Kamis, 15 April 2021

RAMADHAN MENULIS 2. EPS 03 : PASAR 'PAMER KEKAYAAN' ADALAH CIPTAAN PARA KREATOR ITU SENDIRI


Saya baru saja menonton video podcastnya close the door, yang membahas soal video ade Armando yang sedang membicarakan masalah artis yang suka memamerkan kekayaan. Pembahasan om deddy sangat menarik bagi saya, karena penasaran dengan videonya bapak ade Armando, saya meluncurkan ke video beliau yang ada didalam channel cokro TV. Pembahasan pak ade Armando juga bagi saya sangat menarik sekali.

Dalam video om deddy, beliau mengatakan bahwa kenapa atta dkk masih saja membuat konten yang terlihat seperti memamerkan kekayaan, karena ada pasarnya, ada penontonnya. Sehingga wajar ketika atta dkk masih dan mungkin akan terus membuat konten seperti itu. Tapi apakah benar akan terus seperti itu?

Bukankah pasar itu dibuat ya? Bukan tiba-tiba datang. Kenapa saya bilang begini, karena youtube Indonesia pada awal-awalnya sampai menuju keemasan seperti sekarang bukanlah pasar pameran kemewahan. Mereka lahir dari konten-konten yang nyata dan berisi. Kalaupun ada yang tidak berisi, sangat sangat sangat jarang ditemukan para konten creator yang memamerkan kemewahan, ya tidak berisi aja gitu. Saya adalah penikmat youtube yang aktif. Bahkan sebelum bermunculannya atta, andre dan lain-lainnya. Youtube masih berisi orang-orang seperti bayu skak, andovi, reza arap, aulion, chandraliow, raditya dika. Bahkan sempat viral youtubenya laurentius rando dengan draw my lifenya. Dan juga konten-konten mailtimenya, yang bukan memamerkan kekayaan malah dikasih barang sama para fansnya.

Salah satu tokoh yang memperkenalkan model pamer kekayaan ya gen halilintar, terutama saih halilintar. Benar gak sih namanya, pokoknya yang botak itu. Ya walaupun visualnya memang bagus menurutku kala itu. Dari situlah pasar itu dibuat. Hingga menjamurnya pasar pamer kemewahan ini. Saya jadi ingat salah satu materi dzawin dalam ajang suci 4, dia menyebutkan bahwa santri itu di didik dengan konsep, dipaksa, terpaksa, terbiasa, lalu luar biasa. Tapi kalau dzawin berbeda, dia dipaksa, terpaksa, gak bisa-bisa.

Beginilah kita hari ini, ketika om deddy menyebutkan bahwa mereka melakukan karena ada pasarnya, yaa juga karena para konten creator inilah yang menumbuh suburkan pasar ini. Kalau emang punya niat untuk membuat pasar yang lebih edukasi, yaa dikurang-kurangi atau dihapus sekalian. Tidak perlu juga seserius om deddy yang ngobrol dengan politikus A, atau mentri B. seperti konten MLI aja sudah sangat mendidik. Contohnya konten pemuda tersesat. Itu kalau dilihat sekilas seperti konten bercandaan aja, malah terkesan mempermainkan agama. Bagusnya adalah ustadznya yaitu habib husein ja’far yang membawakannya dengan baik. Semua pertanyaan yang muncul pasti ngaco, dijawab sama habib pun ngaco tapi diakhir jawabannya selalu ada jawaban yang benar dan relevan. Bahkan banyak sekali sejarah yang diceritakan oleh habib. Kalau bagi saya bukan karena adanya pasar, tapi karena para konten creator saja yang tidak mau membuat pasar yang baru. Tapi kana da pasar edukasi? Emang ada tapi apakah laku? Tidak laku. Karena pasar yang seperti punya atta lebih laku. Indomart dan alfamart akan tetap menjadi pilihan orang membeli daripada kios-kios kelontongan. Pertama karena kios kelontongan harganya biasanya lebih mahal sedikit, kedua karena indomart dan alfamart barang-barangnya lebih lengkap. Begitulah konsep pasar bagiku. Kalau ingin membuat pasar baru, ya sungguhnya secara serius.

Tapi kalau konten kreatornya batasnya Cuma segitu, dan tidak bisa membuat konten yang berisi dan hanya bisa memamerkan kekayaan, ya mau bagaimana lagi yaa, di paksa juga susah. sebelum ditutup tulisan ini, coba tonton video di channel froyonion yang berjudul "Akhir dari VNGNC | Froyonion meets #WTFINDOMANABANG". disini VNGNC membahas soal dunia per-youtube-an yang menarik. 

kalau boleh memperbaiki ucapan om deddy, mungkin memang kreator tidak salah, tapi mereka yang bertanggung jawab atas terciptanya pasar itu. dan juga para netijenlah yang memberi umur panjang pada pasar itu sendiri. selamat menikmati pasar yang indah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar