Selasa, 09 April 2024

RAMADHAN MENULIS 4. EPS 02 : MEREVISI AL-QUR'AN

Semenjak rajin berkunjung ke timeline twitter, selalu saja nemu orang dengan pemikiran yang luar biasa. Baru-baru ini saya nemu pemikiran yang luar biasa lagi. Kali ini membahas soal islam, syariat islam dan Al-qur’an sebagai Kitab umat islam. Twitter kalau pemikirannya tidak luar biasa mah emang jangan disebut twitter deh



Jadi ada akun namanya kokokribow, ia menanggapi salah satu akun twitter yang menuliskan seperti ini”polygamy is one of the reasons why the sharia in particular and islam in general need a reformation, in my opinion”. Kokokribow membalas dengan mengatakan “kalo ngomonginnya islam sih se-quran-nya musti direvisi/tulis ulang”.  Seperti kebanyakan postingan soal islam yang kontroversi, pasti banyak argument balasannya. Akhirnya si akun ini saling berbalasan lagi dengan orang lain, dan ujungnya saya nemu komen tweet paling pamungkasnya, sebenarnya tweet ini yang membuat saya tau ada pembahasan luar biasa ini, jadi si kokokribow ini bilang gini “bukan gw yang butuh islam untuk berubah. Kalau islam gak berubah juga lama-lama bakal makin gak relevan dengan zaman dan makin ditinggalkan. We’ll see”. Bayangkan kalau kamu membicarakan ini di public tanpa panggung, bisa ramai banget pasti.

Yang jadi pertanyaan sebenarnya adalah islam mau berubah dalam bentuk yang seperti apa? Kalau penafsiran yang direvisi saya setuju, bahwa al-qur’an itu benar, tapi pikiran manusia itu beragam yang menciptakan tafsiran-tafsiran tersebut. Tapi kalau Al-qur’an yang direvisi itu ceritanya macam apa? Direvisi sesuai kebutuhan jaman? Direvisi sesuai dengan golongan tertentu? Kalau kayak gitu mah bukan lagi firman Tuhan, tapi fatwa para penganut.

Saya jadi berpikir gimana ya perubahan yang diinginkan orang-orang terhadap islam? Misalnya yang sering dikritik adalah poligami. Padahal jelas disitu ketentuannya yaitu harus adil, kalau tidak bisa adil jangan. Pun kalau kita baca konteks ayat tersebut adalah pengangkatan derajat wanita yang dulu seperti property yang diwariskan, bahkan seorang lelaki bisa punya istri lebih dari sepuluh, sekarang dibatasi 4 dan bahkan ditambah syarat adil. Atau mengizinkan perilaku lgbt dalam Qur’an karena kita harus memanusiakan manusia? Atau gimana sih kadang-kadang bingung juga.  Padahal islam dan Qur’an itu sudah lengkap sebagai petunjuk hidup, tinggal bagaimana kita merepresentasikan dalam hidup kita saja.

Sayangnya kita selalu bilang “itu Cuma cocokologi aja”. Padahal cocokologi itu tidak ada salahnya juga, asalnya punya dasar ilmiah dan agama yang jelas aja. Kalau kata pak fahruddin faiz, pengetahuan itu bertaut, saling terhubung, mungkin dengan ilmu cocokologi lah kita menemukan kebenaran tersebut.

Yang menarik lagi dari tweet tersebut adalah “…kalau islam gak berubah juga lama-lama bakal makin tidak relevan dengan zaman dan makin ditinggalkan…”. Sebenarnya islam sudah membuktikan kerelevannya dengan banyaknya orang yang konversi agama ke islam di benua biru. Benua yang selalu dikatakan benua rasional. Bahkan di amerika pun agama islam mengalami peningkatan. Kalau acuannya asia, takutnya dianggap tidak pas, karena asia emang coraknya rada religious dibanding benua biru dan amerika.

Tapi, dari tweet ini saya jadi ingat sebuah ayat atau hadits atau apa gitu, saya lupa, yang mengatakan bahwa di akhir jaman nanti islam akan menjadi asing, “islam datang dari ketasingan dan akan kembali dalam keterasingan”, artinya mungkin memang kita sedang dalam fase akhir jaman itu. ditambah lagi masyarakat dibuat malas mengkaji sesuatu secara mendalam, padahal dalam islam segala firman Allah itu sangat relevan sekali. Saya jadi ingat juga perkataan filsuf hegel yang saya dengar dari pak fahruddin faiz, jadi gini “dunia ini akan berjalan ke arah yang lebih rasional”. Artinya dunia itu akan mengikuti  rasionalitas manusia kebanyakan. apakah berarti islam akan tidak rasional? WallahuAlam. tapi bagi saya islam akan terus rasional. Suara mayoritas itu tidak berarti benar, Cuma mereka lebih banyak aja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar