Senin, 18 Mei 2020

Ibu Tiri Tidak Sekejam Ibu Jari Netijen - (Ramadhan Menulis #25)

Aku ingin mengajak saudara sekalian untuk menjadi netijen yang baik dan bijaksana. 

Pernah gak sih sewaktu kita lagi asik berselancar di media sosial, lalu menemukan salah satu postingan yang membuat kita ingin komentar, tapi dnegan komentar-komentar yang “kurang baik” karena emosi? Semua orang yang menggunakan media sosial dan internet pasti pernah merasakan itu, saya rasa.
Hal-hal seperti ini yang harusnya bisa dikendalikan oleh para netijen. Untuk mencoba lebih bijak dan tidak terlalu bar-bar dalam mengomentari sesuatu.
Baru ini ada video viral lagi, beberapa orang melakukan tindakan bullying terhadap seorang anak penjual jalangkote’ (kalau orang kenalnya pastel) , dalam video tersebut si anak di bully, bahkan sampai dipukul dan di dorong sampai tersungkur di jalanan. Yang menjadi parahnya, ada yang merekam suara perempuan, dan yang menonton Cuma tertawa-tawa. Mungkin memang kerjaan mereka adalah membully orang. Pertama menonton video tersebut, saya berkata dalam hati “owalah bangsat, djancuk, bajingan kok”. Bagaimana tidak, tindakan dalam video ini sungguh mengiris nurani orang-orang, bagi mereka yang mempunyai nurani yaa. 
Tentunya video macam begini pasti viral di jagat perduniamayaan indonesia, dan mungkin yang merekam hanya mengira ini hanya lucu-lucuan, dan tidak akan ada respon kemarahan dari masyarakat. 
Tapi pada kenyataannya Masyarakat satu indonesia mengutuk kerasa kejadian itu, bahkan tidak hanya masyarakat di tkp (btw, tempatnya terjadi di salah satu kabupaten di sulawesi selatan) tapi juga menyebar keseluruh indonesia. 
Netijen berbondong-bondong “bersilaturrahmi” ke akun instagram pelaku, dan memberi “kata-kata mutiara” yang tentunya ketika dibaca sama pelaku, bisa membuat pelaku tidak bisa tidur nyenyak berhari-hari. Hal seperti ini wajar di perduniamayaan indonesia. Tapi yang membuat saya semakin takut dengan netijen adalah, semua objek yang bersangkutan dengan pelaku menjadi sasaran empuk kemarahan juga.
Jadi di akun instagram pelaku, terdapat foto seorang perempuan yang kemungkinan besar itu adalah pasangan pelaku. Perempuan tersebutpun kena serang habis-habisan sama netijen. Banyak yang berspekulasi bahwa perempuan dalam foto itu adalah perempuan sama yang mereka kejadian pembullyan tersebut. Walaupun belum ada Klarifikasi langsung dari perempuan tersebut. 
Inilah bentuk ke bar-baran netijen indonesia, kita belum tau kebenaran sesungguhnya tapi kita sudah menghakimi seenak kita, kalaupun benar mungkin bisad di benarkan walaupun sangat kasar, Tapi kalau perempuan itu tidak tau menahu tentang kejadian pembullyan itu bagaimana? Malah kalian yang balik melakukan pembullyan. 
Saya merangkum beberapa komentar penuh “siraman rohani” di beberapa foto perempuan tersebut. Berikut adalah komentar-komentarnya : 
Pertama, “cewek kayak anjing, melet2 gak jelas”, bukannya banyak yaa cewek2 instagram yang juga sering melet2?
Kedua, “kek kurang gizi”, anjiir ini ahli gizi kayaknya
Ketiga, “Lonte”, saya tidak tau apa itu lonte kak, saya masih polos
Keempat, “ciri-ciri sering ngentot, kaki lurus”, ini dapat ilmu kesehatan darimana ini sampai bisa membuat ciri-ciri tersebut?
Kelima, “lonte receh”, sekali lagi saya masih polos kak, tapi kalau emang dibayar pakai receh yaa? 
Keenam, “socakep anjir pacarnya”, sadis sekali. Bukannya orang memang kalau difoto harus socakep yaa, bahkan ketika gaya candidpun socakep kok.
Ketuju, “Idiiiihh ada eek babi”, lah kakaknya salah liat kali, itu foto manusia kak.
Kedelapan, “Hmmmfff, bau kontol”, lah instagram ngeluarin bau yaa?
Kesembilan, “Lonte nih”9 sekali lagi kak, saya masih polos tidak tau lonte! Kalau psk baru tau.
Kesepuluh, “Lonte jablay cowok lo gak benar lo ikutan gila lo ya”, emang gila itu memiliki efek radiasi ya kak? Sekedar bertanya
Kesebelas, “sayang sekali krudungmu yang bagus, tapi kelakuanmu tidak bagus”, emang kadang krudung tidak mencerminkan kelakuan orang kok kak
Keduabelas, “jablay”, apalagi ini jablay, gak ngerti.
Ketigabelas dan paling pamungkas adalah “Ngentod boleh juga nih” dan “ewe rame2 aja”. Waaaahhh, GOOBLOK!
Saya hanya mengumpulkan ketiga belas “nasihat” para netijen, kalau mau dikumpulkan semua, bisa beribu-ribu, yang ada tulisan ini tidak selesai-selesai.
Pertama lakinya, kedua perempuannya, padahal kebenaran tentang perempuan ini belum di ketahui. 
Yang Saya mau bilang adalah, silahkan ketika kalian mau menghujat dan memaki pelaku bullying itu, toh saya pun geram dengan kelakuannya, tapi untuk orang disekitarnya yang tidak diketahui kepastiannya ikut terlibat atau tidak, Tidak usah untuk memaki dia juga, cukup pelakunya. Kecuali kalau perempuan tersebut ikut terlibat dalam aksi jahat pelakunya, Silahkan anda maki dan hina. Toh, tidak mungkin saya larang, ini ruang demokrasi, bebasa menyampaikan pendapat begitupula menyampaikan makian.
Takutnya kalau saya larang, kalian pasti bilang, dasar sok suci. Hahaha. Tenang saya tidak sok suci, malah saya sangat kotor, sangat kotor sekaliiii.
Saya jadi teringat podcast di aplikasi noice, podcast bernama “musuh masyarakat” yang di pandu oleh Tretan Muslim dan Coki Pardede, yang mana membahas soal “lebih baik akses internet tidak masuk diindonesia” sungguh menarik sekali kajian beliau-beliau ini soal media sosial dan internet, silahkan dengarkan. Sekalian promosi lah yaa.
Pesan saya, mari bijaklah menjadi netijen, dan perkuatlah literasi media kita. Agar tidak gampang tersulut api. Ingat kata-kata ini “ibu tiri tidak sekejam ibu jari netijen”. Salam!

25 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar