Tidak terasa sudah empat babak Ramadhan saya merutinkan kegiatan menulis saya. Sebenarnya saya rutin menulis sejak 2020, terhitung sebenarnya sudah 5 kali puasa, Cuma di tahun 2022 saya tidak menulis pada edisi “Ramadhan Menulis” karena ingin focus untuk menyelesaikan tulisan fiksi saya yang berjudul “ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU”, tapi pada kenyataannya sampai ramadhan kali ini, cerita fiksi tersebut belum juga terselesaikan. Tentu kondisi itu terjadi karena kemalasan dan kebuntuan yang berkombinasi dengan sempurna.
Pada Ramadhan tahun lalupun edisi “Ramadhan Menulis”
tidak penuh saya lakukan, hanya sekitar 10 episode, ya alasan utamanya karena
ingin focus ke cerita fiksi tersebut, ndilalah emang watak pemalas terlalu
mengakar diri ini. Dulu, saya kira menulis fiksi itu segampang berkhayal di
kamar mandi atau di atas motor, ternyata sulit luar biasa. Kendala yang saya
temui adalah menyusun cerita agar sampai ke garis finishnya, karena saya
sebenarnya sudah mengkhayal bagaimana garis finishnya sayang cerita di
tengah-tengahnya yang buntu
Tentu di Ramadhan kali ini saya mau berjanji pada
diri saya sendiri untuk bisa menuntaskan cerita fiksi tersebut, dan menulis
penuh edisi “Ramadhan Menulis” kali ini, satu lagi yang penting adalah
menyelesaikan tesis yang tidak kunjung menunjukkan hilalnya.
Kalau memang benar Ramadhan itu selalu diidentikkan
dengan tidak adanya kehadiran iblis dan setan karena mereka dirantai, maka
Ramadhan kali ini saya harus benar-benar bisa mengalahkan diri saya yang lain,
diri yang malas, diri yang menyepelekan, diri yang menunda dan diri yang
lainnya. mungkin segini saja untuk episode perdana ini, tidak perlu panjang
lebar, saya hanya ingin membangun jembatan untuk sampai ke tulisan-tulisan lain
ke depannya. Semoga Allah merahmati dan memberkahi ibadah Puasa kita kali ini. Saya
ucapkan Marhaban ya Ramadhan, semoga cinta kasih Allah selalu membersamai jalan
kita semua, Amin!