Selasa, 04 April 2023

ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU : BAGAS DAN SUARA SUMBANG YANG MEMBUNGKAMNYA (EPS 11)

 “gara-gara melaut beberapa hari lalu, katanya dion sempet sakit dua hari”

“iya ram? Lemah ternyata dia”

“jangan gitu mam, kasihan beliau”

“hahahaha”

“kamu baik-baik aja gas?”

“iyalah, Cuma ngelaut doang kok”

“anda ini baik baik saja ataupun tidak baik baik saja, sama aja ekspresinya gas” 

“hahaha”

 

Hari ini jadwal kami kumpul di rumah bagas. aku dan iman sudah di rumah bagas, menunggu harry, adit dan dion yang dalam perjalanan. Tepat hari ini, 7 hari ramadhan telah kami lewati. Untuk orang yang menikmati setiap waktu yang berjalan selama ramadhan, sepuluh hari adalah waktu yang singkat. tapi untuk mereka yang tiap hari mengeluh lapar dan haus, bahkan melewati satu haripun begitu berat, kayak sudah tidak makan 30 hari.

Kami ngumpul di depan rumah bagas, dengan kursi kayu panjang yang cukup untuk 3 orang dan meja plastik di tengah, beserta beberapa tambahan kursi plastik. 

“loh dit? Kok sendirian?” kataku yang melihat adit muncul dari kegelapan

“iya, si harry sama dion singgah dulu di rumah bu ning” balas adit

“lah ngapain singgah di rumah bu ning?” tanyaku

“katanya ada makanan, disuruh ambil, terus bawa kesini gitu” jelas adit “udah dari tadi?” tambahnya sambil menarik kursi plastic

“yaa lumayanlah, 30 menitan” balas imam

“jangan marah gitu sih. Baru juga 30 menit” balas adit merayu

“Woiii” suara harry dari kejauhan

Harry dan dion membawa baskom berisi makanan. 

“har, sudah kubilang, bisa gak sih, gak teriak kalau datang!” kataku 

“maaf maaf ram, kebiasaan” balas harry dengan senyum tipisnya

Kebiasaannya yang tidak baik, kalau kampung ini punya dia sih gak papa.

“kebiasaanmu itu menganggu orang tau!” balasku

“yaa santai aja sih ram” balas dion sambil membuka pastik yang membungkus baskom besar itu

“jangan komentar anda yaa. Anda aja tepar dua hari gara-gara melaut kok” balasku menatap dion

“Itu namanya proses adaptasi bodoh, kau tidak belajar ipa apa. Yang kempongpong jadi kupu-kupu itu loh” jelas dion balas menatapku

“heh itu mah bukan, Itu namanya metamorfisis” balas imam tertawa

“aaah, suka-suka kau lah mam, mau metamorfosis kah, mau adaptasi kah,  yang penting sama aja” balas dion

“sok pinter padahal salah”celetukku

Segera kami berebut gorengan dari baskom tersebut. Mungkin ini sisa buka puasa, rumah bu ning lagi banyak keluarganya datang, makanya beliau membuat makanan yang banyak, atau malah terlewat banyak, sampai diberikan kepada kami. 

Dari dalam rumah, muncul ibunya bagas dengan membawa ceret air dan tumpukan gelas plastik. “eh udah pada datang”

“eh bude” kataku menyapa balik

“ini ada teh, bude buatin untuk kalian” kata bude

“makasih bude” kata harry dengan mulut yang penuh dengan gorengan

“itu makanan di masukin dulu sih har” tegur dion

“sudah sudah gak papa kok. Oh iya rama sudah lama yaa gak ngumpul-ngumpul gini?” tanya bude dengan senyum khasnya.

“hehe, iya bude. Lama banget. Makanya ngadain acara-acara ngobrol malam ke rumah-rumah gini” kataku dengan tertawa tipis

“kalian ini lucu yaa, dari dulu masih aja akrab sampai sekarang, main bareng mulu” kata bude

“gak juga bude” balas dion

“kok bisa?” Tanya bude penasaran

“iyaa bude, kita berlima mah main bareng terus, yang satu malah pergi jalan-jalan ke kota” kata dion. 

Sial dia menyindirku ternyata

“halah yon. Merantau boy, bukan jalan-jalan” balasku membela diri. Enak aja dia bilang begitu.

“sama aja lah, mau merantau kah, mau jalan-jalan. Pokoknya sama aja” balas dion

Mereka tertawa, dan aku hanya sewot sendiri.

“bude masuk dulu yaa, mau istirahat. Kalian lanjut deh” kata bude sambil berjalan masuk

“iyaa bude. Makasih tehnya”

Ibunya bagas memang baik. Tapi kebanyakan ibu-ibu juga baik sih, jadi wajar. Tapi selain baik, ibunya bagas yang kami panggil bude, adalah perempuan yang tangguh. bagaimana tidak, dia menghidupi keempat anaknya sendiri sampai dewasa. Bude selalu bilang kepada kami, untuk menjadi manusia yang tangguh, jangan gampang mengeluh dan menyerah. Kalau mendengar kata itu dari mulut bude, tentu adalah kata-kata yang tulus dari hati, tidak hanya kata-kata motivasi dan kata penyemangat saja. Kenapa begitu? Bayangkan saja, bude kadang bekerja sebagai buruh petani, lalu kadang menjadi pedagang di pasar, kadang juga berminggu-minggu bekerja di rumah orang sebagai pembantu rumah tangga. Dari kerja kerasnya itu, empat anaknya bisa lulus SMA semua, bahkan anaknya yang kedua sekarang sudah sarjana, dan anak ketiga dan keempat lagi proses menuju lulus juga. 

Kalau di tanya ke bagas, kenapa dia gak mau kuliah? Dia selalu menjawab dengan tenang dan keren, “Kadang untuk maju, ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dan aku memilih menjadi korbannya”. Memang agak puitis, tapi itu nyata adanya. Ketika bagas ditawarin kuliah, Dia memilih untuk tidak kuliah. Padahal ibunya bilang bahwa sudah menyiapkan duit untuk bagas kuliah, tapi dia tetap menolak dengan mengatakan, bahwa duitnya disimpan untuk adek-adeknya yang sekolah nanti. 

Aku pernah berkata ke dia “tapi kan ada beasiswa gas, jadi aman”. 

“iya emang ada beasiswa, tapi untuk hidup yang lainnya gimana? Belum lagi orang rumah kehidupannya gimana” jawab bagas.

Saya selalu bangga punya teman seperti dia, walaupun dia orang yang paling susah di ajak ngobrol.

.

“eh arika belum pulang?” tanya dion

“belum. Katanya sih 3 hari lagi, 10 ramadhan baru kesini” balas bagas.

“eh mumpung lagi santai ini gas, ini mau aku tanyain banget ke kamu” kata imam

“apaan?” 

“kenapa namamu sendiri yang pakai huruf depannya B, sedangkan tiga adikmu pakai huruf A semua?” tanya imam

Pertanyaan macam apa itu fikirku. Sangat tidak penting sekali.

“mana saya tau, Tanya ke ibu saya lah” balas bagas 

“yaa kali-kali aja ada filosofinya gas” balas imam mengangkat bahu

“kamu juga aneh-aneh banget sih mam. Pertanyaan gitu masih di tanyain aja lagi” balasku sewot

“yaa apa salahnya bertanya dong” kata imam sambil mengangkat kedua tangannya

“kalau aku nanya balik, kenapa namamu pake awalan I, sedangkan adik-adikmu gak? Gimana tuh” balasku

“mana saya tau ram” balas imam santai

Hahaha. Mereka tertawa, dan kembali saya sewot sendiri.

“anda kenapa, lagi banyak masalah? Dari tadi sewot mulu” balas dion. 

Mereka tertawa Lagi

Oh iya, nama adik-adiknya Bagas memang huruf depannya A semua. Yang pertama ada arika, yang baru aja sarjana, lalu yang kedua ada Anita yang sedang menempuh semester akhir, dan Andin yang sudah semester pertengahan. Mereka semua di kampus yang sama walaupun jurusan berbeda-beda.

“katanya bapakmu balik gas?” kata adit tiba-tiba

“iya po dit?” balasku kaget

“aku dengar kabar begitu” kata adit

“beneran gak gas?” tanya dion yang ikut penasaran

“iyaa, dua hari lalu kesini, kok kamu tau dit?” kata bagas

“dikasih tau ibu aku. Katanya bapakmu sempet datang gitu” balas adit

“terus gimana dit?” tanya imam penasaran

“gak gimana-gimana. Dia datang mau minta maaf dan mau kembali. Dia bilangnya udah tobat. Bahkan kasih kami uang seamplop gitu untuk bukti keseriusannya. Dan dia bilang duit di amplop itu halal” jelas bagas

“oh gitu toh. Tapi beneran tobat gak?” tanyaku sedikit tidak percaya

“kayaknya sih beneran ram. Orang udah dua tahun ini sering bolak-balik minta kembali kok” jawab adit

“kok kamu yang jawab sih dit. Orang yang ditanya bagas kok” balas harry

“kan biasanya bagas gak jawab pertanyaan, makanya aku bantu jawab” kata adit

“yaa biarkan dia yang ngomong sendiri dong dit. Beneran gak gas?” kataku

“yang dibilang adit udah bener itu” balas bagas.

“Itu kan!” balas adit sambil menunjukku

“yaa gak gitu dong konsepnya. Takutnya kan salah yang di sampaikan adit gas” balasku membela diri

“yaa kalau salah kan tinggal di benarkan ram. Untungnya adit gak salah, makanya diam aja” balas bagas sambil nyeruput teh

Aku geleng-geleng kepala mendengar rasionalisasinya.

Kembali mereka tertawa lagi.

“anda ini terlalu tegang. Diminum dulu tehnya untuk menenangkan diri” kata dion sambil menyodorkan teh. Segera kuambil teh dari tangannya

“terus gimana gas, kau ambil duitnya?” tanya harry penasaran. Tumben sekali harry fokus mendengarkan cerita ketika ada makanan di depan matanya, biasanya dia hanya mendengar sekilas doang. Bahkan kadang kala dia ikut ketawa, tapi ketika ditanya kenapa ketawa, dia menjawab “gak tau juga. Aku ikut ketawa aja”.

“gak lah, ku kembalikan” balas bagas

“kau masih marah dengan bapakmu?” tanya harry

“sudah tidak. Bahkan Aku sudah memaafkan kelakuannnya kok” balas bagas

“terus kenapa tidak kau terima saja, dan biarkan bapakmu kembali?” tanya harry lagi

“memaafkan bukan berarti melupakan har. Saya, ibu dan adik-adik tidak mau jatuh ke lobang yang sama” balas bagas.

Beginilah sosok bagas, dia memang jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong selalu bijak dan memberi kebaikan. 

Mendengar bahwa bapaknya bagas kembali ke kampung, tentunya membuatku terkejut. Bapaknya ini sempat menjadi orang yang paling menghebohkan di kampung kami karena tindak-tanduknya. 

Kasus pertamanya, adalah ketika pemilihan kepala desa, dan dia ingin maju menjadi calon. Ketika ingin mendaftar, ternyata pendaftaran sudah tutup sehari yang lalu. Mendengar itu bapaknya marah dan mengamuk di kantor, bahkan sempet memukul beberapa petugas desa, hingga akhirnya berhasil diberhentikan juga. Tapi walaupun pendaftaran masih buka, bapaknya bagas tidak akan bisa mendaftar karena ada beberapa syarat administratif yang tidak bisa di penuhi. 

Kasus kedua, adalah ketika perlawanan terhadap pabrik. Ketika semua orang berbondong-bondong untuk melawan pabrik, bapaknya bagas dengan Santainya menjadi mata-mata pabrik. Bahkan sering mengompori pemuda untuk tidak ikut-ikutan melawan. Bagaimana masyarakat tidak naik pitam melihat kelakuan itu. Suatu hari masyarakat semakin geram dengan kelakuan bapaknya bagas, dan berencana untuk menyidang beramai-ramai. Ternyata informasi tersebut bocor sampai ketelinga bapaknya bagas, ketika masyarakat sampai di rumah bagas, bapaknya bagas telah hilang entah kemana, dan parahnya dia kabur dengan membawa emas dan beberapa harta milik istrinya yang tentunya adalah ibunya bagas, bude.

Kasus ketiga, ini yang paling parah. Dan inilah yang membuat bagas menjadi orang seperti yang sekarang ini, pendiam dan ngomong seperlunya dan sepentingnya aja. Itu terjadi 3 bulan setelah kasus kaburnya dia. Bapaknya bagas kembali tanpa dosa. Dan datang ke rumah bagas, dan dalam keadaan setengah mabuk. Sampai di rumah, dia meminta istrinya uang, tapi tidak di berikan. Bahkan bapaknya sempat menyekap adiknya bagas, si andin dengan lengannya dan mengancam akan membunuhnya apabila tidak diberikan uang. Memang terdengar tidak masuk akal, tapi dalam kondisi mabuk apapun bisa terjadi. Bukannya hal-hal yang masuk akal itu tidak berguna dalam kondisi tidak waras? Segera ibunya masuk ke kamar dan memberi semua uang yang dimiliki, bagas Terdiam bingung, dan anita yang menangis sedangkan arika di tugaskan sama ibunya untuk pergi memberi tau bapaknya adit, dan orang-orang lain. Ketika diberikan uangnya, segera dia lempar andin begitu keras sampai menghantam tembok, untungnya tidak berdarah, hanya memar sedikit. Ketika bapaknya akan pergi, bagas berlari menghadangnya dengan tangan dan badannya.

“pak jangan. Kembalikan uang ibu” kata bagas

 Tangan bapaknya mendarat tepat di pipi bagas, bahkan sampai membuatnya tersungkur jatuh.

Sebelum dia pergi bapaknya berkata “hei bagas. Kau tidak perlu sok jagoan Membela, banyak omong, menyuarakan kebenaran. sudah terlalu banyak suara sumbang di dunia yang membuat dunia ini bising. Kau tau! Lebih baik diam dan jangan banyak bicara!”. Kata bapaknya bagas sambil menendang bagas yang tersungkur di lantai.

Pelarian bapaknya bagas tidak berhasil. di tengah jalan, dia berhasil di tangkap oleh bapaknya adit dan beberapa masyarakat, termasuk juga bapakku.  Karena masih ada dendam yang tertinggal, amukan masa pun tidak bisa dihindarkan. Banyak tiba-tiba tangan dan kaki yang muncul dari luar kerumunan. Apalagi di tambah mereka tau bahwa bapaknya bagas berani menyiksa anak-anaknya sampai terluka. 

“dasar penjahat!”, “pengecut bajingan”, “setan kau ya” “datang-datang malah bikin rusuh kau yaa bangsat” begitulah teriakan yang terdengar dalam kerumunan itu. Sudah tidak terhitung lagi beberapa tangan dan kaki yang kena ke tubuh bapaknya bagas. Untung bapaknya adit dan bapakku begitu sigap, sehingga tidak sampai berlebihan walaupun Mukanya sudah berdarah-darah, penuh lebam dimana-mana, dan seperti orang sekarat, dengan hanya teriakan minta ampun. Akhirnya ia dibawah ke kantor desa dan disidang beramai-ramai. hukumannya adalah Dia tidak boleh kembali ke kampung selama 15 tahun, untuk memperbaiki diri. Walaupun pada awalnya ada usul untuk tidak mengizinkan dia kembali ke kampung seumur hidupnya. Tapi bapakku menolak itu, alasannya manusia pasti bisa berubah, dan kembali diterima oleh masyarakat. Kedua, dia harus menceraikan istrinya. Pada awalnya masyarakat minta untuk talak 3, tapi kembali bapakku menolak itu. Dan berharap Cuma talak 1. Alasannya masih Sama karena manusia itu bisa berubah. Hukuman ini sempet terjadi perdebatan yang begitu lama, karena banyak yang masih bersikukuh untuk talak 3, sampai akhinya ibunya bagas sendiri yang bilang untuk talak 1 saja. Sebenarnya saya pernah bertanya kepada bapak kenapa bapak mau hanya talak satu, jawaban bapakku adalah, "karena dulu bapak dan ibunya bagas saling cinta, tapi karena kebutuhan dan kehidupan yang keras merubah bapaknya bagas jadi tidak terkendali. Mungkin suatu hari cinta akan menyatukan lagi", begitu kata bapak, yang tidak pernah dia ungkapkan di sidang rakyat kala itu. Sejak kapan bapakku jadi puitis begitu.

Rasionalisasi bapak semakin kuat lagi dengan dukungan dari bapaknya adit yang setuju soal talak 1 itu. Sehingga masyarakat akhirnya setuju.

Hukuman yang ketiga, dia harus mengganti semua kerugian yang telah dia curi, yaitu perhiasan dan emas. 

Begitulah singkat cerita bapaknya bagas, makanya kami sangat heboh ketika tau bahwa bapaknya sudah dua tahun ini kembali. Kala itu kami masih umur 6 tahun, dan kejadian itu terjadi 2 tahun sebelum kasus perang di pabrik. Karena 19 tahun sudah berlalu, yang mana sekarang bagas sudah umur 24 tahun, maka hukuman bapaknya bagas sudah luntur dan bersih. 

.

“kalau misal suatu hari bapakmu benar-benar baik, benar-benar tobat. Apa masih mungkin dia kembali gas dan kalian menerimanya?” tanyaku menatap tajam bagas

Suasana tiba-tiba hening, aku paham, bahwa yang lain juga pengen tau jawaban yang jujur dari hatinya bagas. 

“ya mungkin saja” balas bagas 

“berapa persen?” tanyaku lagi. Dan suasana masih tetap hening.

“berapa persen yaa? 85% lah” jawab bagas.

Aku mengela nafas, suasana kembali baik. 

“sudah sudah, lupakan. Sekarang mending kita main kartu. Saya bawa kartu ini” kata dion sambil mengeluarkan kartunya

“tapi kan tidak bisa kalau main berenam.” Balasku

“siapa yang bilang?” tanya dion

“aturannya kan begitu yon” jawabku

“aah pake aturan segala. Kaku kali kau ini” balas dion dengan tertawa

Lagi dan lagi mereka tertawa, tapi kali ini saya juga ikut tertawa, sewot sendirian terlalu menyedihkan

RAMADHAN MENULIS 3. EPS 10 : PIKIRAN YANG BERGERILYA DI PEMAKAMAN

pikiran ini muncul pertama kali bukan ketika tulisan ini terbit, tapi sudah lama waktu berlalu. Hanya belum sempat saya sempurnakan saja. Maka dengan anda membaca tulisan ini, maka sempurnalah tulisan ini, setidaknya menurutku.


10 februari 2023, suami dari sepupu saya meninggal dunia, sebelum itu juga, bapak dari teman pertama saya di S2 UNHAS, meninggal. Hari-hari yang menyedihkan untuk beberapa orang di lingkaranku. Kembali ke pemakaman suami sepupu. Saya datang ke rumah duka. Ramai para tamu datang untuk memberikan belasungkawa dan turut bersedih atas kepergian almarhum. Saya datang pukul 2 siang, dan rencana akan dimakamkan setelah sholat ashar. Dalam kondisi menunggu, entah kenapa kepala saya dikelilingi pikiran-pikiran yang tidak berhenti berputar. Pikiran saya semakin kencang ketika akan pergi menuju masjid tempat almarhum di sholatkan, saya melihat anak almarhum yang juga adalah keponakan saya (walaupun mereka lebih tua jauh dari saya) menangis. Sangat tampak di mata saya bahwa ditinggalkan oleh orang yang disayangi sangat menyakitkan. Saya melihat salah satu anaknya menangis bahkan sampai susah berjalan, hingga akhirnya dia naik motor yang dikemudikan oleh suaminya menuju masjid. Mungkin inilah arti dari menangisi kepulangan.

Dalam perjalanan saya menuju masjid, saya menyadari sesuatu bahwa menangisi kepulangan artinya kita menangisi kelemahan kita akan takdir, menangisi kekalahan kita akan waktu, menangisi ketakutan kita akan kesendirian, dan juga menangisi kehilangan akan cinta. Menangis karena kita lah yang paling tahu bahwa sebenarnya bukan yang meninggal lah yang kehilangan kebahagiaan, tapi kitalah sebenarnya yang kehilangan kebahagiaan itu, setidaknya beberapa bagian kebahagiaan kita hilang.

Pikiran lainnya muncul ketika selesai menyolatkan jenazah, saya jadi berpikir, secara eksistensi dan esensi kemanusiaan, manusia dinyatakan meninggal adalah ketika sudah tidak dapat bernafas lagi. Tapi secara kemanusiaan islaminya adalah ketika ia sudah di sholatkan. Ketika ia sudah tidak bisa sholat lagi, padahal tugas manusia dan jin adalah untuk beribadah. Tapi ketika kita sebagai manusia sudah tidak bisa beribadah lagi, maka selesai secara paripurnalah tugas kita sebagai manusia dan hamba Allah.

Pikiran lainnya muncul lagi ketika di tanah kuburan. Ketika saya melihat punggung orang yang sedang melingkari proses penguburan dan suara tangis yang lirih, pikiran saya mencuat keluar begitu saja. Saya jadi berpikir mungkin maksud dari Rachel venya atau para orang yang melanggar aturan dan mendapat kompensasi karena bersikap baik dan sopan santun adalah tentang hidup dan mati. juga dalam kuhp yang terbaru mengatakan bahwa apabila dalam masa percobaan 10 tahun oleh terdakwa hukuman mati, ia berkelakuan baik, maka bisa tidak jadi dihukum mati. Seorang ustadz atau motivator keislaman sering bilang begini “semua yang bernyawa pasti akan mati. Kita hanya menunggu antrian”. Artinya, bahwa seharusnya selama kita menunggu antrian kita harus bersikap “baik” dan “sopan santun”. Karena mungkin saja di “meja pengadilan akhirat” hukuman kita bisa dikurangi atau malah bisa saja terbebas dari hukuman. Dan satu yang harus diingat, “pengadilan akhirat” adalah pengadilan yang paling adil, tidak ada cerita hakimnya bisa disuap untuk kebebasan. Kenapa? Karena “Sang Hakim” adalah pemilik segalanya termasuk diri kita sendiri

Sabtu, 01 April 2023

ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU : PASAR YANG RIUH (EPS 10)

“habis ini kemana kamu mam?”

“lanjut ke pasar ram?”

“dijual toh. Kirain untuk makan dirumah aja”

“ya sebagian dimakan, sebagiannya dijual. Ini banyak banget loh dit”

“yaa siapa tau mau makan ikan terus kan”

 


Kapal kami akhirnya sampai ke daratan. Dion segera melompat dari kapal dan dengan gembira dia berteriak “daratan, aku mencintaimu”. Dia terus berteriak dan menciumi pasir pantai. “gak usah lebay deh yon” balasku. “hei ram. Anda juga takut kan. Gak usah sok kuat” balas dion menatapku. Kuakui aku takut. Tapi kalau bersama imam, setidaknya ketakutanku berkurang 60%. Walaupun arahan dan instruksinya aneh dan menyebalkan juga tidak memberi kesan optimisme, tapi AKU yakin ia akan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan kami, walaupun tidak bertanggung jawab atas mualnya dion tadi malam.

“jadi pada mau balik semua ini?” Tanya imam

“saya ikut kamu ke pasar mam. Ada yang mau dibeli disana” balas bagas

“aku balik mam. Mau garap beberapa tanaman lagi di kebun” kata harry

“kamu dit?”

“aku mau balik juga, mau ngambil barang di kota” balas adit

“saya ikut ke pasar juga lah” balasku

“aku juga balik, mau ada kerjaan” kata dion

“ayoolah ikut ke pasar yon” kataku

“gak lah. Kau enak gak ada kerjaan, kita ini harus kerja tau” balas dion

Iya juga ya. Mereka semua kan kerja sedangkan aku tidak ada kerjaan, jadi kemana saja oke. Akhirnya kami pisah. Saya dan bagas ikut imam kepasar, sedangkan yang lainnya balik ke rumah untuk lanjut bekerja.

.

Pasar bagi sebagian orang adalah tempat untuk mendapat sesuatu yang dibutuhkan, tapi sebagian orang lagi menganggap pasar lebih dari itu. apalagi pasar tradisional. Di pasar kita mendapatkan sesuatu lebih dari barang belanjaan. Pertama, kita bisa berinteraksi dengan para penjual. Berbeda dengan pasar modern seperti supermarket, interaksi yang terjadi sangat minim sekali, kalaupun ada interaksi, pembeli hanya bertanya apakah produk yang ia cari ada apa tidak atau dimana tempat produk yang diinginkan. Kedua, kita mendapatkan skill tawar-menawar. Skill tawar-menawar adalah skill yang dibutuhkan dalam bertransaksi di pasar tradisional. Walaupun banyak juga orang yang memilih tidak melakukan tawar menawar. Skill tawar menawar ini seperti bawaan dari lahir bagi para ibu-ibu. Para ibu bila tawar menawar, seperti mahir sekali. “mas, saya beli empat ikat, jadinya sepuluh ribu ya” padahal satu ikatnya lima ribu. Dan kalau penjualnya tidak mau, para ibu-ibu akan pura-pura pergi dengan harapan penjual akan menurunkan harganya. Untuk penjual yang sudah pro bukan lagi amatiran, konsep itu sangat ia pahami, sehingga ia juga akan bermain peran dengan baik soal tawar menawar ini.

“lapakmu dimana mam?” tanyaku yang heran kenapa dari tadi kami tidak berhenti padahal banyak sekali lapak yang kosong belum terisi

“disana ram. Lorong ikan. Disini mah lorong khusus untuk sayuran. Gimana sih” balas imam menunjuk entah kemana

“oh iya. Baru sadar saya kalau semua isinya sayur disini” balasku memperhatikan sekitar, ternyata semua lapak yang kami lewati cuma berisi sayur-sayuran, lantai yang kami lewati juga terlihat kering, berbeda kalau di lapak jualan ikan ataupun ayam

“kelamaan di kota sih, jadi gak pernah masuk pasar lagi” balas bagas. Menyakitkan sekali pernyataan bagas ini. emang sih di kota dulu aku sangat jarang datang ke pasar, bukan karena aku punya uang banyak dan belanja di supermarket, tapi karena di kotaku kuliah, banyak lapak di komplek yang menjual sayur dan bahan makanan layaknya di pasar. Dan harganya tidak terlalu jauh beda, daripada harus mengeluarkan bensin untuk pergi ke pasar mending datang ke lapak-lapak itu saja. Toh barang-barang itu juga sama dengan barang-barang di pasar, di ambil dari petani langsung.

.

“nah disana tempatku” kata imam sambil menunjuk lapak yang berada dipojok.

“tempatmu di pojok, ada yang beli gak tuh. Tempatnya gak strategis banget” kataku

Bagas tersenyum dan berkata “nanti kamu liat aja. Aku pergi dulu ke lorong ayam dan daging. Mau beli sesuatu disitu”

Mulailah imam merapikan jualannya, menyiram-nyiram sedikit air ke ikannya. Dan mulailah dia berteriak “ikan segar ikan segar. Baru dipancing semalam, dipancing dengan hati yang tulus dan ikhlas.”. saya begitu kaget dengan teriakannya, ketika semua orang berteriak biasa, ia menambah embel-embel tulus, ikhlas dan juga cinta. Terlihat semua penjual ikan disitu tertawa. Satu penjual didekat imam berkata “mam, kali ini ikannya bisa bilang I Love You gak?” sambil tertawa

“bisa dong bang” balas imam.

Mereka semua tertawa

Beberapa menit kemudian, datang seorang mbak-mbak berumur sekitar 23an tahun dan temannya yang ingin membeli ikan di lapak imam. “mas, ikannya ini berapa” kata si mbak itu

“30 ribu mbak satu tumpuk begini” balas imam

“kurang lah mas” pinta si mbak itu

“maunya berapa mbak. Tapi ikan ini special loh mbak” balas imam

“lah kok bisa?” balas si mbak dengan wajah bingung

Imam segera mengangkat salah satu ikan dan menghadapkan ke muka si mbak, dan mulai memainkan mulut si ikan, dengan menggunakan suara perut, ia mengubah suaranya seolah ikan ini bicara “mbaknya cantik. I Love You”. Si mbaknya ketawa, begitu juga para penjual ikan yang berada disamping imam.

“ah masnya bisa aja sih” kata si mbak tersipu malu

“lahiya mbak. Spesial kan. Mana ada ikan yang bisa bilang I Love You. Mana ikannya bilang mbaknya cantik lagi. Kalau mbak makan ini ikan, mbak bisa kenyang lama” kata imam menjelaskan

“oh iya? Berapa lama emang mas?” Tanya si mbak

“ya bisalah dari pagi sampe siang mbak. Kalau masih tahan, bisa sampe malam” balas imam tersenyum. Semua penjual tertawa lagi

“yaelah mas. Kalau itu mah emang wajar. Coba bisa tahan tidak makan dua tiga hari kek” balas si mbak

“kalau itu mah gak usah makan ikan mbak”

“terus apa mas?”

“koma aja di rumah sakit” kata imam. Membuat seisi lorong ikan tertawa begitu juga dengan si mbak pembeli ikan ini

“yaudah mas, saya mau satu tumpuk ya” kata si mbak sambil menunjuk tumpukan ikan tersebut.

Segera imam mengambil salah satu ikan lagi dan menghadapkan ke muka si mbak, dan kembali menggunakan suara perut dan mengucapkan “terima kasih mbak. Mbaknya sudah cantik, baik dan manis lagi. Pasti pasangannya senang dan bahagia”

“yaah mas” kata si mbak yang menunjukkan ekspresi sedih

“lah kenapa mbak?” Tanya imam dengan suara kembali normal

“saya baru putus beberapa minggu yang lalu” kata si mbak

“Yaaaaaaahhhh” ucapan yang hampir serempak keluar dari beberapa penjual ikan.

Segera imam mengeluarkan suara perutnya lagi dan berkata “mbaknya jangan sedih. Masih banyak cowok lain di dunia ini. andai saya bukan ikan, saya mau kok jadi pacarmu mbak”.

Mbaknya tertawa lagi.

Setelah lama kupandangi si mbak ini, dia cantik juga mungkin cocok bila kujodohkan dengan imam. Segera aku menyambar pembicaraan mereka “mbak namanya siapa?” tanyaku

“saya naya mas” balas si mbak yang bernama naya

“oh mbak naya. Saya ramadhan, dipanggil rama. Kalau penjual ikan yang keren ini namanya imam” kataku sambil merangkul imam yang sibuk membungkus ikan milik si mbak naya

“ini mbak sudah” kata imam sambil menyodorkan plastic berisi ikan.

Segera mbak naya memberi uangnya. Setengah tersenyum mbak naya menundukkan kepalanya dan berkata “makasih ya mas imam. Nanti saya coba bicara lagi dengan ikannya dirumah”. Lalu si mbak naya pergi.

.

“boleh juga itu cewek mam” kataku

“boleh apaan?” balas imam

“ya bolehlah dijadiin pasangan. Gimana sih. Kamu kan masih jomblo juga” kataku

“orang kota memang kelakuannya. Baru liat cewek cantik dikit. Bilang boleh juga” balas imam mengangkat bahu

“yaa gak papa kali. Siapa tau jodoh kan” kataku meyakinkan

Ketika ingin kulanjutkan obrolan, datang seorang ibu-ibu muda sedang menggendong anaknya.

“mas imam, ikan tunanya ada?” kata si ibu

“wah lagi kosong bu” balas imam

“yaah, padahal anak saya mau ngobrol sama ikan tuna loh” kata si ibu

“oh si adek mau ngobrol. Sama ikan yang lain aja ya” balas imam. Segera dia ambil salah satu ikan dan mulailah mengeluarkan suara perutnya yang membuat si anak yang tadinya cemberut menjadi senyum dan akhirnya tertawa. Imam terus melakukan itu. beberapa kali juga si imam menjelaskan ikan yang dijual dengan teori-teori yang tidak kupahami, intinya soal per-ikan-an dan ke-laut-an. Jadi ini maksud dari ucapan bagas tadi “liat saja nanti”. Walaupun di pojok, tapi banyak sekali pelanggan tetapnya, satu-satunya pelanggan barunya adalah si mbak naya tadi. Semua yang tadi pasti tau dan memanggil nama imam. Dan terbukti, ikan yang dibawa hari ini bisa habis. Ini orang memang cerdas fikirku.

Segera kami bersiap-siap untuk pulang.

“bang saya balik dulu ya” kata imam kepada penjual ikan disampingnya

“tumben cepat amat mam” balas si penjual ikan

“iya bang, hari ini Cuma nangkap segitu aja” balas imam

“yaudah mam. Tapi pamit sama ikannya dong” balas si penjual ikan menggodanya

Segera imam mengambil salah satu ikan jualan si abang, lalu dia hadapkan ikan itu ke depan mukanya. “saya pulang dulu ya ikan. Tenang saja, pembelimu sebentar lagi datang kok” kata imam

“iya mas imam. Hati-hati dijalan yaa. Jangan lupa makan ganteng” kata imam menggunakan suara perutnya

Semua penjual ikan disitu kembali tertawa lagi

“ikannya betina ini, masa aku digodain sih bang” kata imam mengembalikan ikannya. Kembali riuh di lorong ikan. Lalu imam tersenyum dan menundukkan kepala mengisyaratkan pamit pulang.

.

“kamu sering gitu ya mam” tanyaku sambil berjalan

“iya”

“keren juga yaa. Jadi banyak pembelinya” kataku

“itulah menyenangkan bertransaksi di pasar tradisional ram. pasar itu bukan hanya sekedar, datang lalu membeli, dan pulang. Pasar bagiku adalah ruang diskusi. Pasar bagiku ada ruang bercerita dan bersenang-senang ram” jelas imam.

Ah sial, ternyata selain cerdas, dia juga keren.

RAMADHAN MENULIS 3. EPS 09 : TAKDIR SEPAKBOLA INDONESIA DI AJANG DUNIA

Sepertinya kekecewaan akan gagalnya piala dunia u-20 akan berlarut-larut. Bagaimana tidak, pembahasannya saja tidak berhenti-henti. Entah memang algoritma saya yang banyak terfokus pada sepak bola (karena lagi menunggu hasil akhir EPL dan UCL) atau memang media di Indonesia memang lagi menyorot kesana semua, bahkan media pribadi orang.


Membuka media social menjadi membosankan, saya tentu kecewa dan merasa kasihan pada para punggawa timnas, tapi benar kata beberapa orang, kita tidak bisa terus larut dalam kekecewaan. Kita harus mencari solusi

Tambah menjengkelkan lagi adalah muncul argument yang seperti menyudutkan umat islam, walaupun tentu yang ingin mereka sudutkan adalah golongan tertentu. Saya juga tidak ada niat untuk membela golongan tersebut, tapi argumentasinya malah membuat mereka aneh menurutku. Mereka memaparkan data bahwa, pelatih palestina itu orang Israel, atau kapten dari tim Israel itu seorang muslim. Bukankah dari fakta dan data itu membuktikan bahwa Israel dan palestina bukan permasalahan agama, malah kalau menggunakan fakta kapten Israel adalah seorang muslim, maka harusnya para aktivis palestina (yang berdasar agama) tidak marah pada tim Israel, karena si kapten muslim. Fakta dan data ini malah menunjukkan ini adalah murni masalah kemanusiaan. Tidak ada bau agamanya.

Opini para pengguna medsos sudah sangat tidak terkendali. Dari cocokologi soal politik, agama dan masalah kemanusiaan, bahkan sampai ke hal-hal yang berbau mistis, seperti “PSSI disuruh ziarah ke 135 kuburan korban kanjuruhan, mungkin punya salah, makanya dapat karma ini”. Ya kalau mau dikaji secara ilmiah juga kan memang ada kelalaian PSSI, juga panpel, dan petugas keamanan, dan yang paling penting angin, memang angin keparat!!

Okelah kita boleh bersedih, tapi saya berharap kesedihan ini tidak bertahan lama, karena hidup dalam lingkaran kesedihan juga menyakitkan, mari bangkit bersama. kita juga harus melihat dari berbagai sudut pandang, setidaknya melihat dari sudut pandang yang banyak akan membuat kita lebih tenang dan bijaksana, saya sarankan untuk nonton video podcast musyawarahnya najwa shihab. Beliau membahas secara rapi dan tajam soal perdebatan Israel, palestina dan sepak bola, tidak sekedar opini dan data abal-abal.

Jujur, kalau saya mengambil hikmah dari kejadian ini adalah, mungkin memang Indonesia tidak ditakdirkan ikut piala dunia lewat jalur tuan rumah. Kenapa begitu? Karena selama Israel masih bisa mengikuti ajang sepak bola, maka mereka berpeluang lolos, bahkan tidak hanya piala dunia kelompok umur, tapi piala dunia yang senior sekalipun. Dan selama konstitusi masih ada dan sejarah keberpihakan akan palestina tidak dilupakan, maka penolakan akan selalu ada, bahkan sampai kiamat menjemput (andai kata palestina sampai kiamat masih dijajah oleh Israel). Solusinya Cuma satu, masuk lewat jalur kualifikasi. Memang berat tapi bukan berarti tidak mungkin. Berjuang dan terus berjuang, toh hidup manusia memang seperti itu, dia harus terus berjuang. Dalam ajaran agama pun seperti itu, kita harus terus berjuang. Tapi kalau kau tidak percaya agama, kau bisa mencari banyak filsuf yang bicara soal berjuang terus, juga para motivator, bahkan temanmu, kakakmu, adikmu, bapak dan ibumu mungkin juga pasanganmu semua menyuruh terus berjuang, jangan putus asa.

Seharusnya kita belajar ketika sepak bola Indonesia kemarin di banned fifa, tapi sialnya kita tidak belajar. Maka ini pelajaran baru yang harus benar-benar diambil sebagai pelajaran untuk maju kedepan. takdir kita bermain di piala dunia memang adalah jalur kualifikasi. Mari berdoa agar sepak bola Indonesia suatu hari nanti entah kapan, mengangkat piala dunia. Mimpi aja dulu, kalau bermimpi saja tidak berani, lalu apa lagi yang tersisa

ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU : SANG PENANTANG BADAI (EPS 09)

“woi mam, hujan ini, anginnya kencang banget lagi”

“iya, aku juga tau hujan kali yon”

“aman gak ini mam?”

“santai aja dit, Cuma badai kecil kok”

“gila yaa kau mam. Cuma badai kecil katanya”

“santai aja sih har”

“goyangan kapalnya makin kencang lagi mam” 

“ya bagus berarti, bukannya orang kota suka goyang ram. Haha”

“gas, aman?”

“aman mam”


Kami semua panik, Cuma bagas yang santai dan juga tentunya imam si kapten kapalnya. Adit saja orang yang berpikir dengan logika-logika sederhana Panik. Atau mungkin sebenarnya bagas juga panik, tapi sebagai orang yang susah mengekspresikan dan mengungkap sesuatu, jadi terlihat kalau dia biasa saja.

“tenang, yang penting kita jangan terlalu menantang ombak, karena tekanan kuat Ditabrakkan dengan tekanan yang kuat, salah satu akan hancur. Tentunya kapal kita yang hancur dong. Dan kita bisa mati” kata imam memberi arahan. 

Arahan macam apa itu, itu lebih cocok di bilang sebagai ancaman tersirat. 

“woii, gila kamu yaa mam. Sudah ku bilang, gak usah ngelaut. Masih aja ah!” kata dion yang semakin panik. Bagaimana tidak semakin panik, angin berhembus tambah kencang, ombak yang menghantam kapal pun semakin kencang. 

sekitar 20 menitan kami dalam keadaan panik karena cuaca, sedangkan imam dengan santainya sambil bersiul mempersiapkan jaringnya. 

10 menit setelahnya, keadaan kembali membaik, air mulai tenang, hujan mulai reda, dan angin tidak terlalu kencang seperti tadi. 

Dalam keadaan panik, walaupun tidak seperti tadi, aku selalu berusaha berpikir positif dan optimis.  Hingga laut benar-bener membaik

“yuk lah pada mancing. Kalian berlima mancing, aku yang jaring ikannya ntar”  kata imam

“bentar dulu mam, tenangin diri dulu lah” kata dion masih terus memperbaiki nafasnya. sehebat apapun dion di daratan ternyata takluk juga di lautan. 

Imam hanya tertawa melihat kami berlima dengan wajah pucat.

Mulai imam menunjuk titik -titik kami untuk mancing, supaya tidak tersangkut sama jaring ikannya. Lalu mulailah kami memancing ikan. 

Asli! disitulah aku merasa benar-benar kagum dengan imam. Walaupun aku sering mendengar cerita hebatnya ketika melaut, tapi merasakan secara langsung adalah hal yang luar biasa.

Karena kami di titik yang berjauhan ketika memancing, kami jadi sedikit ngobrol, dan hanya bengong menunggu umpan kami di makan. Sedangkan imam, umpannya sudah dimakan tiga kali.

“ah capek nunggu ikannya mam. Mending tidur” kata dion yang berjalan menuju tikar di tengah kapal

“iya mam. Kau ajalah yang mancing, aku mau tidur” sambut harry juga yang berjalan meninggalkan pancingnya yang masih terpasang.

Di pojok, ku kira adit lagi fokus menunggu pancingannya di makan, ternyata dia tertidur sambil duduk.  Sedangkan bagas masih fokus menunggu pancingannya

“gak istirahat ram?” tanya imam

“nanti dulu ram, lagi menikmati angin malam” balasku yang fokus pada pancingku. walaupun aku tidak hobby mancing, tapi beberapa kali umpanku habis begitu saja membuat adrenalinku meningkat. "enak saja mereka makan umpanku begitu saja. tidak ada makan malam gratis kawan" fikirku

“sudah kubilang laut itu indah dan menyenangkan ram” balasnya yang baru saja melepaskan ikan kelima hasil pancingannya.

Aku tidak merespon pernyataannya, tapi memang benar-benar menyenangkan. Bagaimana tidak, kami yang notabenenya sangat pemula kecuali imam, tiba-tiba di ajak melaut dengan keadaan cuaca yang ekstrem. Hujan kencang, begitupula dengan anginnya. Kami seolah-olah menjadi crew kapal yang di pimpin oleh kapten imam. Walaupun cara memberi instruksi sama sekali tidak memberi motivasi dan semangat. Bayangkan ketika kami di suruh untuk membenarkan arah layar perahu, imam berkata “terlalu kiri ram, bisa-bisa kita terbawa arus. Kamu mau mati apa”. Instruksi macam apa ini, sangat tidak memberi sikap optimisme. 

Tapi memang begitulah cara imam menyampaikan sesuatu, apalagi dia sering menyindirku dengan kata “orang kota”. 

Kemahiran imam dalam melaut tidak lahir begitu saja, ia diterpa begitu banyak perjalanan melaut sebelum menjadi sehebat ini. Ibarat pepatah mengatakan bahwa “pelaut yang handal tidak lahir dari air yang tenang”. Pastinya perjalanan melautnya selalu di hantam arus dan badai yang kencang. Di tambah kecerdasannya, sehingga mencari solusi atas keadaan yang dihadapi bisa sangat mudah.

Aku masih ingat bagaimana imam diajak bapaknya melaut ketika umurnya masih 6 tahun,  Kala itu bapaknya bilang bahwa imamlah satu-satunya penerus bapaknya sebagai nelayan. Dan dari situlah keahliannya melaut hadir. 

Bapaknya imam lumayan keras dalam mendidik. Ketika pertama kali mengajarkan imam berenang, beliau “melempar” imam ketengah lautan lepas, walaupun di rumah sudah diberi arah-arahan sedikit tanpa ada praktek di kolam kecil. Imam dengan penuh ketakutan segera menggerakkan kaki dan tangannya, untuk berenang menuju perahu, dan berhasil sampai. Baru juga mengambil nafas, imam kembali “dilempar” ke tengah lautan, dan kali kedua dia berhasil kembali ke kapal. Dan “pelemparan” ketigapun dilakukan, tapi sebelum itu, bapaknya berkata “berenang yang tenang, gak usah panik”.  Setelah itulah, dia menjadi sangat mahir berenang. Bahkan ada yang bilang dia bisa menahan napasnya lebih dari 10 menit di dalam laut. Itu sesuatu yang tidak wajar untuk manusia kebanyakan.

Dari kecerdikannya dalam memahami konsep nelayan dan melaut, imam akhirnya mentransformasikan usaha bapaknya dari nelayan menjadi pembuat kapal. Ketika pertama kali dia memodifikasi perahu bapaknya, orang semua terkagum-kagum, dan minta bantuan padanya. Melihat peluang disitu, imam akhirnya membuka jasa pembuatan perahu dan kapal kecil, bagi yang mau melaut. Karena banyak orang diluar desa yang juga melaut lewat situ, sehingga memesan kapalnya dari imam. 

.

“Ram, beneran gak mau tidur?” tanya imam memecah lamunanku

“gak mam. Belum ngantuk” balasku

“owalah, okelah. Itu si bagas udah tidur, sambil duduk tapi, kayak adit” tambah imam. segera aku melihat bagas. ia terlihat nyenyak tidur dengan posisi duduk dan memeluk alat pancingnya. sudah dipastikan umpan pada ujung kailnya sudah habis dimakan

Segera imam melemparkan Pancingnya lagi, ternyata dia sudah dapat lebih dari 10 ikan dari hasil pancingannya, sedangkan aku satupun belum. Dia terlalu mahir untuk jadi pembanding denganku.

Kegilaan dan kemahiran imam soal melaut semakin terlihat ketika kami kelas 2 SMA. Kala itu ada masalah besar di rumahnya, bapak dan ibunya sempet ribut, aku juga tidak tau karena apa, sehingga membuat suasana hati imam menjadi kacau. Dua hari dia menginap dirumahku untuk menenangkan dirinya. Tiga adiknya di bawah pergi ibunya, menginap di rumah tetangga. Bapaknya imam tergolong keras dan kasar, tapi disitulah titik balik yang akan membuat bapaknya menjadi baik dan tidak pernah kasar lagi. Karena tidak enak denganku, imam bilang akan kembali ke rumahnya, walaupun sudah kubilang tidak apa-apa, bapak dan ibuku tidak mempermasalahkannya. Tapi ia tetap bersikeras mau pulang. Ketika ia pulang, keesokan harinya dia tidak masuk sekolah. aku dan yang lainnya berpikir positif saja, mungkin masih butuh waktu untuk menenangkan diri. Tapi lama-kelamaan menjadi janggal, karena satu minggu ia tidak masuk sekolah. Segera aku mengajak dion dan harry yang notabene paling berani untuk mendatangi rumah imam, dan mengetahui keadaanya. Dan bagas dan adit pergi ke ibunya untuk menanyakan keadaan imam.

Sampai di rumah imam, aku melihat bapaknya yang termenung sendiri di depan rumah, dengan muka lemes dan pucat seperti orang kurang tidur. Kami beranikan diri untuk bertanya

“om, imamnya ada?” tanyaku

Tapi bapaknya imam tak menjawab, ia masih terdiam

“om” panggilku

Tetap diam

Segera harry berjalan mendekati dan menyentuhnya, “om”

Seketika bapaknya imam berteriak, dan membuat kami kaget dan terlompat ke belakang. 

“maaf maaf” kata bapaknya imam

“gak papa om. Kita kesini mau ketemu imam” kata dion

“lah, bukannya imam nginap di rumahmu rama?” tanya bapaknya imam dengan wajah bingung

“sudah dari seminggu yang lalu gak om, katanya mau balik kerumah aja” balasku yang juga dengan wajah bingung. seingatku imam ijin pulang ke rumah.

“seminggu ini saya sendirian dirumah, tidak satupun orang disini” jawab bapaknya imam dengan wajah sedih

Kami bertiga bingung, kalau tidak dirumahnya, lalu dimana? Apa mungkin sama ibunya. 

Tiba-tiba datang adit dan bagas

“imam ada gak ram?” tanya adit

“gak ada” balasku

“imam gak ada om?” tanya adit kepada bapaknya imam

“gak ada dit. Saya sendirian terus ini” balasnya

“ibunya bilang apa?” tanyaku pada adit

“gak ada juga. Ibunya udah gak ketemu adit semingguan juga” jawab adit

Wah hilang kemana anak itu. Kami sepakat untuk keliling desa untuk mencarinya. Hampir seharian kami mencarinya, dari rumah ke rumah, sampai dengan di dalam hutan-hutan. Tapi tetap tidak kami temukan. 

Mungkin dia di pantai, ketika kami berlima sampai di pantaipun tidak ada orangnya. Akhirnya kami putuskan untuk istirahat dan mencarinya esok hari. 

Waktu berlalu lebih dan tiga minggu sudah imam menghilang, bapak dan ibunya mencari kemana-mana dan tidak menemukannya, bahkan sampai melapor ke polisi. Tapi tidak menemukan apapun. Hingga akhirnya kami berlima bersama beberapa warga desa termasuk bapak dan ibunya imam mencarinya kembali ke pantai, dan tidak di temukan juga. Sampai kami bertemu dengan nelayan dari desa sebelah.

“ini ada apa rame-rame dek?” tanya bapak dengan topi hitam dan bertubuh pendek

“ini pak lagi nyari orang hilang” kataku

“oh hilangnya di pantai ini ya?” tanya bapak itu penasaran

“gak tau juga pak, tapi anaknya sering kesini” jawabku “bapak biasa di sini?” tambahku

“jarang-jarang mas, paling beberapa minggu sekali. Emang yang hilang umur berapa dek?” tanya bapak itu

“umur 16 pak, seumuranku lah” balasku

Bapaknya Cuma mengangguk.

Sebelum saya pergi meninggalkan bapaknya yang lagi sibuk dengan perahunya, tiba-tiba ia memberhentikanku

“eh tunggu dek, kalau yang seumur kamu saya sempet liat” kata bapaknya

“beneran pak?” tanyaku antusias.

“iyaa mas, tapi sudah lama sekitar 3 minggu yang lalu” jawabnya

Itu dia, itu pasti imam. “oh itu dia pak. Dimana dia sekarang?” tanyaku sambil berteriak memanggil orang-orang desa yang berpencar mencari.

“bapak ini ketemu sama imam 3 minggu yang lalu om” kataku ke bapaknya imam

“bener pak?” 

“iya pak, dia pake baju hitam. Terus bawa karung beras 10 kg, dan gas elpiji 3 kg gitu pak” jawab bapak itu “waktu saya tanya mau kemana, dia bilangnya mau pergi melaut. Saya biarin aja” jelas bapak itu

Ternyata imam pergi melaut toh.

“Paling bentar lagi balik pak, soalnya gas elpijinya juga pasti abis kan” kata bapak itu.

Akhirnya kami menemukan titik terang, kami akhirnya sepakat untuk menunggu dia kembali ke pantai, dengan kami menjadwal minimal dua orang untuk menunggunya di tepi pantai.

Keesok harinya, sebelum saya dan adit berangkat ke pantai untuk menunggu imam, imam muncul sendiri dengan memegang gas elpiji 3 kg di tangan kanannya dan plastik hitam berisi pakaian kotor di tangan kirinya.

“kalian berdua mau kemana?” kata imam dengan santainya

“mau ke pantai nunggu anda!” kataku dengan wajah kesal.

“anda ini menghilang tidak bilang-bilang, orang satu desa panik tau” tambahku lagi

“kamu masih mau terus menceramahinya atau membawanya ke rumahnya ram?” kata adit penuh sindiran. hei, hanya sedikit orang yang bisa tenang ketika kondisi marah, harusnya di paham itu. pikiran sederhananya memang menjengkelkan

“ah lebay. Orang aku Cuma pergi melaut” balas imam dengan santainya sambil berjalan meninggalkanku. Sialan, umpatku dalam hati.

Segera kedatangan imam di sambut gembira masyarakat desa yang ngumpul di rumahnya, ibunya yang masih dalam tangis, berlari dan memeluk erat imam. Dan diikuti ketiga adiknya.

“kamu bawa apa itu mam?” tanya ibunya

“pakaian kotor bu, cuciin ya” kata imam dengan wajah tanpa dosa sambil memberikan pakaian hitamnya. Ibunya kembali memeluk imam sambil tertawa dan menangis. Kolaborasi emosi yang susah digambarkan. 

.

Dion mengagetkanku yang tiba-tiba terbangun dan berlari menuju pinggir kapal untuk memuntahkan isi perutnya di lautan. Hueeek Hueeek Hueeek

“kenapa?” tanyaku

“mual ram, asli gak enak banget tidur goyang-goyang gini” balas dion.

 Kehebohan dion membangunkan yang lainnya. Dion masih terus memuntahkan isi perutnya

“lemah sekali, buktinya harry gak papa” kataku mengejeknya

“bodoamat ram” balas dion yang terduduk lemas. Muntah membuat dia tidak punya energi untuk berdebat dan membela diri.

“memang kalau awal begitu yon. Kita makan dulu aja” kata imam

“kalau makan entar muntah lagi mam” balas dion yang masih terlihat lemas

“ya kan tinggal makan lagi yon” jawab imam

“bodoamat mam mam. Kenapa saya mau ikut ide gilamu ini sih” Gerutu dion sambil teriak walaupun tidak bertenaga.

Kami hanya tertawa.

Imam segera memasak nasi dan memasak ikan hasil tangkapannya untuk di makan sebagai sahur kali ini. Saya, adit dan bagas masih fokus kepancingan yang belum pernah dimakan ikan sekalipun, sedangkan harry kembali tidur, dan dion yang memulihkan keadaannya.

.

“Yuk sahur sahur” kata imam membawa nasi dan ikan hasil masakannya 

Segera kami melingkari makanan itu, dan mulai membagi nasinya satu persatu.

“pokoknya aku harus makan banyak mam, kau tanggung jawab pokoknya. Buat orang muntah-muntah begini” kata dion dengan tubuhnya yang masih lemes

“orang kalau abis muntah itu jangan makan banyak nanti malah merusak lambung dan usus loh” kata imam

“apa bener mam?” tanya dion dengan wajah serius. seketika ketakutan muncul di kepalanya

“gak tau juga sih, aku Cuma ngasal ngomong”

“BODOAMAT MAM MAM!”

.

Ini pengalaman pertamaku sahur di lautan, di temani hembusan angin, dan terpaan ombak. Pengalaman yang menyenangkan dan juga menegangkan.