Kamis, 07 Mei 2020

Yang tidak baik dicontoh dari Shikamaru - (Ramadhan Menulis #14)

Kalau kalian pecinta anime, kalian pasti tau siapa itu shikamaru?
Shikamaru Nara ini adalah salah satu karakter dalam serial Naruto. Shikamaru di gambarkan sebagai orang dengan tingkat kecerdasan yang sangat tinggi. Ketika semua orang memiliki nilai IQ sekitar 140-160, Shikamaru memiliki nilai IQ sebesar 200. 200 adalah nilai sangat bombastis. Dan terbukti, shikamaru menjadi shinobi cerdas yang banyak menyelesaikan permasalahan yang ada. Bahkan ketika dia gagal menang melawan temari dalam ujian chunin, malah dia yang diangkat menjadi chunin pertama di angkatannya. Bagi pimpinan desa, Shikamaru punya sesuatu yang harus di miliki oleh seorang chunin, yaitu kecerdasan dan bisa memimpin pasukan dengan baik. Bahkan gurunya mengakui kecerdasannya, sampai-sampai gurunya, namanya asuma tidak pernah menang bermain catur jepang melawannya. Karena tingkat kecerdasannya yang luar biasa.

Tapi ada sifat buruk dari seorang Shikamaru Yang membuatnya menjadi shinobi yang kurang dilirik. Apa itu? Motivasinya Nol. Shikamaru merasa menjadi orang yang penting itu membosankan dan menyakitkan. Sehingga dia hanya ingin bebas. 
Ada yang menarik ketika dia berada dalam pertarungan melawan temari, kala itu Shikamaru bersembunyi setelah mendapat terpaan angin besar dari temari, dia bersembunyi di balik pohom. Di balik pohon itu dia melihat ke atas langit dan berucap dalam hatinya “Yaampun aku iri pada awan yang begitu bebas, kupikir aku hampir sepenuhnya tidak punya ghairah . Bahkan alasan aku menjadi ninja. Itu karena aku pikir aku akan memperoleh kehidupan yang menyenangkan”. Motivasinya begitu rendah, dan sangat parah. 
Bahkan sikap “motivasi nol” ini digambarkan oleh Asuma ketika dia berbicara dengan Kurenai di tempat duduk penonton. Asuma berkata “Secara umum shikamaru itu seperti orang yang cerdas. Saat kita mengelompokkan genin, saya melihat skornya. Mereka kira dia memiliki level sama dengan naruto, Tapi yang shikamaru bilang adalah ‘menggerakkan pensil selama ujian tertulis di akademi adalah rasa sakit, dan selama ujian dia selalu tidur, sebagai gantinya”. 
Bagaimana asuma ingin memberi pesan kepada kita bahwa shikamaru itu adalah orang yang cerdas dan bagus ketika dia memiliki motivasi yang lebih tinggi. Sampai untuk menulis jawaban di kertas ujiannya saja dia malas. Bayangkan heh anda sekalian.
Ada sebuah penelitian, yang di lakukan oleh peneliti dari Florida Gulf Coast University, yang memberikan tes kepada sekelompok siswa, yang berisi kebutuhan kognisi. Peneliti meminta para siswa untuk menilai diri mereka melaluai pertanyaan seperti “saya benar-benar menikmati tugas yang melibatkan solusi baru untuk masalah” dan “saya hanya berpikir keras jika saya harus melakukannya”. Kemudian, penelitian yang di pimpin oleh Tod McElroy mengambil 60 orang dengan bagian 30 pemikir dan 30 non pemikir. Selama 7 hari, mereka dikenakan perangkat untuk mendeteksi pergerakan dan aktivitas mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang berpikir Jauh, itu kurang aktif di banding dengan yang tidak berpikir. Akhirnya dari penelitian ini timbul gagasan bahwa orang yang tidak berpikir menjadi lebih mudah bosan Sehingga perlu mengisi waktu mereka dengan aktivitas fisik. 
Melihat penelitian tersebut, kita bisa sedikit relevan soal kenapa sih orang berpikir itu lebih malas bergerak, karena berpikir baginya sudah berarti bergerak dan beraktivitas.
Tapi fenomena ini sebenernya beberapa kali saya temukan di kehidupan nyata. Banyak orang-orang cerdas dan pintar yang ternyata memiliki motivasi yang Rendah. Visinya untuk maju tidak tampak jelas, malah orang-orang dengan kemampuan standar yang lebih semangat dan giat. Mungkin memang benar kata orang kalau “orang pintar akan di kalahkan oleh orang rajin”. 
Melihat jaman sekarang banyak sekali orang tua yang ingin anaknya pintar , cerdas dan lainnya, Harusnya lebih di tekankan pada jiwa bersungguh-sungguh, rajin dan penuh semangat. Apalah guna orang pintar kalau memang tak berghairah.
Ternyata menjadi orang pintar itu berbahaya, ada 3 point kenapa saya bisa bilang kalau menjadi orang pintar itu berbahaya.
Pertama, Orang pintar yang bersungguh-sungguh dan semangat dalam kebaikan. Disini frasa berbahaya tidak berkonotasi negatif, tapi berkonotasi positif. Berbahaya karena bisa memberi Kebaikan yang lebih dan itu sungguh bagus
Kedua, Orang pintar yang tidak melakukan apa-apa. Ini adalah poin bagi shikamaru. Kecerdasannya akhirnya tidak akan berguna apa-apa bagi kehidupan orang lain. Dan digunakan untuk kepentingan sendiri, dan bahayanya adalah akan melunturkan sifat peduli, dan menaikkan sifat egois. (walaupun pada akhirnya shikamaru banyak belajar, dan mulai berubah menjadi lebih bermotivasi, walaupun persentasi kenaikannya sangat sedikit). 
Ketiga, Orang pintar yang menggunakan untuk kejahatan. Banyak dan sangat banyak, koruptor salah satunya, secara intelektual dan retorika mereka lumayan pintar. Tapi apakah mereka waras? Tidak. Orang pintar memang kadang menghantam naluri manusia. Makanya kepintaran itu harus di awasi juga. Jangan sampai di bacakan puisi sama widji thukul “apa guna ilmu tinggi, kalau untuk mengibuli” gak guna.
Kita doakan saja untuk shikamaru agar motiviasinya lebih tinggi lagi untuk melakukan kebaikan. Tapi tunggu, bukannya serial naruto sudah tamat? Tenang masih ada lanjutannya kok, namanya serial Boruto. Kita doakan Shikamaru jadi lebih baik lagi, dan juga untuk orang pintar dan cerdas diluar sana.

14 Ramadhan 1441 H

1 komentar: