Selasa, 13 November 2018

Mimpi Bukan Hanya Mimpi!

Malam ini dingin sekali bagiku, angin berhembus kencang, masuk menusuk tulang-tulangku.
“kayaknya aku harus pulang deh” kataku dalam hati.
Segera aku kembali ke apartement dan bersiap-siap, merapikan pakaian-pakaian yang akan ku bawa pulang. Kayaknya aku akan benar-benar pulang untuk melepas rindu selama bertahun-tahun tidak pernah kuinjak lagi rumahku itu.
“kau mau kemana li?” kata david dari pintu kamar.
“aku mau pulang vid” kataku sambil merapikan pakaian-pakaian
“kok?” tanyanya bingung
“aku harus pulang vid, melepas rindu yang sudah terlalu besar membendung ini” kataku sedikit puitis
“kapan rencananya pulang?” tanya david lagi
“5 jam lagi pesawatku” jawabku
“gila, kau belum pamitan dengan teman-teman yang lain loh” kata david sambil berdiri di depanku
“aku nanti juga kembali” kataku
“oh syukurlah, kapan kau kembali kesini lagi?” tanya david lagi
“ketika tuhan mengizinkan vid” jawabku
“itu tidak pasti bro. Kok kamu gak bilang-bilang dulu sih” katanya
Aku memberhentikan aktivitas melipatku.
“aku harus pulang vid, kenangan memanggilku” kataku
“ayoolah boy, bagaimana bisa kenangan memanggilmu? Hah?!” balas david dengan nada marah
“aku pun gak tau vid. Tapi kali ini aku akan tetap pulang” kataku menegaskan. Sebenarnya tiap tahun aku selalu ingin pulang, tapi sahabatku satu ini paling jago merayu dan membatalkan semua rencanaku untuk pulang.
“siapa yang mau kau ketemui disana li? Orang tuamu sudah meninggal semua. Dua adikmu sudah meninggalkanmu, siapa yang kau cari disana?” tanya david dengan nada emosi.
Aku tau kenapa dia begitu marah ketika aku memutuskan pulang ini. Karena dia senasib denganku. Dua orang tuanya meninggal, dan kedua kakaknya tidak mau mengurusinya lagi, sehingga dia yang harus menghidup dirinya sendiri. Dan kami berjuang di negeri ini bersama untuk mendapat apa yang kami punya sekarang.
“kau tau li, aku bentar lagi akan nikah dengan selena. Dan aku akan membatalkan itu ketika sahabatku tidak ada disitu” katanya dengan nada begitu marah dengan tangan yang terus menunjukku
Aku tidak menjawabnya dan terus merapikan barang-barang yang mungkin kan ku bawa pulang.
“kau tetap tidak mau mendengarku?” kata david yang kali ini sambil berteriak. Dia segera berlari ke koporku dan membongkar semua yang sudah ku susun rapi.
“hei apa yang kau lakukan?” teriakku sambil berlari mendorongnya
“kau liat li, sekarang aku sendiri. Apalagi kalau kau pulang, aku semakin kesepian. Aku sendiri li, aku sendiri li” katanya yang masih terduduk di lantai
“masih ada selena kan?” kataku sambil merapikan baju yang yang di hamburkan sama david
“kau tau bro, gara-gara kau aku bertemu selena, karena bantuan dan perjuanganmu juga selena menerimaku” katanya. “kau jangan diam saja li” tambahnya lagi
“aku akan tetap pulang vid” kataku
Ku kira kata-kata itu bisa meredam emosi david, segera dia berdiri dan duduk di sofa. Dia tidak berhenti melihatku, yang memancarkan harapan untuk ku tidak pulang.
“ada perempuan yang menunggumu kah?” katanya tiba-tiba. “atau ada utang yang belum kau lunasi? Atau apa yang belum kau selesaikan di negaramu?” tambahnya lagi
“ada janji yang harus ku tepati. Ada mimpi yang harus kuceritakan pada mereka yang membantu menggantungkan mimpi ini” kataku
Aku duduk di atas kasurku berhadapan jelas di depan david yang duduk di sofa
“ada rumah yang harus ku datangi, ada kampus yang harus ku sambangi, ada kuburan yang harus ku beri bunga, ada orang yang harus kuhidupi” kataku dengan nada lirih
David tidak menjawab dan hanya terus melihatku
“ada rahasia di balik kedua adikku yang harus kau tau vid?” kataku
“apa maksudmu?” tanya david
“mereka menungguku pulang, ku yakin tiap malam mereka menangis. Ku ingin mengusap air mata itu vid” kataku. “semua perjuangan mereka itu untukku, dan aku tidak bisa tetap disini menikmati kebahagiaan, sedangkan dia tersiksa dalam hidupnya” tambahku lagi
Segera aku berdiri.dan masuk ke dalam kamar mandi. Dua jam lagi aku akan berangkat. Aku harus siap-siap. Beberapa menit setelah mandi, ku dapati david sudah tidak ada disitu. Hanya tinggal secarik kerta yang tertuliskan “Kembalilah, mereka memang lagi membutuhkanmu”. Segera aku berlari ke apartement kawanku ini, tapi dia tidak ada disana. Tidak ada lagi waktu bagiku untuk mencarinya, karena waktuku untuk berangkat akan segera tiba.
Inikah perpisahanku dengan david? Terlalu pedih rasanya ketika aku tak bisa mengucapkan kata-kata perpisahan dengan sahabatku yang berjuang mati-matian bersamaku selama 5 tahun ini.
Taksiku telah datang, ku kembalikan kunci apartement, dan segera menaiki taksi. Dalam mobil tidak bisa kuhentikan tangisku karena akan berpisah dengan negara ini. Walaupun uangku yang banyak, dan aku bisa pulang-balik kesini dengan gampang, tapi entah kenapa hati ini terasa sangat hancur. Seketika ku lewati, panti asuhan yang dulu tempat kami menginap.
Ketika masih menjadi mahasiswa S2, aku sempet diusir sama pemilik apartement karena memukul anak pemilik apartement. Alasan kami jelas, anak itu mengganggu salah satu pemilik apartement bahkan melakukan pelecehan seksual kepada perempuan itu. Maka pukulanku dan david itu pantas untuk laki-laki brengsek sepertinya. Tapi itu membuat kami bingung harus kemana. Sempet kami berdua hidup di jalanan selama 1 minggu, tanpa kasur, tanpa selimut. Kami mandi untuk kuliahpun harus sembunyi-sembunyi di dalam kamar mandi kampus.
Sampai suatu hari, ada ibu-ibu berteriak keras, “rampok-rampok”, kami yang lagi asik makan di pinggir jalan dengan sigap berlari mengejar perampok itu. David melompat dan mengancing sebelah kakinya, tapi kakia satunya berhasil menendang, sehingga membuat kepala david bocor. Aku dari kebelakang kembali mencoba mengejarnya, segera aku melompat dan merangkulnya dari belakang, ku kancing keras badannya. David yang datang, langsung memukulnya, walaupun bagiku itu berlebihan karena banyak sekali darah yang keluar dari perampok itu, mungkin karena tendagan itu. Segera kuhentikan, sebelum dia  membunuh perampok ini.
Segera kami ikat dia, dan menghubungi polisi, karena memang jalanan itu sangat sepi. Segera ku kembalikan tas kepada ibu itu.
Kami di bawa ke kantor polisi untuk di minta keterangan. Setelah berjam-jam kami di minta keterangan, kami pulang. Tapi ibu itu mengajak kami untuk tinggal di tempatnya, mungkin ini rasa terima kasihnya, tapi begitulah mungkin orang baik, akan di bantu juga. Akhirnya kami tinggal di panti itu bersama anak-anak yang lain.

“bapak tidak papa, saya liat dari tadi bapak hanya menangis?” kata sopir taksi itu menghentikan tangisku
“tidak kok pak, saya hanya lagi mengingat sesuatu aja” kataku. Sopir itu hanya mengangguk.
“sudah sampai pak” kata sopir itu
“makasih ya pak” segera ku turun dan ku beri uang
“tapi ini lebih banget pak” kata sopir itu
“ambillah semua, karena tidak tau lagi, kapan aku bisa naik taksi seperti ini” kataku dan segera ku tinggalkan dia.
Sopir itu hanya terheran melihatku pergi
Memang semua punya kenangannya. Semua pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan, maka buat apa kutangisi lagi. Karena semua perpisahan akan menjadi pertemuan-pertemuan yang baru.
Setelah beberapa menit ku menunggu di ruang tunggu, waktunya pesawatku untuk berangkat. Dengan berat rasanya kaki ini ku langkahkan. Tapi beginilah aku. Aku akan tetap pulang. Untuk menyampaikan pada mereka bahwa mimpi ini bukan lagi menjadi mimpi dan ini karena mereka.
Diatas pesawat, tidak kudengar instruksi pramugari dan hanya memandang keadaan di luar pesawat. “mungkin suatu hari kita akan bertemu lagi, belanda, panti ceria, dan begitu pula kau david” kataku dalam hati
Pesawat mulai lepas landas

. . . BERSAMBUNG . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar