Perebutan Kursi kekuasaan adalah hal lumrah yang
terjadi di negera indonesia ini. Dari perebutan kursi kepala desa sampai dengan
perebutan kepala negara. Dan semua di lakukan dengan sangat meriah dan penuh
kegembiraan. Pawai yang tak henti-henti dengan knalpot motor yang lumayan
membisingkan telinga, sampai dengan goyangan maut nona-nona di atas panggung,
ya dangdutan. Semua orang menikmati setiap tawaran kebahagiaan yang di berikan
oleh para calon penguasa. Dan ingat, itu hal lumrah di negeri ini
Tahun 2019 pun masuk. Dari munculnya
#2019gantipresiden, hingga di beri tandingan #2019tetapjokowi, semua
pertarungan perebutan di lakukan. Yang paling menarik dari semua pertarungan
ini adalah, bahwa semua ikut andil. Siapapun dia, ketika dia berpihak pada
salah satu pasangan calon, maka tidak menutup kemungkinan dia melakukan apapun
untuk membantu dan memberi dukungan pada pasangan tersebut, tanpa terkecuali.
Salah satunya adalah menyebar kebohongan atau yang biasa di sebut dengan kata
hoax.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, hoax artinya
berita bohong. Ataupun dalam Oxford
English Dictionary, Kata hoax di definisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘Kebohongan yang di buat dengan tujuan
jahat’. Dari beberapa pengertian ini, kita dapat menarik benar merah bahwa hoax
ini merugikan. Dia tidak hanya berisi kebohongan, tapi penuh dengan intrik
kejahatan.
Dari pengertian diatas, ternyata hoax tidak lalu
menjadi musuh bagi masyarakat secara utuh, bagi sebagian orang, hoax di jadikan
senjata untuk menghabisi lawan-lawannya. Apalagi di tahun politik seperti ini.
Apapun informasi dan berita di kabarkan kepada publik tentang para pasangan
calon. Yang kita lebih menganalisa dan mengkaji lebih dalam ternyata berita
atau informasi yang di sebar itu tidak memiliki sumber data yang valid, bahkan
terkesan di buat-buat untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Beberapa waktu lalu kita di hebohkan oleh kejadian
yang menimpa ratna sarumpaet. Ratna mengatakan pada awak media bahwa dia di
pukul dan di kroyok oleh orang yang tak di kenal, sehingga mukanya hancur.
Memang terlihat seperti telah di kroyok. Tapi beberapa saat kemudian, ratna
menangis di depan media dan mengatakan bahwa “saya adalah pembuat hoax terbaik
di negeri ini”. Ternyata berita pemukulan dan pengkroyokan itu hanya
akal-akalan ratna untuk menyerang lawan politiknya yang tentunya pasangan calon
petahana. Alih-alih ingin mengatakan pada publik bahwa dia di kroyok oleh orang
pemerintahan dan meminta bantuan masyarakat, tapi malah balik di serang dan di
bully habis-habisan oleh masyarakat. Tapi tidak cukup sampai situ, kerugian
tidak hanya di dapatkan oleh calon petahana yang masih memimpin, tapi tentunya
oleh pasangan calonnya yang satunya lagi. Bagaimana tidak, ketika mendapat
kabar bahwa tim pemenangannya di pukul dan di kroyok oleh yang katanya orang
pemerintahan, pasangan calon itu langsung melakukan konfrensi pers dan mengutuk
keras perbuatan tersebut. Ternyata keberuntungan hanya datang sebentar, berita
itu ternyata bohong, ratna tidak di pukul tapi telah melakukan operasi plastik.
Mungkin tidak di liatkan expresi para paslon berserta pendukungnya tersebut.
Tapi itu menjadi pukulan keras bagi mereka.
Tidak hanya itu, banyak sekali hoax kecil-kecilan
sebutku, yang tersebar di publik tanpa ada penyaringan yang baik. Apalagi
masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah. Berita-berita yang masuk
kepala masyarakat, terkadang tidak tersaring, langsung masuk dan di cerna.
Padahal sumber datanya tidak ada, dan pastinya penuh kebohongan, dan lebih ganas
lagi di tambahkan ujaran penuh emosi untuk membakar masyarakat, yang harapannya
dapat menggiring masyarakat berpihak.
Hoax akhirnya banyak memberi efek buruk, dan
memperkeruh suasana. Tidak hanya terjadi gontok-gontokan di antara para elit
tim pemenangan, tapi juga di akar rumput/masyarakat. Saling maki, saling hina,
saling tuding, bahkan saling pukul menjadi suatu kewajaran. Untuk membela
pendukungnya, bahkan tidak menutup kemungkinan, hubungan persahabatan atau
kekeluargaan yang sudah lama, harus hancur berantakan hanya karena beda
pilihan.
Kita sebagai masyarakat indonesia harus bisa menyikapi
ini dengan benar. Karena efek yang timbul dari Hoax ini sangat buruk bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk menciptakan pemilu yang damai, penuh integritas
dan baik, sudah barang tentu hoax harus di bumihanguskan. Ujaran kebencian,
berita bohong, informasi yang tidak benar harus di bersihkan dari kepala-kepala
masyarakat indonesia. masyarakat harus lebih cerdas memilah dan memilih informasi,
agar tidak gampang di tipu dan terbawa emosi.
Kita semua dapat melihat bagaimana akhir-akhir ini
pertarungan di atas maupun di bawa penuh dengan kelakukan yang tidak
bermartabat. Seperti kehilangan harga diri manusia-manusianya yang efeknya
adalah negara ini kehilangan harga dirinya.
Sudah saatnya pertarungan politik ini di bangun atas
dasar kecerdasan, atas akal sehat, atas dasar keseriusan untuk sama-sama
memperbaiki, sehingga kedepannya keadaan negara ini bisa baik dan benar. Tidak
perlu ada saling menghina, tidak perlu ada saling sindir di media sosial,
pembuatan puisi, mengeluarkan kata-kata yang kurang enak di dengar seperti
“Sontoloyo” ataupun “gendoruwo” dan segala macamnya.
Yang menjadi parahnya lagi, para elite politik terikut
arus itu, seolah ingin mendukung pasangannya, malah melakukan hal-hal yang
kurang integritasnya. Pertarungannya menjadi sangat dangkal. Tidak ada
pertarungan gagasan, tidak ada pertarungan konsep, minim sekali pertarungan
program untuk pembangunan nasional yang lebih baik. Kenapa saya bilang begitu?
Terbukti dari debat pertama tentang hukum dan ham. Bagaimana argumentasi para
calon sangat mendasar dan masih di permukaan. Narasi-narasi yang di bangun
masih jauh dari kata baik. Tapi yang di pertontonkan tidak sedikit adalah
saling hina, saling serang, dan saling sindir. Menyedihkan!
Maka kita sebagai masyarakat indonesia, harus menjaga
ini semua. Pertarungan politik adalah sebuah hal yang lumrah dalam negara
demokrasi, tapi bagaimana suatu yang lumrah ini tidak di campuri oleh hal-hal
yang buruk, seperti hoax contohnya. Karena bagi saya hoax inilah biang keladi
dari kerusuhan politik 2019 ini.
Kita harus berani mengambil langkah, bergerak melawan
hoax, agar tercipta negara indonesia yang damai dan kondusif. Dan tentunya melahirkan
pemimpin yang benar, yang membangun negaranya dengan penuh cinta dan kasih.
Pada akhirnya, saya hanya bisa berharap agar pemilu
tahun ini berjalan lancar, tanpa perlu ada pertikaian yang tak berarti. Lawan
Hoax, Sampai ke akarnya!