Jumat, 24 April 2020

Khayalan Akhir Bulan - (Ramadhan Menulis #02)

Bagi mahasiswa hidup adalah sebuah perjuangan. Apalagi mahasiswa itu adalah perantau jauh dengan ekonomi yang biasa-biasanya, di tambah lagi akhir bulan. Mampusnya bukan main itu. Setiap awal bulan datang, seperti komedi putar, kita bahagia tertawa. Di tengah permainan kita sudah mulai memikirkan akhir permainan ini dan was-was, dan akhirnya komedi putarpun berhenti, bahagiapun ikut berhenti. Walaupun berhenti dan tidak bahagia lagi, setidaknya ada cerita indah yang pernah di lewati.
Pernah gak sih kamu merasakan sangat tertekan dan terancam sehingga ingin melakukan apapun untuk menghilangkan keadaan tersebut? Segala ide gilapun keluar dari kepalamu? Aku pernah. Ide gila itu mungkin memang lahir dari keadaan tertekan dan terancam itu. Kasusnya kita samakan dengan intro awalnya “masalah akhir bulan mahasiswa yang berkepanjangan”. 

Jujur saya bukan orang hemat, dan terhitung boros. Kadang keinginan dan kebutuhan selalu tertukar. Sehingga kadang penyesalan yang akhirnya datang. Begitupula dengan awal bulan. Dana hidup satu bulan seperti air di sungai, mengalir tanpa ada yang menghambatnya. Akhirnya kehidupan memprihatikan mulai melanda di tengah bulan dan akhir bulan. Banyak ide yang saya lakukan, yang mungkin sama dengan yang kalian lakukan ketika terancam ketika akhir bulan. Apa saja?

1. Meminjam Duit Teman
Ini menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan pertemanan, apalagi mahasiswa, kita punya teman tidak hanya untuk sekedar cerita dan nongkrong saja, tapi sudah tentu untuk meminjam duit ke mereka. Walaupun dalam kehidupan kita tidak boleh memilih teman, tapi bisalah kita cari teman yang kaya, untuk membantu di kala susah. Dikata Cuma memanfaatkan saja? Oh tidak dong. Kan kita bantu menghabiskan duitnya

2. Membongkar Tabungan
Membongkar tabungan adalah kegiatan rutin yang di lakukan akhir bulan, walaupun isinya sangat sedikit karena tiap bulannya di bongkar, tapi setidaknya tindakan ini bisa membuat saya terhindar dari keadaan kelaparan selama satu sampai dua hari kedepan.

3. “Membersihkan” seiisi rumah
Setelah Stok hasil bongkar tabungan sudah tidak ada, maka yang saya lakukan adalah “membersihkan seiisi rumah. Bukan karena seperti anak baik kebanyakan, “membersihkan” disini memiliki pengertian berbeda. Ketika orang membersihkan, dengan tujuan menghilangkan kotoran yang melengket pada lantai-lantai rumah atau barang yang berantakan. Kalau saya mungkin lebih kepada bagaimana mengumpulkan koin ataupun uang kertas yang terselip di bawah kasur, di bawa baju, ataupun yang jatuh di kamar mandi. Memang menyedihkan sekali. Setidaknya rumah menjadi “bersih” dari koin dan uang kertas yang berserakan.

4. Menyelusuri Kota
Sebenarnya ini ide yang sampai sekarang masih menjadi wacana di kepala, belum pernah menjadi aksi nyata. Jadi kala itu, saya berjalan bersama kawan, selama perjalanan itu dua kali menemui duit 1000 rupiah, jadi saya punya duit 2000 rupiah dari hasil jalan yang sebenarnya jarak perjalanannya pendek. Lalu di hari-hari berikutnya, ketika akhir bulan menyerang, ketika dompet menjadi sangat tipis di celana, pengalaman itu muncul di kepala. Kala itu, benar-benar sudah tidak uang lagi. Tabungan sudah di bongkar, rumah telah “dibersihkan”, dan tidak ada kawan yang bisa di pinjam, karena ternyata utang kemarinpun belum saya bayar. Lalu saya berpikir “bagaimana kalau saya jalan atau kalau tidak naik motor menyusuri kota, dan mencari uang koin yang mungkin saja berserakan di jalanan”. Itu gila banget sih. Dan kala itu kawanku datang, dan akhirnya saya sampaikanlah ide gila itu kepadanya, reaksinya tertawa penuh ejekan. Tapi tak apa, karena beliaupun memiliki kehidupan yang sama sepertiku, melarat tiada tara ketika akhir bulan tiba. “aneh-aneh aja” katanya. Dan akhirnya sampai hari ini, saya tidak pernah merealisasikan ide super gila itu. Karena waktu itu juga, motor tidak ada bensinnya, capek dong kalau mengelilingi kota ini jalan kaki. 

02 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar