rahasia, tapi rahasia umum. Bagaimana rahasia tapi umum, tidak pantas di katakan rahasia!
Menarik kita melihat bagaimana tetap bisa berjalan dengan uang yang di ambil begitu saja dari tangan yang tidak tau diri. Seperti apa yang tertulis dalam lirik lagu Fiersa Besari yang berjudul Napak tilas, “satu satunya musuh adalah para oknum yang mengisi perutnya dengan keserakahan” mereka yang dengan gampangnya mengisi perut dengan uang yang seharusnya bukan uangnya itu adalah musuh kita bersama.
Tapi tunggu dulu? Bukankah kita semua adalah pelaku korupsi juga. Korupsi waktu, korupsi tenaga dan korupsi segala macam. Ketika ada janjian ternyata kita tidak datang pada waktu yang tepat, bukankah kita korupsi waktu teman. Kita mengambil beberapa menit waktunya yang harus dia pergunakan untuk membicarakan sesuatu dengan kita, tapi kita malah belum datang. Dasar koruptor!
Bagaimana dengan mereka yang melakukan kegiatan yang terbilang kurang bermanfaat sehingga sebenarnya tenaganya bisa di gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat untuknya, kau mengorupsi tenagamu, demi kesenangan sesaat. Dasar koruptor!
Begitu memang sifat manusia, dia akan selalu menjadi koruptor yang handal dan hebat. Bahkan dia mengorupsi hak Tuhan. Tuhan memiliki hak untuk menerima segala ibadah dan Doa kita, tapi kita tidak pernah memberikannya. Tapi ternyata itu bukan korupsi karena Tuhan tidak sedikitpun rugi dengan apa yang kita lakukan.

Dasar koruptor! Tobatlah kau! Kau bukan saja membunuh orang disekitarmu! Tapi kau juga membunuh dirimu sendiri! Berdamailah dengan hatimu, karena di dalam hati yang hitam sekalipun ada secercah cahaya yang masih menyuarakan kebenaran. Aku, kamu, kita, mereka, dan seluruh. Jalan kebenaran masih terbuka. Tobat bukan hanya untuk mereka yang sudah tua dan katanya ‘bau tanah’, tapi tobat untuk mereka yang berhasil mengalahkan cahaya hitam yang menutup hati nuranimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar