Kamis, 30 April 2020

Untuk Buruh, Mari berjuang bersama! Mayday!

Selamat hari buruh yg abadi tertindas. 
Abadi perjuangan tertindas akan kebutuhan pangan, sandang , papan dan martabat nan tinggi. 

Entah kapan kata buruh ini menjadi sebuah sistem yang mengakomodasi pekerja kelas menegah ke bawah terbesar di dunia. Apakah di era jauh sebelum revolusi prancis ? Kolonial ? Atau sebelum agama masuk ke dalam pikiran yg sehat dalam menjalankan sistem kehausan atas kebutuhan hidup (ekonomi). 

(Harus cari dasar penciptaan buruh). 
Buruh tercipta atas dasar banyaknya jumlah kebutuhan manusia dalam pilar” kebutuhan sanpangpan . Ini menjadi peluang para investor dalam memanfaatkan khausan ini. Menjadi sistem yg aneh bukan. Ketika buruh menjadi peran penting dalam penyedia pilar-pilar kebutuhan tapi ternyata mereka tidak mampu mendapatkanya. Jelas terang bahwa hingga saat ini buruh menjadi komiditas monopoli politik untuk menjadi lebih baik. Sayang mereka harus melalui jalur itu dimana para pembesar sudah siap sedia menerkam hak hak mereka dalam strategi. 

“Selamat hari buruh” 
Selalu menjadi tranding yg memilukan bagi saya terkhusus kita tidak pernah bertanya apa makna kata selamat bagi mereka. Apakah ini ejekan atas kelasnya atau ternyata motivasi yg datang karena moment pas layaknya natal dan idul fitri ? . Sial cinta , moment yg selalu dipakai untuk memberi selamat kepada mereka , ternyata di pakai oleh oliegakri sebagai jadwal pentas bahwa mereka belum punah layaknya tontonan hewan purba yang meminta modern melalui demonstrasi. 

Izin-izin di berikan kepada mereka pada hari ini, jalan jalan di berikan kepada mereka hari ini, begitu pula panggung megah. Namun sayang hati para petinggi tidak pernah terbuka , malah tertawa layaknya berkata “kami bisa meramal kebutuhan, kayakinan bahkan kematian kalian “. Ingat mereka penguasa layaknya sesi acara dalam kegiatan menempatkan hari ini sebagai hari untuk para buruh tampil, mungkin nanti jadwal untuk guru tampil, bahkan wanita.  

Tentu tidak dinafikkan bahwa sy juga perlu moment untuk menulis, tapi sy sadar bahwa yang berhak menggunakan kata “SELAMAT” bukan mereka yg masih dalam pementasan para sesi acara. Selamat selalu menjadi simbol bagi perayaan tanda selesai , untuk mengenang, telah selesai, dan atas pencapaian. 

Maka dengan ini
#mariberjuangbersamaburuh.

Penulis : Maulana Wahyu Ayatullah

Menikmati gagasan Bang Is di Pengadilan Musik DCDC - (Ramadhan Menulis #07)

Pertama saya tau ada acara Pengadilan Musik DCDC itu ketika ada potongan video, dimana danilla yang menjadi terdakwa. Di dalam potongan video tersebut danilla mengatakan “sebenarnya main Bokep itu enak kang. Karena ngewe dan dibayar”. Hal-hal yang berbau semacam itu mah pasti viral di perduniamayaan indonesia raya ini. Dari situlah saya coba menuju ke pengadilan musik DCDC. Bukan untuk liat danilla doang. Liat yang lain juga tentunya.
Ada episode yang paling menarik bagi saya, yaitu ketika pusakata yang menjadi terdakwa, kalau ada yang tidak tau siapa itu pusakata, pusakata itu adalah bang is, mantan vokalis payung teduh. 

Episode ini adalah satu dari dua episode pengadilan musik yang saya nonton sampai tuntas. Satunya episode ketika jason ranti jadi terdakwah. 
Alasan saya tidak menonton habis episode yang lain karena banyak menggunakan bahasa sunda, yang membuat bingung. Analoginya itu ketik kamu lagi nongkrong, terus teman-temanmu yang lain lagi bercanda pakai bahasa daerah mereka, dan tertawa terbahak-bahak, dan kamu ketawa-ketawa bingung. Bingung karena kalau ketawa tidak paham, tapi kalau tidak ketawa ntar di bilang gak asik.
Kembali ke episode pusakata tadi. Dalam episode ini, banyak hal-hal menarik yang saya temukan dari seorang bang is, pusakata tersebut. Seperti bagaimana dia menjelaskan soal nama pusakata, serta bagaimana  bermusik dan berkesenian. Ada beberapa potongan percakapan yang ingin saya kutip, ini salah satunya :
Budi Dalton : “kenapa menggunakan nama pusakata?”
Bang Is : “saya tidak ingin pusakata menjadi selfcenter. Saya berharap nama pusakata terus ada bahkan ketika saya tidak ada. Bisa dilanjutin anak saya, bisa dilanjutin sama orang yang layak membawa nama pusakata tadi”
Gagasan soal nama saja membuat saya kagum dengan cara berpikirnya. Bahwa pada akhirnya kita tidak melulu harus menjadi pusat atas apa yang kita buat, karena tanpa ada orang di sekitar kita, kita hanya orang biasa.
Ada percakapan lagi yang saya kutip, yang bisa menjawab kenapa, bang is punya cara berpikir seperti itu. Ketika itu pembahasan soal bang is, payung teduh dan pernyataan mundurnya dari payung teduh. Berikut percakapannya :
Pidi Baiq : “pak is ini kan dalam tanda kutip pemilik payung teduh? Kenapa tidak mereka yang ikut gayamu?”
Is : sebenarnya sempat di tawarin bahkan dari tim produksi, kenapa gak pake cara lain aja, kamu yang tetap, yang lain di pecat. Saya tidak mau jadi orang yang arogan”
Pada waktu itu, bang is merasa, cara payung teduh tidak sesuai dengan cara berkeseniannya, sehingga memilih mundur adalah jalan terbaiknya, sehingga muncul jawabannya tersebut.
Ini adalah gambaran kita hari ini, kadang kita tidak sadar kalau sedang melakukan tindakan arogan kepada seseorang, hanya karena kita pemilik sesuatu, atau karena kita adalah orang yang paling berpengaruh, kita melakukan hal sesuka kita. Tidak bisa dipungkiri ketika kita berada dalam kondisi yang punya power kuat, kita sering lupa diri, sering lepas kendali. 
Setelah itu bang is menyampaikan tentang seni, berkesenian, pelaku seni dan tanggung jawabnnya, mendengarnya, saya merasa masih sangat jauh untuk bisa di sebut sebagai seniman. 
Kala itu lagu-lagu diindonesia menggambar sesuatu tentang percintaan, hancur hati, patah hati dan segala macam percintaan. Lalu bang is berkata : “waktu itu musik sama semua temanya, depresi, hancur hatinya, banyak berakhir di tiang listrik, lompat dari tiang sutet. menurut bang cholil (efek rumah kaca) “saatnya musisi bertanggung jawab atas lirik dan efeknya buat pendengar” saat itu banyak yang bunuh diri karena banyak di temukan di HPnya di temukan chat ada yang selingkuhlah, apalah. Hari itu menjadi titik balik saya untuk bikin lagu bahwa lebih menceritakan kehidupan dan merayakan kehidupan sih sebenarnya”
Musik memang selalu bisa menggambarkan hati manusia, entah itu lagu sedih ataupun lagu bahagia. Bahkan ketika kita lagi mendengar sesuatu lalu merasa sama dengan keadaan kita, kita akan menghafalnya begitu dalam dan menyanyikannya sambil berteriak dalam hati “ini lagu, saya banget cukz!”.
Ada lagi pecakapan yang mana bang is ingin menjelaskan bahwa seniman tidak bisa lepas dari tanggung jawabnnya, yang mana hanya membuat lagu, lalu sudah. Ketika itu bang is bicara tentang anak muda yang kreatif dan luar biasa, seperti dia menceritakan anak nelayan di timur yang ingin membuat koperasi nelayan, yang tidak lewat tengkulak. Lalu disambut dengan pertanyaan pidi baiq seperti ini :
Pidi baiq : “kenapa pak is terlalu memikirkan hal-hal itu, kan ada presiden? Apakah itu tugas seniman?
Bang is : “iya betul itu tugas seniman. Tugas seniman itu mengolah dinamika sosial untuk menjadi sebuah pesan. bukan sekedar hal-hal yang kamuflase dan bukan sekedar hal untuk menarik perhatian. dan kayaknya kita terlalu capek nyalahin pemerintah mulu. Dari dulu presiden sudah ada dan memang sudah banyak perubahan terjadi, dan tapi lebih banyak perubahan  juga yang sebenarnya tidak bisa di rasakan oleh orang-orang”
Pada akhirnya kesimpulan saya adalah menjadi seniman itu berat. Tugasnya tidak hanya menghibur, tapi mengolah dinamika sosial. Kita tidak bisa hanya sekedar bernyanyi dan berkesenian, tapi bagaimana efek dari berkesenian itu nantinya harus dipikirkan dan disiapkan pula, apakah nantinya akan berdampak baik atau malah berdampak buruk, seperti yang sudah-sudah terjadi.  
Untuk penutup tulisan ini saya ingin mengutip kata bang is, ketika di tanya maksud dari albumnya yaitu “dua buku”, bang is menjawab seperti ini “saya ingin album ini menjadi pengingat orang dalam apapun profesinya apapun latar belakagnnya, jangan sampai lupa bahwa energi terbesar itu datang dari kampung, datang dari keluarga, datang dari rumah, energi kita bersama itu dari negeri ini sendiri. Semoga kita bisa pulang. Karena orang yang beruntung itu, adalah orang yang mengingat cara untuk pulang, baru dia ingat cara untuk mencari jalan pulang, karena saya yakin banyak orang yang lupa pulang”
Hormat bang is, sebagai orang bugis makassar, saya bangga punya saudara satu suku yang keren!
Bagi yang belum tau, silahkan untuk dengarkan sendiri, semua lagunya bagus dan penuh jiwa dan tanggung jawab!

07 Ramadhan 1441 H

Rabu, 29 April 2020

Sang Nabi Misterius yang "abadi"

Sang Nabi Misterius yang “Abadi”.
Oleh Maulana Wahyu A.
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seseorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati apakah mereka akan kekal ? ” (QS. Al-Anbiya 21:34)

Dalam kisahnya, Sang nabi sering menjadi perbincangan di kalangan umat beragama terkhusus islam. Sebagai pengantar awal tentu judul ini akan membangun paradigma bahwa tiada lagi nabi yang hidup setelah manusia paling mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Namun perlu disadari bahwa kehidupan tidak hanya bersifat nyawa dan jasad, kisah ini selalu jadi menarik karena sang nabi misterius ini ternyata abadi dalam perjalanannya. Tak bisa dipungkiri bahwa perbincangan ini akhirnya membangun beberapa keyakinan atas sang nabi benar-benar masih hidup sampai saat ini , dalam beberapa kaum sufi meyakini ia benar – benar masih ada dan yakin atas perjalananya.
Kelahiranya pun membangun paradigma bagaimana atas asal usulnya melalui garis keturunannya dalam beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa ia merupakan putra nabi adam a.s yang tercipta dari tulang sulbinya. Pendapat kedua menyatakan bahwa ia merupakan anak dari Qabil , putra nabi Adam , pendapat ke tiga menyatakan bahwa ia merupakan cucu nabi harun , saudara laki-laki nabi musa , sementara pendapat lainya menyatakan bahwa ia merupakan cucu firaun dari anak perempuan firaun. Ada pula yang menyatakan bahwa ia merupakan anak dari seseorang yang beriman kepada nabi Ibrahim dan ikut hijrah Bersama nabi Ibrahim ke negara babilonnia. 
"Suatu ketika ia duduk di atas tanah kering berwarna putih. Tiba-tiba tanah yang ia duduki berguncang dari bawah dan berubah menjadi hijau”.  Namun , apakah ia seorang yang benar-benar nabi ?, jika ia bukan nabi, bagaimana mungkin ia lebih tahu dari nabi musa ?. segala perbuatanya selalu menjadi tanda tanya saat Bersama dengan nabi musa, dari menyembelih bayi sampai melubangi kapal yang ia tumpangi agar tenggelam. Lantas bagaimana mungkin ia bukan nabi ? sementara nabi musa pernah menjadi pengikutnya. 
Beberapa kisahnya ia termasuk salah seorang yang hidup pada masa pemerintahan raja afridun (salah satu raja persia) dan ada pula yang berpendapat bahwa ia hidup pada masa awal zulkarnain, tokoh  yang hidup bersamaan dengan nabi Ibrahim. Zulkarnain merupakan salah satu di antara sekian hamba Allah yang saleh, ia memiliki derajat yang tinggi di mata Allah dan memiliki kekuasaan bumi bagian timur sampai barat. Zulkarnain mempunyai sahabat dari bangsa malaikat yaitu rafail. Suatu hari rafail mengunjunginya. Ketika keduanya berbincang, Zulkarnain bertanya kepada sang malaikat “ceritakanlah bagaimana ibadah kalian di langit” . 
Mendengar pertanyaan itu seketika rafail menangis dan berkata “ ibadah kalian sungguh tidak ada apa-apanya dibanding ibadah kami di langit. Dilangit terdapat malaikat yang selalu berdoa sambil berdiri dan tak pernah duduk sama sekali”. 
Mendengar itu Zulkarnain pun ikut menangis dan berkata “ sungguh aku berharap diberi umur Panjang sehingga aku bisa beribadah kepada tuhanku dengan sebenar-benarnya”
“Apakah kau benar – benar menginginkanya ?” tanya rafail
“Ya” tegas zulkarnain
Rafail pun menceritakan tentang mata air kehidupan “bahwa malaikat kerap menceritakannya bahwa allah memiliki tempat tergelap di bumi, yang tidak pernah di injak oleh manusia dan jin. Kami menduga bahwa mata air kehidupann ada ditempat itu”.
Maka Zulkarnain mengumpulkan semua para ulama dibumi dan menanyainya tentang tempat tergelap dimuka bumi ini, namun tidak ada yang menjawab sampai sang nabi pun menjawab tentang tempat tegelap di bumi ini dan ia pun di angkat menjadi salah satu mentrinya.  Alkisah ia menemaninya menyebrangi sungai kehidupan dan menimumnya, yang merupakan salah satu pendapat asal kehidupan abadinya.  Saat ini ia dikenal dengan nama Nabi Khidir. 
*Kisah ini merupakan resensi dari buku misteri nabi khidir oleh Ibnu Hajar al-Asqalani. 
Semua pun masih menjadi misteri sampai saat ini.

Mahasiswa kehilangan gregetnya - (Ramadhan Menulis #06)

“Mahasiswa hari ini kehilangan gregetnya” begitulah apa yang di sampaikan oleh pemateri dalam diskusi interaktif refleksi 20 tahun reformasi kala itu. Sebenarnya sangat menarik ketika kita berbicara tentang mahasiswa dan hakikatnya. Karena bagiku sebagai mahasiswa juga kita dihadapkan pada masalah-masalah yang kompleks. Dari masalah kuliah sampai dengan bobroknya negara hari ini. 
Ketika ruang-ruang diskusi semakin sedikit, ketika sudut-sudut kampus hanya diisi dengan para mahasiswa berkumpul sambil memiringkan hp, atau mahasiswi yang berkumpul sambil goyang-goyang di depan hp maka disitulah mahasiswa hari ini mengalami penurunannya. Mereka kembali tidak berani membela haknya sendiri, mereka mati di bunuh ketakutannya. Ketika di awal perkuliahan dosen selalu melakukan kontrak belajar dengan harapan sistem perkuliahan yang berjalan nantinya bisa tertib dan baik, dan mahasiswa meng-iya-kan dengan menganggukan kepalanya. Salah satu aturannya batas toleransi keterlambatan adalah 30 menit dari jadwal, sehingga ketika mahasiswa telat 32 menit, maka kata-kata yang didapat dari dosenya adalah “mas, tolong di tutup pintunya dari luar ya”. tapi sebaliknya ketika dosen tidak datang, dan mengatakan “saya telat 1 jam ya” kita manut dan tunduk. Mampus kau di koyak-koyak dosen! 
Mahasiswa ditakut-takuti dengan sistem 75% kehadiran, mahasiswa di takut-takuti dengan IPK yang kecil, yang akhirnya membuat melakukan segala cara, mencari jalan pintas paling cepat untuk menghapus ketakutan mereka sendiri. Masalah absen yaa titip absen, IPK Kecil yaa nyontek dan nyontoh tugas teman aja.  dalam forum diskusi interaktif itu juga, mas eko prasetyo yang sebagai pemateri mengandaikan keadaan mahasiswa sekarang dengan mahasiswa dulu. Ketika dulu mahasiswa berani melakukan kritik terhadap dosen yang seenaknya seperti ketika mahasiswa memakai sandal di dalam ruangan, dan ketika di usir sama dosennya, mahasiswa dengan santai menjawab “yang kuliah otak saya pak, bukan sandal saya!”. Hari ini tidak ada mahasiswa yang berani seperti itu, bahkan terkesan langsung mengamini dan membenarkan segala sesuatu yang keluar dari mulut seorang dosen. mungkin kali ini harus tak akui bahwa membaca kata-kata mutiara itu bisa membangkitkan semangat juga, yaitu kata-kata mutiara dari salah satu aktivis mahasiswa yang tersohor ketika zaman pimpinan Ir Soekarno dia mengatakan bahwa “guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau”. Maka jangan merasa kecil, toh dosen hanya lebih lama hidup saja dari kita, tidak semua diketahui apalagi dengan zaman yang sudah bergerak begitu cepat, maka kita sebagai generasi milineal harusnya bisa lebih cerdas, dan mantap menjadi mahasiswa.
Kalau di tanya “apa yang dibutuhkan mahasiswa hari ini?” yaa sudah barang tentu jawabannya adalah keberanian dan nyali. Karena keberanian mahasiswa sekarang telah di belenggu oleh sistem yang saya tuliskan di atas. Mereka takut tidak hadir kuliah sehingga presensi kehadirannya kurang, sehingga menciptakan baru bahwa nantinya nilai yang didapat kecil sehingga IPK yang di dapatkan kecil, dari situ muncul lagi ketakutan bahwa ketika IPKnya kecil, maka sangat susah mendapat kerja, dan ketakutan baru lagi muncul, ketika tidak mendapat kerja, maka akan miskin dan di tindas. Yang akhirnya pendidikan hari ini malah menghadirkan ketakutan-ketakutan yang membunuh daya kritis dan nalar Mahasiswa itu sendiri. Pendidikan yang harusnya menghadirkan tanggung jawab intelektual beserta tanggung jawab kemanusiaan malah hanya menghasilkan para pekerja.

06 Ramadhan 1441 H

Selasa, 28 April 2020

Mahasiswa Bermental Kertas - (Ramadhan Menulis #05)

Saya hubungi salah satu panitia ospek di salah satu kampus “Mba, ini ospeknya wajib ikut ya?”. “iya mas, soalnya sertifikatnya untuk syarat kelulusan” jawab panitia ospek tersebut. 
“dasar mahasiswa bermental kertas” umpatku dalam hati.

Kenapa lalu ku sebut mahasiswa bermental kertas? Karena ternyata secarik kertas bisa menentukan kedepannya. Paling mendasar adalah sertifikat ospek yang harus di miliki seorang mahasiswa. Jadi ketika tahun pertama lalu tidak mengikuti ospek, lalu diwajibkan untuk mengikuti di tahun berikutnya, dan ancamannya adalah “Persyaratan Kelulusan”. Saya kasih contoh paling extreme. Ada mahasiswa semester 8 yang akan pendadaran, tapi ternyata sertifikat ospeknya tidak ada, karena memang beliau ini tidak ikut ospek. Dan beliau akhirnya harus mengikuti ospek terlebih dahulu. Padahal pada kenyataannya beliau adalah salah satu aktivis mahasiswa yang setiap tahunnya menjadi panitia ospek. Sedangkan konsep dasar ospek adalah pengenalan mahasiswa terhadap dunia kampus. Dari kegiatan akademik sampai dengan non akademik. Lalu ketika dia sudah hidup lebih 4 tahun, dan sudah pasti paham dan mengenal betul seluk beluk kampus. Lalu pertanyaan yang muncul, “Apakah ospek ini menjadi suatu yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya?” jawabannya tidak.
“Lah, mas memberi contohnya begitu, coba kalau contonya mahasiswa baru, pasti gak bermental kertas kok?”. Siapa yang bilang? Ancaman bahwa siapapun yang tidak ikut ospek, tidak akan mendapatkan sertifikat dan lalu tidak bisa pendadaran adalah buktinya, mahasiswa menjadi setengah hati dalam mengikuti prosesi ospek. Kenapa tidak lalu, pesan-pesan yang disampaikan adalah tentang manfaat mengikuti ospek, seperti contohnya lebih memahami kampus, dapat teman, sampai dengan mendapatkan jodoh mungkin.
Yang terjadi lalu, mahasiswa lahir dengan jati diri yang labil dan tidak punya pendirian. Mereka lalu melakukan apapun untuk mendapatkan secarik kertas (sertifikat, piagam penghargaan, ijazah dan apapun kertas itu). Terlihat jelas dari masih banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk titip absen ataupun menyontek di kala masa kuliahnya. Saya tidak lalu merendahkan ijazah, sertifikat dan lain sebagainya, saya pun memiliki hal semacam itu. Tapi lalu itu yang dijadikan sebagai tujuan hidupnya yang menjadikannya salah. Cukup di jadikan sebuah kebanggan dan cerita hidup. Tidak perlu lalu di kejar mati-matian hanya untuk hidup yang lebih baik, padahal dalam hati nurani kita memberontak.
Berhentilah menjadi mahasiswa bermental kertas, nikmati segala proses yang di lewati, sertifikat, ijazah dan lain sebagainya adalah bonus atas segala kerja keras yang telah kau lewati dengan kebahagiaan dan kegembiraan.

05 Ramadhan 1441 H

Senin, 27 April 2020

Manifestasi Lagu Si komo lewat tol - (Ramadhan Menulis #04)

Macet lagi macet lagi
Gara-gara si komo lewat
Pak polisi jadi bingung
Orang-orang ikut bingung

Macet lagi macet lagi
Gara-gara si komo lewat
Jalan Thamrin, jalan sudirman
Katanya berkeliling kota

Momo si komo, hey. . Mau kemana?
Saya mau liat gedung-gedung bertingkat
Momo si komo, hey. . Mau kemana?
Saya mau liat pembangunan merata

La la la la la la la
Weleh weleh weleh weleh weleh

Ada taman mini indonesia jakarta semua ada
Komo jalan-jalan, berkeliling kota
Weleh weleh weleh weleh weleh

Macet lagi macet lagi 
Gara-gara si komo lewat
Lewat H.I lewat Harmoni
Terakhir sampai dimonas

Macet lagi macet lagi
Eh macet, jalanan macet
Macet lagi macet lagi
Lebih baik naik bis kota
Macet lagi macet lagi
Eh macet, jalan macet
Macet, macet lagi
Lebih baik lewat jalan tol

Weleh weleh weleh weleh weleh

Berikut adalah lirik lagu Si komo lewat jalan tol yang dinyanyikan dan dipopulerkan oleh melisa, seorang penyanyi cilik.
Ceritanya si komo ini lagi mau studi banding ke jakarta. Si komo datang jauh-jauh dari pulau komodo yang berada di Nusa Tenggara Timur untuk melihat kemajuan dan peradaban yang ada di ibukota negara, jakarta. Sesampainya di jakarta, si komo melihat kemajuan, banyak gedung-gedung tinggi, ada taman mini indonesia indah, pokoknya di jakarta semua ada, menurut si komo. Mungkin berbeda dengan kampungnya.
Tapi buat apa si komo datang ke jakarta kalau mau lihat pembangunan merata? Padahal kalau si komo datang ke jakarta, sudah pasti dia akan melihat pembangunan yang hebat, gagah, dan maju. Jakarta sudah menjadi wajah kemajuan indonesia. Tapi apakah benar?
Memang benar kalau kita datang ke jakarta, kita akan melihat megahnya gedung tinggi. Gedung dengan berpuluh-puluh lantai sangat biasa di temui disana. Tapi di balik itu semua?
Data menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan jakarta tahun 2019 adalah sebesar 365,55 ribu jiwa manusia. Untuk daerah dengan tingkat kemajuan dan pembangunan yang sangat pesat, nilai ini terlihat sangat besar , jangan dibandingkan dengan daerah yang tingkat pembangunannya lamban, sudah pasti lebih tinggi dibanding jakarta.
Di tambah lagi data menyebutkan bahwa di jakarta pada tahun 2018 ada 62 anak terlantar, 128 anak jalanan, 380 orang lanjut usia terlantar, 1792 gelandangan, 532 pengemis. Untuk daerah dengan gambaran kemajuan yang hebat, bagi si komo angka-angka ini sudah sangat melecehkan wajah kemajuan dan pembangunan jakarta.
Yang paling jahat dari pembangunan yang pesat, dan kemajuan yang hebat adalah kesenjangan sosial yang tinggi. Ada orang yang mengeluh karena bosan makan ayam melulu, di lain tempat ada orang yang mengeluh karena sudah 3 hari tidak makan.
Akhirnya dampak dari kesenjangan dan kemiskinan yang tinggi, salah satunya adalah kriminalitas yang tinggi. Data menyebutkan bahwa provinsi jakarta pada tahun 2018 memiliki 34.655 kejadian kejahatan yang dilaporkan ke polda metro jaya, menjadi nomer 1 di indonesia. Ditambah lagi provinsi jakarta memiliki persentasi tertinggi dalam tindakan pencurian tahun 2018 yaitu sebesar 14,23 % di susul sumatra selatan dengan 9.9 %. Tidak mungkin dong mencuri hanya karena hobi, tidaak dong. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lupakan jakarta, karena tujuan si komo adalah studi banding, maka tentunya ia ingin membandingkan keadaan jakarta dengan kampungnya di Nusa Tenggara Timur.
Data menyebutkan bahwa NTT memiliki jumlah masyarakat miskin pada tahun 2019 adalah sebesar 1.146,32 Ribu atau 1,1 juta jiwa dari 4.5 juta jiwa masyarakat NTT. Jadi ada sekitar 20 persenan masyarakat NTT yang hidup dalam kemiskinan. Berbeda jauh sekalikan dengan jakarta. Dengan populasi manusia sebesar 10 jutaan jiwa manusia, masyarakat miskin sebanyak 300an ribu, sedangkan NTT hampir seperlima masyarakatnya berada dalam keadaan miskin.
Ini mungkin yang mau diliat sama si komo. Si komo mikir gini “kok bisa ya tingkat kemiskinan jakarta lebih rendah dari kampungku, padahal aku pernah dengar, katanya lebih sedikit orang akan lebih gampang mengelolanya, tapi kok malah begini jadinya. Jadi saya ke jakarta bukan liat pembangunan merata dong, tapi melihat pembangunan sepihak. Huhuhu” lalu si komo bersedih dan galau berkepanjangan.
Di tengah kebimbangan dan kegalauan si komo, dia mikir “apakah pembangunan selalu identik dengan kesejahteraan masyarakat? Apakah rakyat kecil akan menikmati tingginya gedung-gedung? Apakah rakyat kecil akan menikmati megahnya hotel-hotel bintang lima? Apakah pembangunan murni untuk masyarakat atau hanya untuk kepentingan sekelompok golongan saja?” belum juga habis pikiran yang lalu, tambah lagi pikiran si komo. Makin bingunglah si komo.
Si komo ingat, waktu itu dia lagi nyari makan, ketika melewati salah satu rumah warga, si komo dengar dari dalam rumah tersebut ada suara begini “pemerintah akan merancang destinasi wisata yang keren. Seperti pulau komodo dan wae rebo akan dijadikan sebagai destinasi wisata premium. Dalam arti biayanya menjadi lebih mahal tentunya”. “wah berarti pajaknya mahal ini, bisa memajukan masyarakatku dong” pikir si komo begitu. Dalam perjalanannya, si komo terhenti oleh pikirannya sendiri “bagaimana kalau uangnya malah masuk kantong swasta, malah masuk kantong golongan tertentu, dan hanya sepersekian kecil saja yang diberikan untuk masyarakatnya?”. padahal di depan si komo ada rusa yang lagi tidur, dan siap untuk di terkam, tapi nafsu makan si komo langsung hilang karena pikiran-pikiran yang mengganggunya. “ah pusiing mikirin keadilan untuk rakyat kecil. Mending cari komodo betina aja lah”. 
Akhirnya si komo berkembang biak dan punya dua anak yang lucu-lucu dan instagramble banget~

Tapi tunggu dulu, di lirik lagunya ada katanya begini :
"Macet lagi macet lagi 
Gara-gara si komo lewat
Lewat H.I lewat Harmoni
Terakhir sampai di monas"
Kenapa berakhirnya di monas? Atau jangan-jangan si komo mau aksi lagi ~

*data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)

04 Ramadhan 1441 H

Minggu, 26 April 2020

Pengunduran diri Belva Devara sebagai tanda kemajuan negara? - (Ramadhan Menulis #03)

Kembali masyarakat dihebohkan dengan Seorang Staff Khusus Millenial bernama Belva Devara yang mengundurkan diri dari kursi jabatannya. Keputusan pengunduran diri belva  devara ini karena polemik perusahaan yang dia pimpin, yaitu ruangguru. Yang mana ruangguru ini berkaitan dengan program pemerintah yaitu kartu prakerja.

Ruangguru ditunjuk oleh pemerintah sebagai mitra dalam program kartu prakerja, dimana ruangguru nantinya akan menyediakan pelatihan-pelatihan online untu mereka para peserta yang telah terdaftar dan lolos seleksi. Tidak main-main, diperkirakan ada sedikitnya 5 Triliunan yang akan digelontorkan untuk ruangguru dan program kartu prakerja ini.

Tentunya banyak masyarakat yang berspekulasi dan berasumsi bahwa ini adalah konflik kepentingan. Ketika mitra kerja untuk program kerja ini dikasih kepada perusahaan yang di pimpin oleh salah satu stafsus milenial presiden. Di tambah lagi dengan keadaan akhir-akhir ini, dimana wabah corona/covid-19 masih berlangsung.

Yang ingin saya bahas bukan pada konflik kepentingan atau politiknya, tapi lebih kepada respon masyarakat menanggapi tindakan belva devara yang mundur dari jabatannya.

Pertama adalah mereka yang sepakat dengan mundurnya belva devara tapi di tambahi dengan bumbu-bumbu kritik dan sindiran keras. Kondisi ini sangat wajar terjadi di negara kita. Apalagi untuk mereka yang melihat dengan kacamata yang lebih kritis.

Terlepas dari apakah belva ini ikut ataupun tidak dalam pemilihan mitra kerja dengan program kartu prakerja, masyarakat masih bisa tetap berasumsi bahwa belva bisa saja bermain di belakang. Kalaupun belva ikut serta dalam rapat tersebut, tentunya itu adalah konflik kepentingan, tapi ketika dia tidak ikut, masyarakat bisa berasumsi bahwa belva bermain dibelakang, atau ada deal-dealan di awal yang mana belva tidak perlu ikut rapatnya. Asumsi seperti itu wajar di kalangan masyarakat. Walaupun sudah dipaparkan oleh belva bahwa dia tidak tau tentang masalah itu, bahkan dia bekata “saya akan mengkonfirmasi lagi ke istana, apakah ada konflik kepentingan yang terjadi, walaupun saya tidak ikut dalam penyeleksian mitra, kalaupun ada saya siap mundur dari stafsus sekarang juga.”

Tidak sedikit komentar pedas yang saya baca di media sosial terhadap tindakan pengunduran diri tersebut. Ada yang berkomentar seperti ini “Nah gini dong, sudah kontribusinya tidak keliatan, sekarang malah main proyek”, atau “mundur juga. Pintar ya habis dapat jatah, lalu cuci tangan” . Menusuk memang.

Kedua, adalah mereka yang tidak setuju dengan belva devara mundur. Karena merasa belva tidak terlibat dalam pemilihan mitra kerja program tersebut. Belva mengatakan bahwa dia tidak pernah terlibat dalam proses pengambilan putusan yang menjadikan perusahaannya tersebut sebagai mitra kerja pada program kartu prakerja. Dia mengungkapkan bahwa semua masalah soal mekanisme dan anggaran di urus penuh oleh kemenko perekonomian langsung. “dapat di cek daftar kehadiran mengenai rapat program kartu prakerja ini bersama Kemenko dan PMO, saya tidak pernah hadir” jelas belva.

Ketiga, adalah mereka yang setuju dengan mundurnya belva devara dan ditambahi dengan bumbu-bumbu pujian seperti “salut” atau “bangga” di media-media sosial. Ini adalah respon yang menurutku menarik.

Kenapa saya bilang ini menarik, karena tindakan pengunduran diri belva ini yang dianggap seperti prestasi yang membanggakan.

Kita liat kembali bagaimana napak tilas kelakuan para pejabat-pejabat negara entah itu eksekutif ataupun legislatif ketika melakukan kesalahan. Tidak sedikit mereka yang bahkan masih bersikukuh untuk mempertahankan jabatannya, bahkan bersikeras untuk menutupi kesalahannya. Setnov salah satu contohnya, yang masih bersikukuh untuk duduk di kursi pimpinan legislatif.  Dan masih banyak lagi pejabat yang seperti itu, yang bahkan masih tersenyum bahagia ketika mengenakan seragam orange.

Bagi saya tindakan belva ini sudah sangat benar, untuk mencegah opini liar masyarakat yang semakin membesar, dia harus turun dari jabatannya.

Tindakan-tindakan seperti ini sering di lakukan oleh banyak pejabatan-pejabatan di luar negeri, contohnya di jepang.

Ketika tahun 2010, seorang perdana menteri jepang bernama yukio hatoyama memilih mundur dari jabatannya karena gagal memenuhi janji kampanyenya yaitu memindahkan pangkalan militer amerika serikat dari okinawa. Dan digantikan oleh Naoto Kan. Tapi selang satu tahun, Naoto kan juga memilih mundur, beliau merasa gagal memulihkan jepang setelah terdampak bencana tsunami 2011 lalu, yang mengakibatkan krisis nuklir.

Jepang adalah negara yang maju, gagasan dan teknologi yang di garap jepang selalu diperhitungkan dunia, tentunya mental-mental seperti ini yang membentuk negara jepang bisa berkembang pesat seperti sekarang ini. Berbeda dengan negara kita, yang sudah salah, masih aja ngotot~

Tentunya respon seperti “salut” dan “bangga” kepada aksi pengunduran diri belva adalah tindakan langka yang terjadi di negara kita ini.

Terlepas dari apakah belva benar ataupun tidak, meredam kericuhan dan asumsi -asumsi buruk terhadap pemerintahan adalah langkah yang cerdik diambil oleh belva untuk tidak hanya membersihkan nama pemerintahan, tapi juga namanya dan perusahaannya.

Melihat korelasi mental belva dan pejabat jepang tentang pengunduran diri, apakah pengunduran diri belva ini bisa menjadi tanda bahwa negara kita akan berkembang pesat dan menjadi negara maju seperti jepang? 

Tidak ada yang tahu, Kecuali Tuhan Yang Maha Esa!

03 Ramadhan 1441 H

Jumat, 24 April 2020

Khayalan Akhir Bulan - (Ramadhan Menulis #02)

Bagi mahasiswa hidup adalah sebuah perjuangan. Apalagi mahasiswa itu adalah perantau jauh dengan ekonomi yang biasa-biasanya, di tambah lagi akhir bulan. Mampusnya bukan main itu. Setiap awal bulan datang, seperti komedi putar, kita bahagia tertawa. Di tengah permainan kita sudah mulai memikirkan akhir permainan ini dan was-was, dan akhirnya komedi putarpun berhenti, bahagiapun ikut berhenti. Walaupun berhenti dan tidak bahagia lagi, setidaknya ada cerita indah yang pernah di lewati.
Pernah gak sih kamu merasakan sangat tertekan dan terancam sehingga ingin melakukan apapun untuk menghilangkan keadaan tersebut? Segala ide gilapun keluar dari kepalamu? Aku pernah. Ide gila itu mungkin memang lahir dari keadaan tertekan dan terancam itu. Kasusnya kita samakan dengan intro awalnya “masalah akhir bulan mahasiswa yang berkepanjangan”. 

Jujur saya bukan orang hemat, dan terhitung boros. Kadang keinginan dan kebutuhan selalu tertukar. Sehingga kadang penyesalan yang akhirnya datang. Begitupula dengan awal bulan. Dana hidup satu bulan seperti air di sungai, mengalir tanpa ada yang menghambatnya. Akhirnya kehidupan memprihatikan mulai melanda di tengah bulan dan akhir bulan. Banyak ide yang saya lakukan, yang mungkin sama dengan yang kalian lakukan ketika terancam ketika akhir bulan. Apa saja?

1. Meminjam Duit Teman
Ini menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan pertemanan, apalagi mahasiswa, kita punya teman tidak hanya untuk sekedar cerita dan nongkrong saja, tapi sudah tentu untuk meminjam duit ke mereka. Walaupun dalam kehidupan kita tidak boleh memilih teman, tapi bisalah kita cari teman yang kaya, untuk membantu di kala susah. Dikata Cuma memanfaatkan saja? Oh tidak dong. Kan kita bantu menghabiskan duitnya

2. Membongkar Tabungan
Membongkar tabungan adalah kegiatan rutin yang di lakukan akhir bulan, walaupun isinya sangat sedikit karena tiap bulannya di bongkar, tapi setidaknya tindakan ini bisa membuat saya terhindar dari keadaan kelaparan selama satu sampai dua hari kedepan.

3. “Membersihkan” seiisi rumah
Setelah Stok hasil bongkar tabungan sudah tidak ada, maka yang saya lakukan adalah “membersihkan seiisi rumah. Bukan karena seperti anak baik kebanyakan, “membersihkan” disini memiliki pengertian berbeda. Ketika orang membersihkan, dengan tujuan menghilangkan kotoran yang melengket pada lantai-lantai rumah atau barang yang berantakan. Kalau saya mungkin lebih kepada bagaimana mengumpulkan koin ataupun uang kertas yang terselip di bawah kasur, di bawa baju, ataupun yang jatuh di kamar mandi. Memang menyedihkan sekali. Setidaknya rumah menjadi “bersih” dari koin dan uang kertas yang berserakan.

4. Menyelusuri Kota
Sebenarnya ini ide yang sampai sekarang masih menjadi wacana di kepala, belum pernah menjadi aksi nyata. Jadi kala itu, saya berjalan bersama kawan, selama perjalanan itu dua kali menemui duit 1000 rupiah, jadi saya punya duit 2000 rupiah dari hasil jalan yang sebenarnya jarak perjalanannya pendek. Lalu di hari-hari berikutnya, ketika akhir bulan menyerang, ketika dompet menjadi sangat tipis di celana, pengalaman itu muncul di kepala. Kala itu, benar-benar sudah tidak uang lagi. Tabungan sudah di bongkar, rumah telah “dibersihkan”, dan tidak ada kawan yang bisa di pinjam, karena ternyata utang kemarinpun belum saya bayar. Lalu saya berpikir “bagaimana kalau saya jalan atau kalau tidak naik motor menyusuri kota, dan mencari uang koin yang mungkin saja berserakan di jalanan”. Itu gila banget sih. Dan kala itu kawanku datang, dan akhirnya saya sampaikanlah ide gila itu kepadanya, reaksinya tertawa penuh ejekan. Tapi tak apa, karena beliaupun memiliki kehidupan yang sama sepertiku, melarat tiada tara ketika akhir bulan tiba. “aneh-aneh aja” katanya. Dan akhirnya sampai hari ini, saya tidak pernah merealisasikan ide super gila itu. Karena waktu itu juga, motor tidak ada bensinnya, capek dong kalau mengelilingi kota ini jalan kaki. 

02 Ramadhan 1441 H

Budaya Kita adalah "Masih Untung bro, aku lebih susah" - (Ramadhan Menulis #01)

Indonesia adalah negara kepulauan dengan begitu banyak suku. Dari suku-suku tersebut, mereka punya budaya masing-masing yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ada kebudayaan yang sampai hari ini masih biasa dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat indonesia, apa itu? Menceritakan kesusahan yang lebih dari kesusahan orang lain.


Pernah gak sih kamu lagi asik ngobrol atau cerita tentang kehidupan malang yang dialami, lalu disamber sama temanmu, responnya pun ngawur. Contohnya seperti ini, “anjiir, tadi aku di tabrak e. Ini tangan kananku lecet” lalu temanmu dengan semangat menggebu-gebu membalas “masih untung bro, Cuma lecet doang. Aku loh di tabrak, tangan kiri patah” lalu kamu dan teman lainnya memberi tepuk tangan, *eeeeh tidak gitu dong. Lalu temanmu yang lain lagi membalas “lah masih untung cuma tangan kiri, aku tangan kanan dan kiri, sama kaki kanan juga bro” lalu kalian standing uplause. Hahaha!

Tidak sedikit obrolan seperti ini terdengar di meja-meja tongkrongan, tidak hanya anak muda, orang tua pun sama saja. Yang membuat saya penasaran, sebenarnya darimana datangnya “kebudayaan” seperti ini?

Tidak sedikit orang yang melakukan itu, tapi apa untungnya sih melakukan perbandingan kesusahan seperti itu? Harusnya hal-hal yang tidak perlu kita bandingkan, tidak perlu dibandingkan.

Tapi tunggu dulu, mungkin ada makna di balik itu semua, apa itu?
Yang pertama, respon temanmu itu Supaya kamu bisa pandai bersyukur dan berterima kasih. "Bersyukur tanganmu Cuma lecet, temanmu tangan kanan dan kiri, lalu kaki kanannya patah". 
Yang kedua, sebagai peringatan untuk hati-hati dalam bertindak. "Berhati-hati dalam berkendara, mungkin sekarang kamu Cuma lecet, bisa-bisa besok tangan dan kaki yang patah".

Tidak hanya itu, kebiasaan ini sampai masuk ke sendi kehidupan kampus. Akhir-akhir ini kita tau bahwa semua instansi pendidikan melakukan pembelajarannya di rumah atau melalui media online untuk menghindari penyebaran covid-19. Entah itu tatap muka melalui aplikasi ataupun tugas-tugas. Yang membuat menarik adalah tidak sedikit dosen yang hanya memberi tugas saja, tanpa ada pertemuan atau pemberian materi. Karena hal itu, tidak sedikit mahasiswa yang sambat di media sosialnya dong. Dan ada salah satu sambatan mahasiswa yang masuk dalam akun instagram hits kampus begitu. Inti sambatannya adalah beliau merasa dosen tidak wajar memberi tugas pada setiap jadwal kelas, “memangnya kuliah online Cuma memberi tugas ya? Harusnya ada metode yang lebih modern dong”.
Yang tambah menarik adalah adalah beberapa komen yang Mungkin kesal dengan sambatan beliau dan mengeluarkan kata-kata nasehat seperti “lah dek, jaman saya dulu lebih parah lagi, tugas numpuk, laporan sudah deadline, .. . bla. .Bla. . .bla” *ini kayaknya senior-seniornya yang lagi mengenang masa kuliah, lalu ada juga yang Cuma berkomentar sedikit tapi pedas seperti “Aleman s*” dan ada juga yang mendukung sambatan tersebut seolah berkata “kita satu frekuensi kawan. Mari perjuangkan hak mahasiswa”.

Yang saya mau bilang adalah bahwa “sambat adalah kritik yang kurang tersalurkan” . Jadi tidak perlu menghakimi orang akan sambatannya. Kita tidak perlu bilang kita lebih susah lah, lebih berat lah, emang dilan apa, ‘rindu itu berat’. Tapi kalaupun tetap mau berkomentar yasudah. Seperti yang saya bilang diatas, itu sebagai nasehat untuk bersyukur dan berterima kasih, dan sebagai peringatan untuk hati-hati. Toh jaman selalu berubah, waktu terus berjalan, Kehidupan ini dinamis bro.

Dari sambatan tersebut beliau tidak hanya menyampaikan “keluhannya saja, tapi juga kritik tentang model pembelajaran yang harusnya lebih baik, tidak hanya tugas dan tugas. Apalagi jaman sudah modern dan semakin maju, banyak aplikasi canggih seperti zoom, group whatshapp, ada skype, bisa juga live instagram atau kalau mau yang lebih sangar lagi pake bigo live.

Jadi tidak perlu lah menganggap hidupmu paling berat, paling susah, paling wadidaw. Cukup nikmati saja.

Tapi tunggu dulu, budaya ini sebenernya sudah pernah dilakukan, bahkan ketika zaman penjajahan dulu, Tapi dengan metode terbalik. Kalau biasanya kita yang bilang soal kesusahan kita ke teman, dan teman menimpali dengan kesusahannya yang lebih parah, ini kebalikannya. Siapa itu? Ir. Soekarno. Kata-katanya begini “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”!

01 Ramadhan 1441 H