“kenapa mba?” tanyaku
Cewek didepanku tidak menjawab pertanyaanku dan
masih saja menangis. Rasanya ingin ku tinggalkan tapi tidak tega juga. Jam
sudah pukul 12 malam dan dia duduk menangis sendiri di antara lorong gang
kampung.
“mba udah malam loh” tambahku lagi
Tapi lagi-lagi tidak ada jawaban dan masih tetap
menangis. Fikiranku sudah lari kemana-kemana. Mungkin saja cewek ini di
tinggalkan cowoknya atau jangan-jangan dia habis di perkosa oleh sekelompokan
orang.
“mba, gak baik loh tengah malam gini, sendirian
lagi” kataku.
Lagi-lagi dia Cuma menangis. Semakin bingung dan
sempat terlintas dalam kepalaku, jangan-jangan ini setan atau kuntilanak yang
sering ada di film-film. Tiba-tiba keringatku mulai bercucuran. Karena takut,
ku tinggalkan saja perempuan itu
“mas” panggil perempuan itu kepadaku. Tapi aku tidak
berani menoleh ke belakang. Jangan sampai ketika noleh kebelakang langsung aku
di cekik kan bisa bahaya. Aku terus berjalan secepat mungkin
“mas, tunggu” katanya lagi
Semakin dia memanggilku, semakin cepat laju jalanku.
“maaaas, tunggguuuu” teriak dia kepadaku
Aku langsung berhenti, mana mungkin kuntilanak
berteriak fikirku. Segera aku berbalik dan kaget melihat mukanya. Belum sempat
aku ngomong tiba-tiba perempuan itu pingsan. Semakin bingung aku jadinya. Mau
ku apakan perempuan ini, ku tinggalkan kasihan, ku bawa ke kost siapa tau dia
kuntilanak. Dengan menghela napas panjang, segera ku angkat dia, dan akhirnya
ku bawa di tempat tinggalku
“aku dimana ini?” suara itu mengagetkanku. Segera
aku berbalik. Ternyata perempuan itu sudah sadar.
“mba, ini siapa ya? Kok nangis malam-malam di
pinggir jalan gitu?” tanyaku
Tanpa menjawab perempuan itu mendekatiku dan
memelukku begitu saja, dan lagi-lagi menangis. Semakin membuatku bingung
“mba nya kenapa ya kalau boleh tau ini?” tanyaku
lagi, yang masih ada dalam pelukannya.
Tiba-tiba dia melepasku dan berkata “kamu bukan
gery? Kamu siapa?”. Semakin bingung aku di buat perempuan satu ini
Segera aku berdiri dan mengambil kaca yang
menggantung di dinding kamarku. “mba kayaknya cuci muka dulu deh, ini liat
mukanya. Mungkin gara-gara ini, jadi pikirannya gak jernih” kataku sambil
menunjukkan kaca kepadanya. Mukanya penuh dengan make up yang luntur akibat
hujan dan sudah tentu air matanya
“aaaaaaah” perempuan itu teriak keras. Dan segera
berlari menuju kamar mandi
“makasih ya mas” katanya setelah keluar dari kamar
mandi. “namaku amelia, panggil aja amel” tambahnya lagi.
“oh iya mba amel, saya Yudha” kataku.
Segera kuberikan handuk untuk membersihkan mukanya.
“mba mandi aja gimana?” kataku
“maksud masnya apa?” tanya dia
“gak maksud apa-apa mba. Kayaknya baju mba itu lepek
banget, abis kena hujan gitu. Kan enak juga kalau badan basah gitu” kataku
Dia diam sejenak dan kembali berkata “tapi saya gak
ada baju mas”
“tenang mba, saya punya baju kok” balasku
“baju cowok? Gak lah” katanya sambil menolak
“ini baju cewek kok mba” kataku. Segera aku berdiri
dan mengambil beberapa baju cewek di lemariku
Dia terlihat heran ketika ku memberikan pakaian
perempuan kepadanya
“jangan salah paham dulu mba, itu punya adikku kok”
kataku menjawab keheranannya.
Segera dia berdiri dan kembali masuk kedalam kamar
mandi. Begitu pula aku melanjutkan tulisanku
Beberapa menit kemudian, dia keluar dari kamar
mandi.
“mas ada kantong plastik gak?” kata amel
“oh ada mba, tunggu yaa?” aku segera mengambil di
satu rak milikku “ini mba”
Segera dia memasukkan baju basahnya
Kembali ku lanjutkan tulisanku lagi. Ya mungkin
namanya perempuan pasti siap sedia masalah kecantikan di dalam tas kecilnya.
Dia mulai menggunakan alat make upnya, mulai dari bedak, lipstik, sampai
parfumnya yang begitu menyengat.
“mba, kok malam-malam gini masih make up aja?”
tanyaku penasaran kepadanya
Dia berhenti dari aktifitas make upnya, dan tertawa.
“emang ada yang lucu dari pertanyaanku mba?” kataku
bingung
“gak kok mas” jawabnya sambil melanjutkan make upnya
kembali
Karena tidak mendapat jawaban darinya, aku kembali
melanjutkan tulisanku lagi. Beberapa menit kami lewati dengan diam dan
kesibukan masing-masing, aku dengan tulisanku, dan amel dengan alat make upnya.
“mas ngapain sih?” katanya memecah keheningan kami
“oh ini mba? Nulis mba” jawabku
Segera amel berdiri dan mendekatiku. “nulis apa
mas?” tanyanya lagi
“nulis cerita” kataku yang masih fokus pada
laptopku. “oh iya mba, aku mau nanya dong” tanyaku menghadap kepadanya
“nanya apa mas?” katanya sambil berjalan menuju sofa
lagi.
“mba kok bisa ada di pinggir jalan gitu? Nangis
lagi. Tadi ku kira setan loh” kataku. Sambil membalikkan badan di atas kursiku.
“makanya masnya lari ya tadi? Hahaha” katanya sambil
tertawa
Segera aku berbalik 180 derajat di atas kursi untuk
mendapat tempat nyaman mendengar ceritanya
“yaa gimana lagi mba, nakutin sih. Di tanya Cuma
nangis doang” jawabku
“kan emang aku setan mas” katanya sambil tertawa seperti
kuntilanak. Walaupun sedikit maksa sih
“iya sih mirip mba” kataku sedikit tertawa
“aku mau cerita, tapi gak usah panggil aku mba ya,
kayaknya kita seumuran deh. Umurku sekarang 23 kok” katanya
“oh gitu? Sama dong aku juga 23. Terus aku panggil
apa dong?” tanyaku
Dia tidak menjawab, dan berjalan mendekatiku dan
mendekatiku, kepalanya menundukkan mendekatkan mulutnya ke telingaku dan
berbisik “panggil sayang aja”. aku kaget dan memundurkan badan dengan cepet
kebelakang, kulihat dia Cuma tersenyum kembali berjalan ke tempat duduk lagi.
Dan dia tertawa melihatku.
“kamu belum pernah punya pacar ya yud?” tanyanya
“kok nanya gitu?” kataku
“yaiyalah, masa aku gituan aja kaget banget sih”
balasnya lagi
“lah terus? Itu bukan hal biasa loh. Kenal kamu aja
barusan loh” balasku juga
“kok kamu sih, kan aku bilang panggilnya sayang loh
yud” kata dia lagi
Aku menggaruk kepalaku bingung dan dia malah tertawa
“aku bukan orang sini yud” katanya setelah capek
ketawa ku kira
“lah emang dari mana gitu mba?” tanyaku lagi
Dia diam lagi, dan tiba-tiba menundukkan kepala dan
menangis. Kenapa lagi ini cewek fikirku. “kenapa mba?” tanyaku. Bukan menjawab,
malah tangisnya yang semakin kencang. “mba udah malam loh. Kenapa sih mba nya
ini?” tanyaku lagi. Dan sial, tambah keras aja tangisnya.
Aku semakin bingung, berdiri dan segera
mendekatinya, tapi bingung mau ku apain ini cewek kalau dia menangis sekeras
ini. Aku hanya bingung dan menggaruk kepala di depannya. Tiba-tiba dia
mengangkat kepalanya dan bilang “aku gak mau lanjut cerita dan mau nangis aja”
katanya, yang kulihat matanya bengkak, sebenarnya bengkak itu dari awal ku
temui perempuan ini di pinggir jalan, mungkin tangisnya kali ini semakin
memperbesar bengkak itu.
“yaudah deh mba, kalau gak mau lanjut cerita, tapi
jangan nangis dong. Eh boleh deh nangis Cuma jangan keluar suara ya” kataku,
yang sebenarnya aku pun bingung dengan kataku sendiri
“aku gak bakal nangis, asal jangan panggil mba ya”
katanya. Semakin membingungkan perempuan satu ini. “kayak aku lebih tua dari
kamu aja sih” tambahnya lagi
Segera aku kembali ke tempat dudukku. “terus harus
ku panggil apa dong?” kataku semakin bingung
“kan tadi aku udah bilang kan ke kamu” katanya
Aku menggaruk kepala. “iya deh. Oke diam ya sayang,
sekarang silahkan cerita, kok bisa kamu di pinggir jalan tadi sayang” kataku
sambil masih menggaruk kepala.
Tidak lagi menangis dia malah ketawa begitu keras
dan berkata “gitu dong. Kan jadi bisa ku lanjutkan ceritaku”
“yaudah lanjutkan” kataku
“sayangnya mana?” katanya
Dalam hatiku, kayaknya aku salah tolong orang ini.
“iya, silahkan lanjutkan sayang” kataku.
. . . BERSAMBUNG . . .