Senin, 19 Maret 2018

Hati yang Patah Pasti Menemukan Bengkelnya!

Banyak sekali orang melarang pacaran karena itu mendekati zina atau di sangkutpautkan dengan agama dan syariat. Tapi ketika dihadapkan pada orang yang belum dan kurang paham apalagi yang tidak mau paham tentang syariat sangat susah untuk meluruskan. Maka saya memiliki sudut pandang sendiri tentang masalah pacaran dan percintaan dua insan manusia ini.
Akhir-akhir ini kita sering di suguhi oleh cerita-cerita kelam yang sebenarnya lucu untuk di bahas.
Pertama, cerita tentang seorang lelaki yang mengamuk dan menyerang sebuah pernikahan “mantan pacar”nya. Mungkin karena rasa sayang yang kuat mengakar di dalam hati dan jiwa lelaki itu, sehingga tidak bisa mengikhlaskan perempuan “nya” untuk dimiliki orang lelaki lain selain diri. Dan jadilah viral ceritanya. “mohon bersabar ini ujian” itulah kata kunci yang dapat kita tulis ketika mencari kisah yang telah di ceritakan diatas. Bahkan sampai di buatkan meme untuk kata-kata “mohon bersabar, ini ujian”
Atau ada lagi, cerita lama seorang perempuan yang menangis begitulama di pelukan seorang lelaki yang ternyata adalah mempelai pria dalam sebuah pernikahan, sdangkan perempuan yang memeluknya dengan tersedu itu hanya seorang ‘tamu’ undangan. Mungkin sangat perih baginya ketika melihat lelaki yang dulu berbagi kebahagiaan, kesenangan, senyum dan tawa dengannya malah bersanding dengan wanita lain di atas pelaminan bukan dengannya. Mungkin wajar bagi sebagian orang melihat perempuan itu menangis tersedu, bagaimana tidak, ternyata perempuan itu telah menjalin hubungan yang begitulah, sekitar 7 tahun lamannya. Itu pacaran atau cicilan mobil yaa.
Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang lucu tapi juga tragis mungkin untuk sebagian orang yang menjadi pelaku sekaligus korban itu.
Dari sedikit pemaparan kisah diatas, ketika orang-orang bijak nan baik hati diluar sana membaca itu maka yang keluar dari mulutnya “yaa begitulah, jodoh mah di tangan tuhan”. Tidak salah, dan memang sangat bijak. Seperti slogan kesahatan “lebih baik mencegah daripada mengobati” begitulah seharusnya semua orang di alam semesta ini mencegah kejadian lucu nan tragis itu. Sebenarnya apa yang dikampanyekan oleh komunitas-komunitas tentang “katakan tidak untuk pacaran” itu memang sudah baik, tapi caranya yang kurang, karena tadi apa yang tadi di jelaskan di atas, mereka yang tidak mau paham akan menolak semua teorimu tentang syariat dan hukum yang ada. Maka perlu sebuah pendekatan baru yang lebih segar dan lebih ‘wow’ di banding yang sudah ada
Maka pemahaman tentang patah hati itu harus benar-benar di pahami oleh semua orang, itu cara yang mungkin ampuh. Karena bagi sebagian orang patah hati itu lebih menyakitkan dari sakit gigi, walaupun adapula yang sebaliknya. Yang terjadi adalah seperti cerita diatas. Mereka yang sudah terpaut hati pada seorang lelaki atau perempuan, dan bahkan sudah berhubungan dengan durasi yang begitu lama akan begitu sakit jiwa mengetahui tambatan hatinya di rebut oleh orang lain yang entah dari mana. Setidaknya ketika kita tidak pacaran dan hanya menyimpan perasaan itu secara rapi, dan ternyata bertepuk sebelah kaki sekalipun, hati yang sakit tidak begitu menyayat. Karena mereka tidak pernah mengikat janji bersama. Apalagi mereka yang sering menggombal pacaranya dengan kata-kata “aku tidak bisa hidup tanpamu wahai bidadariku”. Maka terbukti ketika pacarnya itu di ambil orang, rasanya dunia sudah kiamat, matahari terbit dari sebelah barat, dajjal sudah datang dan mungkin dia akan mati, mati rasa. dan untuk mereka yang sering menggombal gitu, mungkin lebih baik kita ‘bunuh’ saja karena itulah yang diminta dan dijanjikan pada ‘bidadarinya’ itu.
Toh apa bedanya dengan mereka yang mengatakan ‘kita pacaran gak macam-macam kok, Cuma chattingan, saling ngingatin, makan bareng, gak lebih’ dengan laki-laki dan perempuan yang bersahabat. Mereka juga chatting, saling ngingatin, makan bareng, main bareng juga. Yang membedakan Cuma panggilannya saja, yang satu di panggil ‘sayang’ dan satunya dipanggil ‘nyet’. Walaupun harus benar diketahui bahwa panggilan ‘nyet’ itu adalah panggilan yang lebih sayang daripada panggilan ‘sayang’ yang katanya sepasang kekasih. Sebenarnya ada yang bisa menjadi alasan perbedaan yang mencolok dari orang yang pacaran dengan mereka yang katanya Teman Tapi Mesra itu, perbedaan itu adalah aktivitas yang dilakukan di sebuah kamar. Tidak perlu saya jelaskan, karena teman tapi mesra hanya diantar sampai kedepan pintu kamar kalau perempuan itu ngekos/pintu rumah kalau tinggal sama orang tua, sedangkan yang ‘kebablasan pacaran’ mengantarkan sampai pintu kamar mandi, untuk apa? Untuk bersih-bersih lah. Emang habis ngapain? Gak perlu di jawab, lupakan!
Ini juga bisa menjadi solusi untuk pemerintah dalam mengurangi kerusuhan dan tindak kejahatan dalam pernikahan seseorang. Atau bisa dibuatkan undang-undang. Undang-undang untuk penghinaan bagi dewan rakyat saja ada, masa untuk masalah seperti ini tidak ada. Karena dari sakit hati dan patah hati sering sekali terjadi permasalahan lain. Seperti pelakor(Perebut laki orang)/pewakor(perebut wanita orang), pembunuhan atas dirinya sendiri, pencurian atas hak untuk bahagianya, dan banyak lagi kejahatan yang akan muncul dari hati yang patah.
Akhir kata, aku tidak mengajak kawan semua untuk tidak pacaran, begitu pula untuk pacaran. Tapi mengajak kawan untuk membaca buku dan  menulis, karena dari dua hal itulah kita dapat mengenal dan di kenal dunia. Dari membaca kita dapat membaca pikiran orang yang tertuang jelas dalam setiap kertasnya, dan dari menulis kita bisa menuangkan segala ide yang sudah menggunung di kepala. Lepaskan semua keresahan dan kegundahan yang ada di dalam kepalamu, menjadi barisan huruf dalam kata, yang tersusun rapi dalam kalimat, yang menjadikannya paragraf yang indah.
Selamat membaca, dan ayo menulis. Hidup tidak sekedar, bangun tidur, mandi, pergi sekolah, pergi kuliah, atau pergi kerja, terus pulang singgah di warung makan atau makanan rumah, dan setelah itu tidur lagi. Tapi lebih dari itu, bisa aja nongkrong, ngopi, main game, ngerjain orang, piknik dan lain sebagainya.

Revolusi tidak selalu lahir dari teriakan dan kepalangan tangan, tapi bisa juga dari kain yang biasa di sebut sarung.  dibawa suanteee dan selow aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar