Selasa, 28 April 2020

Mahasiswa Bermental Kertas - (Ramadhan Menulis #05)

Saya hubungi salah satu panitia ospek di salah satu kampus “Mba, ini ospeknya wajib ikut ya?”. “iya mas, soalnya sertifikatnya untuk syarat kelulusan” jawab panitia ospek tersebut. 
“dasar mahasiswa bermental kertas” umpatku dalam hati.

Kenapa lalu ku sebut mahasiswa bermental kertas? Karena ternyata secarik kertas bisa menentukan kedepannya. Paling mendasar adalah sertifikat ospek yang harus di miliki seorang mahasiswa. Jadi ketika tahun pertama lalu tidak mengikuti ospek, lalu diwajibkan untuk mengikuti di tahun berikutnya, dan ancamannya adalah “Persyaratan Kelulusan”. Saya kasih contoh paling extreme. Ada mahasiswa semester 8 yang akan pendadaran, tapi ternyata sertifikat ospeknya tidak ada, karena memang beliau ini tidak ikut ospek. Dan beliau akhirnya harus mengikuti ospek terlebih dahulu. Padahal pada kenyataannya beliau adalah salah satu aktivis mahasiswa yang setiap tahunnya menjadi panitia ospek. Sedangkan konsep dasar ospek adalah pengenalan mahasiswa terhadap dunia kampus. Dari kegiatan akademik sampai dengan non akademik. Lalu ketika dia sudah hidup lebih 4 tahun, dan sudah pasti paham dan mengenal betul seluk beluk kampus. Lalu pertanyaan yang muncul, “Apakah ospek ini menjadi suatu yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya?” jawabannya tidak.
“Lah, mas memberi contohnya begitu, coba kalau contonya mahasiswa baru, pasti gak bermental kertas kok?”. Siapa yang bilang? Ancaman bahwa siapapun yang tidak ikut ospek, tidak akan mendapatkan sertifikat dan lalu tidak bisa pendadaran adalah buktinya, mahasiswa menjadi setengah hati dalam mengikuti prosesi ospek. Kenapa tidak lalu, pesan-pesan yang disampaikan adalah tentang manfaat mengikuti ospek, seperti contohnya lebih memahami kampus, dapat teman, sampai dengan mendapatkan jodoh mungkin.
Yang terjadi lalu, mahasiswa lahir dengan jati diri yang labil dan tidak punya pendirian. Mereka lalu melakukan apapun untuk mendapatkan secarik kertas (sertifikat, piagam penghargaan, ijazah dan apapun kertas itu). Terlihat jelas dari masih banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk titip absen ataupun menyontek di kala masa kuliahnya. Saya tidak lalu merendahkan ijazah, sertifikat dan lain sebagainya, saya pun memiliki hal semacam itu. Tapi lalu itu yang dijadikan sebagai tujuan hidupnya yang menjadikannya salah. Cukup di jadikan sebuah kebanggan dan cerita hidup. Tidak perlu lalu di kejar mati-matian hanya untuk hidup yang lebih baik, padahal dalam hati nurani kita memberontak.
Berhentilah menjadi mahasiswa bermental kertas, nikmati segala proses yang di lewati, sertifikat, ijazah dan lain sebagainya adalah bonus atas segala kerja keras yang telah kau lewati dengan kebahagiaan dan kegembiraan.

05 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar