Senin, 04 Mei 2020

Mencontoh cara memimpin Naruto - (Ramadhan Menulis #11)

Kenapa sih pemimpin-pemimpin kita ini tidak mencontoh cara memimpin Naruto ketika menjadi hokage?

Pertanyaan ini timbul ketika saya melihat bagaimana pemimpin di negeri ini dari tingkat nasional sampai desa seperti tidak serius menjalankan kepemimpinannya, banyak langkah yang diambil tapi tidak untuk kepentingan orang banyak, lalu langkah-langkah represif kepada mereka yang mengkritik, dan tindakan lain yang kurang mencontohkan seorang pemimpin yang peduli dengan warganya. Apakah perebutan kursi kekuasaan disini yang membuatnya menjadi seperti ini? Yang mana melalui jalan demokrasi yaitu pemilu. Yang mana kita tidak hanya butuh kebaikan tapi kita butuh modal materi. Semua berbicara soal citra diri, materi, dan popularitas.
Berbeda dengan naruto di konoha. 
Kawan-kawan pasti tau serial anime naruto, karena begitu terkenal. Bahkan para orang tua tau soal serial narutoa tersebut.
Dalam serial naruto di perlihatkan tentang perjuangan naruto sampai pada titik menjadi seorang hokage. Mungkin bisa nyambung dengan keadaan pemimpin kita juga. Ketika naruto ingin menjadi hokage, semasa kecilnya dia selalu melakukan tindakan yang membuatnya menjadi pusat perhatian, dari rusuh dalam kelas sampai dengan mencoret patung hokage. Lalu ketika mulai remaja, dia terus berlatih untuk menjadi kuat, menjalankan misi dan menyelesaikannya. Lalu beranjak dewasa dia menjadi tokoh penting dalam menjaga keamanan desa bahkan sampai menjaga keseimbangan dunia. Dari tindak tanduknya tersebut membuat dia akhirnya di angkat menjadi Hokage.
Tidak jauh beda dengan para pemimpin kita. Mereka juga pertama-pertama melakukan tindakan yang dapat mencuri perhatian, seperti blusukan, bagi-bagi baju, datang ke rumah-rumah orang miskin, rela panas-panasan. Setelah itu mulai menyusun program-program handalnya yang katanya untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatnya. Lalu berkampanye lagi, menebar janji dimana-mana.
Yang membedakan adalah dibagian akhirnya. 
Naruto memimpin dengan penuh kewarasan dan kepedulian. Bahkan dia menganggap semua rakyat konoha adalah keluarganya yang harus dia jaga dan lindungi. Bahkan sampai nyawa taruhannya. Dan membuat anaknya (Borut) sangat membencinya karena kesibukan dan lebih mementingkan rakyat konoha. Sampai boruto pernah mengatakan “ apakah kita bukan rakyat konoha yang harus dipedulikan juga bu”  ucap boruto pada ibunya (hinata). Sampai sebegitunya naruto memimpin konoha. Lalu bagaimana dengan negara kita?
Sama, pemimpin kita juga peduli terhadap rakyat, tapi rakyat yang mana dulu? Soalnya banyak kelasnya rakyat itu, beda dengan konoha. 
Lalu apakah pemimpin kita di benci anak dan keluarganya? Oh tentu tidak. Di negara ini banyak pemimpin yang keluarganya di beri jatah kursi, entah itu menjadi mentri, atau kepala daerah, kepala dinas dan lain-lainnya. keluarganya tidak membenci tapi sangat mencintainya.
Kala itu konoha di serang oleh clan otsutsuki, dan hampir menghancur satu desa tersebut, naruto segera mengeluarkan chakra kyubinya untuk melindungi dan menyelamatkan warganya dari serangan membabi buta otsutsuki, bahkan sampai menguras tenaganya, sampai akhirnya naruto di culik dan dibawa ke dimensi lain. Inilah bukto kepemimpinan naruto.
Lalu apakah pemimpin kita bisa begitu, ketika Rakyatnya di serang dengan serangan kemiskinan, kelaparan. Penggusuran, penindasan, penghancuran, kebodohan, dan akses kesehatan yang susah, pemimpin itu datang dengan menghalang serangan tersebut dan sekuat tenaga melindungi warganya? Dengan mengeluarkan cakra kyubi juga bisa, yang penting melindungi warganya lah.
Terus ada yang bilang “yaudah pindah aja sana ke konoha!”
Tak jawab aja “iyaa, sebentar lagi saya ke konoha, terus belajar chidori ke sasuke, setelah itu saya chidori anda!”

11 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar