Selasa, 05 Mei 2020

Apakah benar Youtube Lebih dari TV? - (Ramadhan Menulis #12)

“Youtube. . Youtube lebih dari TV yo.  . .”
“Youtube. . Youtube lebih dari TV yo. . .”
Begitulah penggalan lagu dari Young Lex, Reza Arap dkk Yang berjudul GGS.  Lagu ini ini sempat tranding di youtube karena liriknya yang cukup berani mengklaim bahwa youtube adalah media digital yang lebih baik dari TV, mereka merasa TV sudah tidak waras, tidak sehat dan lainnya. Tapi apakah benar kalau youtube lebih dari TV? Ya benar! 

Saya punya Dua poin kenapa youtube lebih dari TV :
Pertama (1), Youtube lebih dari TV dalam hal penyensoran. Di youtube kita bebas mengucapkan apapun, tanpa ada batasan dan sensor. Kalian bisa mengucapkan kon***, Anj***, dan Bang*** tanpa harus mikir apakah ini memiliki efek buruk apa tidak. *(walaupun sudah di pastikan, tanpa anda perlu mikir, kalau mengucap kata-kata tersebut memberi efek yang buruk). 
Dalam materi stand up comedynya Gilang Bhaskara, dia menyebutkan kenapa di TV kita tidak bisa ngomong ta* tapi kalau ngomong tailalat boleh, padahal kan sama-sama kotoran *(menyebut kotoran supaya tidak di sensor). Tentunya karena ketika kita mengucapkan ta* tapi di tempat yang tidak tepat, maka akan berkonotasi negatif. Kalau kalian sebut Tai di WC itu menjadi hal lumrah dan biasa *(buktinya tidak di sensor kan!). Tapi kalau kalian menyebut di tempat tidak tepat, apalagi untuk memaki dan mengumpat, maka itu menjadi negatif. 
Kedua (2), Youtube lebih dari TV dalam hal pembodohan. Karena media digital youtube ini memiliki tingkat kebebasan yang tinggi, sehingga hal-hal bodoh dan tolol sering masuk begitu saja tanpa ada penyaringan yang jelas. Ferdian Paleka adalah bukti nyata pembodohan itu masuk. Bagaimana di videonya yang terbaru yang menjadikannya buron, dia memvideokan dirinya bersama teman-temannya melakukan prank memberi bantuan yang ternyata isinya adalah sampah dan di bagikan ke waria-waria yang di temui di jalanan. GOBLOKKK!! *(sengaja tidak di sensor, soalnya emosi). Tidak hanya itu, setelah di telusuri banyak konten-kontennya yang menunjukkan praktek pembodohan. Ada lagi soal nanya harga PSK, yang parahnya wajah korban tidak di sensor, sudah itu tidak jadi pesan lagi. Dasarrr Tololl. 
Tapi kita tau bahwa di indonesia, hal-hal bodoh dan kontroversial yang malah sering banget viral, itu bukan bualan, itu nyata adanya. Tidak perlu saya sebutkan kebodohan-kebodohan lain, karena terlalu gampang untuk di temui di youtube.
Kalau kita bandingkan dengan TV, hal bodoh bin tolol seperti tadi tidak terjadi. Kalaupun ada itu hanya settingan dan bukan kejadian nyata di kehidupan, contohnya film adzab. Belum pernah ada kabar terdengar ada kuburan yang tertimpa meteor, atau mayat yang terkena tabung gas. Apakah TV melakukan pembodohan, tidak. TV hanya sedang mendramatis keadaan saja. Apakah mendramatis itu salah? Tentu tidak dong. Buktinya kehidupan drama para bucin, mereka rela malam-malam di suruh beliin makan, padahal udah jam 2 malam, “demi kekasih tercinta, akan kutembus dinginnya malam” kata bucin itu. Sampah! 
“tapi kan bisa jadi prank-prank tersebut hanya settingan bang?”
Ya mungkin saja settingan, tapi prank tersebut tidak hanya menampilkan praktek pembodohan, tapi juga praktek penghinaan. Penghinaan atas apa? Ya atas kemanusiaan dan akal sehat
“ya tapi film adzab juga penghinaan atas akal sehat. Emang ada kuburan di hantam meteor gara-gara sering berbuat dosa bang?”
Emang belum ada kabarnya, tapi apakah itu tidak mungkin terjadi? Malah sangat mungkin terjadi. Tiba-tiba meteor jatuh dari langit dan menghantam kuburan. Dalam arti ini hanya imajinasi, siapa yang bisa menghakimi imajinasi orang, tidak ada. Lah para hero yang bisa terbang, digigit laba-laba terus berubah jadi hero, lalu ada orang bisa elastis, ada juga yang menjadi batu dll. Pasti kalian bilangnya “itu bukan pembodohan, itu ruang imajinasi yang di hidupkan”. Ya maka sama juga dengan konsep film adzab tersebut, film itu adalah ruang imajinasi penulis yang dihidupkan. 
“ya tapi kan film hero itu ada pesan-pesan kerennya bang, seperti membantu sesama, pantang menyerah dan lain-lain”
Heh anda!, apa anda kira film adzab itu tidak ada pesannya. Ada bahkan sangat ada. Satu saja contoh pesannya yang penting sekali yaitu “janganlah berbuat buruk karena akan mendapat adzab dari Tuhan”. Apa itu kurang memberi pesan, bahkan pesannya religiusitas banget. Walaupun ada pesan lain seperti jangan selingkuh, jangan pake susuk, jangan curang ketika jualan gas dan pesan-pesab lain.
“pokoknya itu pembodohan bang, tidak masuk akal”
Okelah nona, aku ngikut saja, katamu. Memang pembodohan itu! *(ini bukan tindakan drama ala bucin ya, tapi ini adalah tindakan realistis, karena kalau kau berdebat dengan nona dan kau ngeyel bisa-bisa dia ngambek. Masih untung kalau dia ngambek dan besok-besoknya baikan, tapi kalau ngambek dan besoknya minta putus gimana. Ingat bukan bucin tapi realistis!) cuk!
“tapi jangan mengeneralisasi medianya juga”
Iya emang, masih banyak juga kok TV yang waras dalam menampilkan hiburan. Masih banyak juga kok konten di youtube yang menampilkan pesan-pesan kebaikan. Jadi bagi anda sekalian para konten kreator entah itu youtube ataupun TV, mohon untuk menggunakan otak dan hatinya dalam membuat sesuatu. Jangan menyebar “sampah” di dunia digital, karena kalian akan mengotori dunia digital. Kalian pikir pemerintah membayar tukang bersih-bersih “sampah” di dunia digital seperti bapak dan ibu hebat yang menyapu jalanan, hah! .

12 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar