Jumat, 21 Juni 2024

Angkat Topi Untuk Tindakan IMM

Tolol dan Dungu. mana mungkin saya angkat topi untuk tindakan itu. kok bisa-bisanya sekelas pimpinan pusat berpikir untuk melakukan hal yang toloooooooooolll seperti itu. kok bisa muncul ide di kepala para pimpinan untuk melakukan yang wadidawadidawadidawadidawadidaw semacam itu. saya sungguh penasaran darimana landasan berpikirnya itu. saya juga penasaran bagaimana kondisi rapatnya sehingga mereka setuju untuk melakukan arak-arakan tersebut 

Mungkin saja di kepala mereka terpikir seperti ini “kami keren sekali bro. saking pedulinya kami dengan Negara, bangsa dan perpolitikannya, maka kami sampai rela mengantarkan ketum kami untuk masuk ke dalam salah satu kendaraan politik di Negara Indonesia raya tanah air beta ini. sebagai organisasi aktivisme yang sangat dekat dengan budaya demonstrasi, kami perlu untuk mengantarkan ketum kami juga dengan budaya demonstrasi itu. ayooo semuanya, berkumpul di satu titik, dan berjalan bersama menuju sebuah kantor partai sambil bernyanyi bersama agar bumi bergetar, dan langit mendengar kepedulian kita. Mari nyanyikan “ASSALAMUALAIKUM MAS KAESANG, ASSALAMUALAIKUM MAS KAESANG, IMM DATANG, NGANTAR TUM ABDUL”.”.

Pertama kali saya melihat video tersebut, saya langsung berdiri dari tempat duduk, lalu membungkukkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada lutut, selanjutnya kepala saya melihat ke bawah, mengambil nafas yang dalam dan berteriak “buadjingaaaan, buadjingaaaan”. Hahaha, Bercanda. saya tidak se-atraktif itu untuk mengikuti seorang kakek-kakek mengamuk yang viral tsb.

Setelah saya mengupload ulang video menghebohkan “ASSALAMUALAIKUM MAS KAESANG” ke laman Story instagram, beberapa teman memberi komentar atas video tersebut, dua teman berkomentar dengan nada yang sama “Kok bisa gitu ya?”. Pertanyaan “kok bisa gitu?” ini kemungkinan terbentuk dari sebuah pola pikir yang menganggap “IMM harusnya tidak begitu”. Sebelum jauh, saya ingin mengenalkan singkat siapa dua orang ini tanpa menyebutkan siapa nama mereka, tapi menjelaskan sejauh mana mereka dididik dan menjabat di structural IMM. Pertama, seorang IMMawati seangkatanku yang bahkan tidak pernah menjabat di level komisariat sekalipun, beliau cuma jadi anggota bidang, karena sebenarnya beliau berdiaspora di level himpunan jurusan. Secara perkaderan pun, beliau Cuma sampai tingkat dasar. Seorang IMMawati yang mau belajar, kritis dan progresif. Kedua, seorang IMMawan yang pernah menjabat sebagai Kabid Hikmah di IMM Teknik UMY, tapi bukan seangkatan denganku. Laki-laki yang juga kritis, dan progresif. Walaupun baik secara pikiran, kritis dan progresif, beliau tidak maju sampai di level jabatan selanjutnya.

Maksud dari perkenalan siapa mereka ketika masih aktif di IMM untuk memperlihatkan bagaimana cara berpikir mereka, orang yang pernah mengenyam pendidikan dan menelan ideologi-ideologi ke-IMMan walaupun hanya di tingkat akar rumput. Asumsi saya, mereka mempertanyaan video tersebut karena mereka merasa ada yang salah dengan tindakan tersebut. ada yang tidak cocok dengan apa yang sering mereka dapatkan dari forum-forum diskusi dan kajian ketika mereka di IMM dulu. Atau kalau mau yang lebih kasarnya lagi, “ada yang tidak sesuai dengan doktrin-doktrin yang sudah ditanamkan di kepala mereka”.

Ada lagi salah satu teman yang membalas story instagram saya dengan tulisan ini “sepertinya kans fahmi kecewa ini haha”. Waktu itu, saya membalas dengan “bukan kecewa, ini bentuk kebahagiaan kanda”. Jawaban sebenarnya tentu kecewa. Sebagai mahasiswa yang dididik habis-habisan dari organisasi berbendera merah maron itu, tindakan para pimpinan pusat itu lumayan menyerang sesuatu yang sudah lama tidak saya bicarakan, yang tersimpan rapi dalam hati saya, “kebanggaan sebagai seorang kader IMM”. Keluarnya jawaban bercanda itu tidak lebih dari rasa malas saya untuk menuangkan rasa kesal dan kecewa ke teman yang saya yakin dia juga kecewa dengan tindakan wadidaw itu. saya pun yakin, teman saya tidak akan berpikir saya benar-benar bahagia dengan itu.

Kembali ke pertanyaan “kok bisa gitu?” yang dilontarkan teman saya tadi, saya menjawab pertanyaannya dengan menulis seperti ini “itulah realitas sebenarnya dari dunia aktivisme, hehe”. maksudnya adalah pada akhirnya beberapa mahasiswa dan/atau kader yang lahir dari dunia aktivisme akan berakhir menjadi seorang politisi. Terbukti dari beberapa mantan aktivis era orde baru yang hari ini asik menjelajah di dunia politik praktis. Mereka pun bukan orang kecil ketika menjadi aktivis ataupun ketika sekarang menjadi politisi, mereka besar di dua waktu.

Apakah menjadi seorang politisi itu salah dan buruk? Tentu saja tidak, bahkan di beberapa kondisi, menjadi politisi adalah suatu yang baik, bahkan senafas dengan idealism gerakan aktivisme, yaitu menciptakan perubahan dan kebaikan. Salah satu cara menciptakan kebaikan dan perubahan adalah melalui undang-undang atau kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemangku kebijakan. Di Negara Indonesia ini, untuk mendapat jabatan-jabatan tersebut harus terlebih dahulu menaiki kendaraan yang disebut partai politik., walaupun ada beberapa orang yang tidak melalui partai politik, tapi persentase itu sangat kecil sekali, dan mereka itu orang-orang pilihan, walaupun sebenarnya mereka dekat juga dengan orang-orang partai sih.

Maka tidak salah ketika seorang aktivis yang bergeliat dari bawah sampai ke puncak tertinggi salah satu organisasi mahasiswa, memilih untuk masuk ke dalam partai politik. Mungkin dan sangat mungkin beliau punya tujuan yang baik dan mulia untuk bangsa, dan satu-satunya cara adalah lewat partai politik tersebut. Tidak salah bagi individu IMM masuk ke partai politik. Lalu apa yang membuat saya begitu kesal? Adalah karena mereka membawa-bawa nama IMM.

Memang betul, orang yang diantarkan itu kader IMM, bahkan mantan ketua umum Pimpinan Pusat, artinya pernah menjadi orang nomer 1 (satu) di IMM, tapi sangat tidak elok dan bijaksana ketika mereka mengantar bapak mantan ketum ini mengatasnamakan IMM. Bagi saya, IMM sebagai organisasi mahasiswa adalah entitas yang netral dan mandiri, tidak cocok ketika ada kecondongan pada salah satu partai politik. Adanya video tersebut tentu membuat banyak sekali tumbuh spekulasi di kader-kader bahkan sampai ditingkat akar rumput. Misalnya, “IMM secara kelembagaan telah Berpihak”, “IMM sekarang gabung PSI”, atau “IMM sekarang sudah main di ranah politik praktis”, yang paling parah “IMM sudah jadi penjilat”. Implikasi lanjutannya adalah tumbuh ketidakpercayaan kepada pimpinan pusat secara khusus oleh para kadernya karena ada video tersebut, dan ketidakpercayaan kepada IMM secara umum di masyarakat.

Adanya bidang Hikmah memang secara khusus membahas soal sosial politik dan kebijakan public, yang mana beberapa kali IMM melakukan komunikasi dan audiensi ke DPRD, DPR, walikota sampai presiden sekalipun. Tidak salah, karena disanalah bermuara kebijakan-kebijakan itu. tapi khusus untuk ke partai, beda cerita. partai masih produk mentah, mereka tidak bisa membuat kebijakan, walaupun implementasinya banyak kebijakan di kendalikan oleh partai-partai berkuasa juga, tapi tetap partai masih dalam kondisi mentah. Pun ketika ada keberpihakan terhadap salah satu partai, ada kemungkinan-kemungkinan buruk seperti, IMM hanya dijadikan ladang suara sampai ladang masa ketika suatu waktu butuh masa besar untuk demonstrasi, sedangkan IMM sendiri tidak mengkaji mendalam soal apa yang di demonstrasikan atau bahkan tidak masuk dalam blueprint gerakannya.

Mungkin kalian ingat ketika pilpres kemarin, ada pasangan calon yang tiba-tiba di datangi puluhan mahasiswa, sepertinya demonstrasi, karena berorasi dan membawa pamflet-pamflet ciri khas aksi massa. Tapi keanehannya adalah tuntutan dan tulisan di pamflet tersebut, ada tulisan gini “kami menuntut pasangan **blablabla** untuk menepati janjinya”. Dari satu pamflet itu saja sudah jelas kalau itu bukan khas demonstrasi banget. Demonstrasi selalu identic dengan menggugat aturan dan kebijakan yang menyimpang dan merugikan masyarakat, tiba-tiba ada kumpulan mahasiswa yang menuntut kepada calon pemimpin. Yap benar, calon pemimpin loh. Aneh banget menuntut ke sesuatu yang bahkan belum pasti. Kecuali udah di setting ya. Asumsi para netijen adalah untuk membuktikan paslon tersebut pro demokrasi sehingga mau menerima para demonstran. wow luar biasa. Dan bukan tidak mungkin IMM menjadi massa seperti ini, diminta demonstasi hanya untuk pencitraan, dan tidak benar-benar paham. Kasian sekali kalau itu terjadi pada organisasi mahasiswa yang besar.

Mungkin beberapa teman berpikir saya tidak setuju karena masalah partai PSI, yang mana ketika pilpres kemarin saya condong di kubu 01, tapi tidak seperti itu. partai manapun, IMM tidak layak untuk mengantar seorang kader dengan parade jalanan seperti itu, PKS, Nasdem, PKB, atau Partai Ummat sekalipun, yang mana pendirinya adalah seorang kader Muhammadiyah. Kalau memang tetap mau seperti itu, parade jalanan mengantar kader, bagaimana kalau semua kader di data yang masuk partai politik dan adakah arak-arakan untuk mereka juga, biar adil dan terbukti ingin konsisten membangun bangsa lewat dunia politik. Walaupun kalau sampai arak-arakan itu terjadi, IMM benar-benar akan kehilangan integritasnya sebagai organisasi mahasiswa kritis.

Saya Cuma kader IMM biasa yang merasa janggal dalam hati ketika melihat video tersebut. Saya tidak sehebat para pimpinan-pimpinan pusat hari ini, bahkan dengan ketum DPD IMM DIY hari ini, secara keilmuan saya sangat jauh sekali, apalagi masalah politik dan aktivisme. Saya hanya lulusan sekolah rakyat dan trapol, sebuah sekolah kader kepemilikan IMM AR Fakhruddin Yogya. Saya tidak berjalan jauh di tingkat structural, hanya sampai di tingkat kota, yang bahkan cuma mendapat bidang yang tidak menarik bagi para kader yang berburu jabatan di IMM.

Pada akhirnya, mungkin IMM akan seperti itu, bercampur baur dengan partai politik, saya sebagai kader biasa bisa apa, Cuma bisa cuap-cuap dan tulis kritik di blog gratis ini. IMM pusat silahkan seperti itu, bahkan semua DPD IMM juga boleh seperti itu, Tingkatan PC IMM manapun juga boleh, bahkan komisariat sekalipun. TAPI, ada salah dua yang tidak boleh melakukan hal wadidawadidaw itu, bahkan haram hukumnya untuk melakukan itu, yaitu IMM AR Fakhrudddin Kota Yogyakarta dan IMM FT UMY, rumah tempat saya ditempa, dan rumah tempat saya pulang nanti. “dua rumah” ini harus tetap netral, mandiri, kritis, dan progresif tanpa campur tangan siapapun, apalagi politisi dan partai politik.

Sekali lagi saya katakan, menjadi politisi dan masuk ke dalam partai politik adalah hal lazim dalam dunia aktivisme, bahkan kemampuan “ngebacot” para aktivis itu sangat berguna di dunia politik. TAPI, jangan pernah bawa “bendera” ke partai politik, apalagi sampai arak-arakan ala festival ulang tahun suatu daerah. Berhenti melakukan hal tolol seperti itu, menggunakan  identitas Muhammadiyah yaitu "1912" dalam kontestasi pilpres kemarin saja sudah wadidaw walaupun masih tidak terlalu terlihat jelas, lah sekarang malah terang-terangan nyebut nama Organisasinya. Tolol!!!

Sabtu, 15 Juni 2024

Mencintai Biru Hitam dengan Sederhana - (Jurnal Menikmati Sepak Bola #02)

Sebagai orang yang lahir dan besar di papua, sepak bola menjadi olahraga yang paling ngena bagi anak muda di papua, begitupula dengan saya. dibanding olahraga lain, sepakbola benar-benar menjadi permainan yang menyenangkan. apalagi ketika saya tinggal di papua, sepak bola papua sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, seperti Persipura, Persiwa, persiram sampai persidafon, tapi pada akhirnya masyarakat lebih mengenal Persipura jayapura

ngenal tim bola itu awalnya karena bersentuhan dengan playstation. Tahun pastinya saya lupa kapan, intinya ketika bermain playstation itulah saya tau ada yang namanya Milan, Real Madrid, Barcelona, Liverpool dll. Tulisan yang lalu saya menjelaskan kenapa saya menjatuhkan hati ke arsenal, kali ini saya ingin menceritakan bagaimana saya akhirnya memilih inter Milan menjadi jagoan saya kala itu, beserta lika-likunya.

Seperti saya tuliskan, bahwa persentuhan pertama dengan club sepak bola adalah playstation, maka saya butuh tim yang kuat untuk menang dari lawan saya ketika bermain PS. Waktu itu liga serie A yang paling bergengsi di lingkaran pertemanan saya, antara Milan, juventus, inter, atau laliga, walaupun Cuma dua yaitu Madrid dan Barcelona. Sebagai player yang mengandalkan ‘kata orang ini jago”, seingat saya, dulu real Madrid adalah peganganku. ada Ronaldo, Roberto carlos, luis figo, zidane, dan salah satu pemain yang saya ingat banget, Raul. Walaupun kalau dibanding Ronaldo, atau zidane, nama raul hari ini tidak terlalu kedengaran, tapi waktu itu raul adalah pemain yang menempel juga bagi saya, selain karena jago, saya suka namanya, keren. Terlihat lucu memang, tapi waktu itu, alasan saya menjagokan raul memang itu.

Walaupun saya menjagokan Madrid, tidak setiap saat saya memakai tim itu, beberapa teman juga menjagokan Madrid, sehingga kami ganti-gantian memakainya. Tapi tetap saya lumayan hafal para pemain real Madrid era itu, seperti Ronaldo, owen, raul, lalu lanjut ke era van nisterooy, Haji guti (bercandaan anak jaman dulu), sneijer, robinho, dan yang saya ingat banget juga adalah salgado. Kenapa salgado? Ya lagi-lagi karena namanya. Kenapa soal nama mulu ya. Tapi ini beneran, salgado menjadi melengket di benak saya karena kalau lagi baca nama salgado di layar, yang teringat di kepala saya adalah karakter Gado di game Bloody Roar. Mungkin Cuma anak game yang tau Bloody Roar ini, game fighting yang karakternya bisa berubah jadi hewan gitu, ada yang jadi kelinci, bunglon, harimau sampai jadi singa. Nah karakter Gado ini bisa berubah menjadi singa, dan menjadi karakter yang kuat, bisa dibilang bos terakhir juga. Jadi ketika membaca nama salgado, asosiasi di kepala saya menuju karakter Gado ini, ntah juga kenapa. Dan karena itulah salgado ini selalu menjadi starting yang saya pakai ketika menggunakan Real Madrid. Aneh bin ajaib memang.

Dari situ, saya sempet menjagokan real Madrid, apalagi dengar obrolan teman, lalu berita di tv Madrid adalah raksasa luar biasa, monster UCL, monster pula di laliga, dan di panggil los galacticos.. Tapi karena masih kecil, saya tidak pernah sekalipun menonton pertandingannya, cuma melihat highlight di televisi. Keadaan itulah yang membuat saya tidak terlalu mendalam dengan real Madrid, hanya sebatas jagoan di game Winning Eleven.

Menggunakan Real Madrid yang bertabur bintang, tidak membuat saya menang bermain PS, teman-teman saya lebih mahir dan berkali-kali membungkam Madrid yang saya gunakan. Dari situ saya pikir, butuh tim yang kuat dan bisa mengalahkan teman-teman yang jago ini, maka proses hunting tim itu terjadi. Akhirnya ketemulah dengan tim Inter Milan. Tim yang jago di serie A, ya walaupun tidak hebat-hebat banget juga, apalagi di kancah eropa.

Tidak hanya saya, tapi banyak orang yang mengakui juga bahwa Inter Milan ketika memiliki pemain seperti Adriano adalah pemain luar biasa. Body balance, kecepatan, dan kekuatan tendangan benar-benar menjadi andalan kala itu. dari orang yang “kata orang ini jago”, saya berevolusi menjadi player yang “hanya mempercayai kecepatan dan body balance”. Passing bola terus sampai ke Adriano, dan bola dibawa lari sampai kedepan, dan ditendang, kemungkinan goalnya sangat tinggi. Tekan X sampai ke kaki Adriano, setelah itu tekan R1 ke arah gawang, depan gawang tekan Kotak, duar goal.

Tapi tidak hanya  Adriano saja, pemain-pemain lain juga terasa sangat kuat kala itu, terbukti dari beberapa kali saya bisa mengalahkan teman-teman saya ketika bermain, walaupun tidak selalu, tapi persentasi kemenangan saya naik lumayan tinggi. Pemain belakang misalnya, dulu ada chivu, Lucio, Samuel, Ivan Cordoba, Materazzi, Javier Zanetti, maxwell sampai Maicon. Lalu pemain tengah ada cambiasso, stankovic, muntari, sneijer, recoba, figo, dan di depannya pernah ada ibrahimovic, Crespo, Cruz, Ribas, Balotteli, Adriano, Samuel Eto’o, Pandev sampai ke Diego Milito yang menjadi jagoan saya juga.

Dari kondisi persentase kemenangan naik, lalu familiar dan nyaman menggunakan Inter Milan ketika bermain, itulah yang membuat saya jatuh hati dengan Inter Milan. Apalagi waktu itu saya sudah lebih besar dan dewasa. Selain senang karena jago di PS, saya mulai menunggu info-info tentang transfer pemain, menonton highlight di televisi ketika pagi, siang dan malam, bahkan beberapa kali berhasil menonton pertandingannya secara penuh. Menonton pertadingan secara penuh adalah sebuah hal yang special bagi saya kala itu. kami punya televisi, tapi bukan televisi yang bagus, sehingga banyak channel yang tidak ada. bahkan saya dan saudara sering menekan tombol semacam tombol refresh kalau di computer, untuk refresh channel televisi. dulu kami sangat ingin mendapat channel global tv yang berisi acara kartun, sehingga rajin menekan tombol refresh tersebut. Pernah sekali kami dapat global tv, saya dan saudara sangat senang sekali, tapi sialnya sering tiba-tiba hilang. Yang membuat kami sangat ngotot sebenarnya karena beberapa teman sudah menggunakan tv kabel atau antenna parabola yang bisa lebih banyak menangkap channel televisi. Ditambah lagi bapak dan ibu saya selalu marah kalau menonton lewat dari jam sebelas malam, walaupun suara sudah di kecilin sekalipun tetap saja mereka tau, sehingga saya lebih memilih tidur.

Beberapa cerita orang yang mencintai sepak bola banyak dipengaruhi oleh bapaknya, biasanya karena bapaknya mengajak nonton bareng timnya. Bapak saya juga suka bola, tapi bukan orang yang sangat antusias dengan bola, kalau ada ditonton, kalau tidak ada yaudah. Bukan tipe orang yang mencari dan menunggu. Apalagi untuk menonton club bola, beliau lebih tau soal pertandingan antar Negara. Sehingga tidak ada momen yang luar biasa dengan bapak soal menonton sepak bola.

Salah satu pertandingan yang sangat saya ingat dari Inter Milan adalah ketika melawan Tottenham. Dan moment yang paling membuat saya wow sebenarnya bukan pemain inter, tapi pemain dari tottenham, gareth bale. Saya ingat betul bagaimana dia melakukan sprint yang super kencang yang mengalahkan semua pemain-pemain inter Milan. Aneh memang, tapi itulah ingatan masa saya dulu nonton pertandingan inter.

Setelah pertandingan itu, saya sudah tidak pernah nonton lagi, karena harus pindah ke jogja untuk sekolah pesantren di Muallimin. Di asrama saya dapat info ya dari Koran-koran yang di tempel di madding madrasah. Ada teman yang sama juga interisti, dan beberapa kali mengajak saya untuk pergi nobar, tapi untuk pergi nobar itu punya resiko yang tinggi, jadi tidak pernah saya turuti ajakan itu. setelah 3 tahun berasrama, barulah saya kembali bisa mengakses televisi, internet, dan sejenisnya dengan mudah, sehingga bisa menonton pertandingan dan menunggu setiap perkembangan inter Milan.

Saya mengikuti inter Milan dari jago, lalu sempat turun hingga akhir-akhir ini kembali naik lagi. Salah satu yang mengesankan adalah ketika Inter Milan tembus sampai babak final UCL musim lalu melawan Manchester City. Walaupun kalah dan Inter Milan disebut beruntung karena bagan pertandingannya yang tidak susah, tapi tetap inter bisa sampai final adalah pencapaian yang luar biasa. Toh, di final, inter memberi perlawanan yang luar biasa, dan Manchester City yang waktu itu sangat Overpower, yang biasa mengalahkan tim dengan skor besar, kali itu bisa ditahan oleh Inter Milan dan menang hanya dengan satu goal, dari Rodri. Walaupun kalah dan lumayan sakit hati, saya merasa tidak apa-apa, karena akhirnya pep guardiola bersama anak asuhnya berhasil mendapat gelar UCL untuk pertama kalinya di Manchester City. Saya penggemar Pep Guardiola juga soalnya. Hehehe

Dan musim ini, inter berhasil mendapat gelar serie A, Scudetto, dan mendapat bintang 2. Pencapaian yang luar biasa. Semoga bisa dipertahankan di musim yang baru, dan mendapat gelar yang bergengsi lainnya. 

Senin, 10 Juni 2024

Harapan Tipis Untuk Yang Terpilih

Malam sehabis pencoblosan, setelah quickcount mencapai angka 100%, seorang teman menghubungi Whatsapp dengan menulis seperti ini “semangat bolo. Anies tetap paling kreatif, tapi takdir sudah dijatah ke prabowo”, saya menjawab “Alhamdulillah nek ngono”. dia membalas lagi “Alhamdulillah pilihan kita 2019 akhirnya jadi presiden”. Saya menjawab “sayangnya saya tidak milih beliau kali ini”.

2014 dan 2019 saya memang condong ke beliau. 2014 adalah pertama kali bisa ikut nyoblos. waktu itu saya baru lulus SMA, dan di masa sekolah saya tidak punya referensi apa-apa tentang pemilu, apalagi sekolah tidak membolehkan membawa gawai, sehingga sumber informasi cuma dari koran di asrama atau koran yang ditempel di madrasah. walaupun ada beberapa teman yang sembunyi-sembunyi membawa gawai, sayapun sebenarnya sembunyi-sembunyi membawanya, Cuman, gawai yang saya miliki hanya bisa sms dan telpon. Jaman itu gawai secanggih sekarang masih sangat jarang, kalaupun ada yang punya, sangat jarang yang membawa ke asrama, resiko ketika ketahuannya lumayan menyakitkan soalnya. Kalaupun saya pergi ke warnet untuk mengakses internet, tidak ada terlintas di kepala untuk mencari informasi soal pemilu. Ketika 2014 saya benar-benar tidak punya informasi apa-apa, akhirnya informasi datang dari keluarga, dan kebetulan keluarga memilih beliau. Tapi pada akhirnya, 2014 saya tidak datang ke tps untuk nyoblos, karena waktu itu lagi di luar kota, dan dulu, mengurus pemindahan tempat memilih ribet sekali.

Ketika 2019, saya condong ke beliau lagi, dan kali ini saya bisa nyoblos beliau. Alasannya se-simple "tidak punya alasan yang kuat" untuk memilih lawannya, yang kala itu seorang petahana. Jangankan alasan kuat, alasan yang lemah sekalipun tidak punya. Nah, ketika mahasiswa, saya habis-habisan berdiskusi tentang pemerintahan, demo berkali-kali, mengeluarkan puisi dan orasi kritik kepada pemerintahan, dan ujungnya, bagiku pemerintahan kala itu kurang baik, maka saya tidak punya rasionalisasi yang kuat untuk menyoblos beliau, Sang Petahana tersebut. Apakah saya tidak belajar soal sejarah dan perjalanan pak prabowo? Saya tahu dan mempelajarinya. Lalu kenapa tetap menyoblos beliau? Saya adalah orang yang tidak bisa masuk di akal soal golput, saya tidak bisa datang ke tps hanya untuk golput, ada perasaan sia-sia aja. maka pilihan satu-satunya ya beliau. dan saya juga tidak bisa membiarkan suara saya digunakan begitu saja jika tidak datang ke tps. Kala itu pun saya tidak terlalu mengikuti soal pemilu seperti pemilu kali ini, tidak begitu aktif bermain twitter yang dulu menjadi medan perangnya, saya lebih asik nongkrong dengan teman, kalaupun bermain media sosial lebih ke youtube dan instagram yang kala itu lebih kecil jangkauannya, apa yang kita tonton adalah apa yang kita follow ataupun subscribe, dan tentu saya tidak mem-follow/subscribe akun-akun politik seperti sekarang. kalaupun ada tekanan untuk memilih pak prabowo di 2019 adalah dari keluarga lagi, bahkan paman dan kakak sepupu saya masuk dalam tim pemenangan daerah, jadi berubahlah isi group keluarga menjadi lahan kampanye, yang ternyata disambut baik oleh anggota group lainnya. Mungkin terdengar seperti mencari-cari alasan, tapi ini benar yang saya rasakan. mungkin ada yang mengira saya orang yang islami, karena asosiasi pendukung pak prabowo kala itu adalah mereka yang islami dan sebagainya, tapi tidak seperti itu. Menaati aturan islam, tidak aneh-aneh, Sholat tetap jalan walaupun kadang sholat dzuhur mendekati ashar, saya bukan orang yang islami banget, bukan pula islam ktp, saya berada di tengah tengah, islam biasa. maka tidak pantas disebut pendukung prabowo karena islaminya. teman-teman IMM bisa membuktikan bahwa saya islam biasa. dan orang yang menghubungi saya tadi, adalah orang sangat tahu seberapa islaminya saya, dan seberapa saya mendukung atau tidaknya gerakan 212 kala itu, yang mana teman saya ini menyempatkan waktu, jiwa dan raganya untuk datang kesana.

Fun factnya adalah, saya selalu dikira berada di kubu yang berbeda dengan pilihan keluarga. Ketika 2019, saya dikira memilih pak jokowi, dan ketika 2024 kemarin saya dikira memilih ganjar. Saya tidak pernah tanya alasan kenapa keluarga punya pikiran seperti itu, tapi asumsiku karena latar belakang aktivis yang kental. Ketika 2019, saya pernah ngobrol dengan keluarga soal pemilu, yang saya angkat waktu itu soal kasus HAM prabowo, walaupun sebenarnya saya sudah nemu beberapa jawabannya, mungkin dari situlah orang tua saya berpikir kalau saya memilih pak jokowi. padahal di kepala saya sudah tidak ada ide apapun untuk memilih pak jokowi. 2024 yang lalupun seperti itu, ketika selesai pemilu, saya menghubungi orang tua di papua, dan ngobrol-ngobrol soal pemilu, tiba-tiba bilang gini “pasti tadi coblos ganjar”. saya tertawa dan membela diri dong. Membela diri? Seperti orang ketangkap maling aja.

Sebenarnya jauh sebelum pemilu 2024 kemarin, saya pernah berdebat panas soal prabowo, anies dan ganjar. waktu itu mati lampu, saya ingat banget moment itu. saya dan bapak berdebat panjang soal pemimpin, islam dan  pemilu (prabowo, anies dan ganjar). waktu itu bapak sudah condong ke anies, dan saya belum ke siapapun, tidak ke ganjar, anies apalagi prabowo. Mungkin itu juga salah satu pemicu kenapa saya dikira milih ganjar. sebenarnya lebih ke pdipnya.. ini asumsiku aja, mungkin karena PDIP terkenal dengan aktivismenya, apalagi di era orde baru dulu, sangat terasa panasnya darah aktivisme di PDIP kala itu. pun ketika 2014 dan 2019, PDIP kan terus menyudutkan lawannya dengan isu HAM, isu aktivisme dan sebagainya. Jadi mungkin saja bapak dan ibu mengira semua aktivis yang bicara HAM pasti mendukung jokowi dan PDIP.

Pada akhirnya presiden baru yang terpilih kali ini adalah Bapak Prabowo Subianto, orang yang sudah berkali-kali mencoba dan akhirnya mendapat kesempatan juga. saya dan semua masyarakat harus menerima itu, mereka yang memilih ataupun tidak memilih beliau. Ya walaupun beberapa cara yang dilakukan bagi saya sangat wadidaw, dari putusan MK sampai cara berkampanye hingga indikasi permainan bansos dan pengerahan aparat. Saya berharap beliau ini bisa memberi dampak yang baik terhadap apapun, ekonomi, politik sampai kebebasan berpendapat, walaupun rada aneh memang mengharapkan kebebasan berpendapat kepada orang yang milih-milih media  dan tidak menerima pertanyaan dari wartawan, apalagi tambahan kisah kelam masa lalunya.

Seperti kata seorang komika, om Sammy notaslimboy, "harapan kita ya ke bapak prabowo", Mungkin itu adalah hal yang paling rasional sekarang, daripada berharap pada wakilnya, yang cara naiknya saja dipertanyakan. Begitupula dengan kata-kata rocky gerung di setiap podcastnya bersama FNN di channel beliau, bung rocky selalu punya pandangan bahwa pak Prabowo sebenarnya tidak benar-benar tunduk ke pak jokowi, tapi lagi nunggu moment aja, ketika sudah dilantik, baru beliau bisa leluasa dan lepas dari jeratnya. Begitulah apa yang saya tangkap dari begitu banyak omongan bung rocky gerung di channelnya, ya walaupun mungkin juga ada andil kedekatan antara pak prabowo dan bung rocky ya, sehingga bung rocky terlihat terus membela pak prabowo. kita liat kedepannya.

Saya jadi ingat cerita kotak Pandora yang saya dengar dari ngaji filsafatnya pak fahruddin faiz. Kotak yang berisi semua keburukan dan kejahatan dunia yang waktu itu diberikan zeus kepada Pandora di hari pernikahannya. Sebenarnya Pandora dilarang membuka kotak itu, karena mereka takut isi kotak itu adalah hal buruk, yang mana kala itu zeus sangat marah kepada promotheus karena telah mencuri api ke dunia. tapi karena Pandora sangat penasaran, maka dibukalah kotak itu, dan keluarlah semua keburukan dunia, keserakahan, wabah penyakit, dusta, kelaparan, kedengkian dan lainnya. Pandora sangat sedih mengetahui itu, tapi ketika Pandora kembali melihat kotak itu, dia menemukan ada satu yang belum keluar, yaitu Harapan.

Ya! saya sedikit menaruh harapan ke presiden terpilih, bapak prabowo subianto. Walaupun beliau kemarin mengusung keberlanjutan, ya semoga saja keberlanjutannya menuju arah yang baik. apalagi ketika saya menulis ini, Negara sedang di bombardir masalah-masalah, dari korupsi sampai RUU yang wadidaw seperti penyiaran, TNI, polri, lalu datang tapera, gong terbarunya adalah putusan MA yang masyaAllah, Allahuakbar. Walaupun kalau ditelaah, kata “keberlanjutan” ya artinya melanjutkan semua yang telah ada. kalau kata pendukung beliau, yang adalah seorang komika, tidak perlu saya sebut namanya, beliau bilang “berkelanjutan kan bukan berarti semuanya dilanjutkan, kalau ada yang buruk maka akan diubah". Oke gas! Ya mungkin bisalah KPK di independenkan lagi, kebebasan pers dibebaskan sebebas-bebasnya. Tapi kalau slogannya “keberlanjutan” sih agak berat ya untuk diubah-ubah, belum lagi kalau ada bersitegang sama presiden lama, aduh. Tapi semoga saja.

Dulupun, ketika jokowi terpilih, dan disebut sebagai “New Hope” oleh majalah time, saya juga sempat berpikir bahwa beliau adalah sebuah harapan baru. Apalagi gembar-gembor soal beliau dari golongan rakyat biasa, bukan dari keluarga militer ataupun keluarga ningrat sehingga mengetahui kesengsaraan rakyat. Bahkan saya sempet berpikir, mungkin saja di era jokowi Indonesia akan baik dan tidak ada demo sedikitpun, eh ternyata beberapa kali demo sempat menelan korban jiwa, dan menakjubnya lagi, beberapa kali demo besar depan istana, beliau lebih memilih kunjungan kerja daripada menemui para demonstran.

Harapanlah yang membuat manusia tetap hidup, kalau harapan itu mati, maka kita mungkin juga ikut mati. Maka saya sedikit menaruh harapan ke pak prabowo, walaupun sangat tipis, karena slogan keberlanjutannya. Karena tidak mungkin juga saya menaruh harapan ke pilihan saya, yang tidak terpilih. Sehebat-hebatnya naruto, kalau bukan dia hokagenya, dia tidak bisa menghapus nama sasuke dalam daftar orang paling dicari di dunia shinobi. Toh, capres yang saya pilih kemarin juga menaruh harapan agar presiden yang terpilih bisa membawa Negara lebih baik dari masalah ekonomi, politik sampai kebebasan pers, jadi kenapa saya tidak. walaupun kembali lagi, sangat tipis bagi saya. lalu pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah saya juga memberi harapan ke wakilnya?" Jawaban saya sama seperti jawaban beliau, wakil terpilih, ketika ditanya wartawan : RAHASIA!!

Saya memilih berharap. jikalau seandainya bapak prabowo ternyata sama saja, atau bahkan lebih "wadidaw wasweswos lalalalala" (walaupun sebenarnya banyak indikasi kesana), ya kita harus tetap berharap! berharap pada apa? berharap pada diri kita sendiri, untuk tetap hidup, berjuang, berserikat dan melawan. untuk diri kita, bangsa kita, dan anak cucu kita nanti.

Selasa, 04 Juni 2024

The Gooners Pemula - (Jurnal Menikmati Sepak Bola #01)

Meriam London. Begitulah salah satu panggilan untuk arsenal dari para penikmat bola tanah air. Mungkin terdengar sedikit mengejek, tapi lebih baik dibandingkan dengan panggilan yang lebih parah lagi, arsendal. Bisa dibilang saya adalah fans baru arsenal. Izinkan saya cerita, kenapa saya memilih menjadi fans arsenal. Saya ingin menulis sebuah jurnal perjalanan saya mencintai sepak bola di blog ini, dimulai dengan alasan kenapa saya baru menyukai arsenal.

Arsenal bukan tim kemarin sore, sejarah besarnya membuat arsenal masuk dalam circle big six premier league. Yang menghebohkan dan menjadi kebanggaan fans arsenal adalah ketika mereka berhasil menang tanpa kalah, dan mendapat piala emas. Waktu masa kecil dulu, jersey arsenal lumayan laris di pasaran. Saya masih ingat banget ketika masih kecil, ada teman yang punya jersey arsenal yang benar-benar terngiang-ngiang di kepala saya, soalnya dia ini selalu memakai jersey itu kalau main. jersey bersponsor  dengan nama Henry. Walaupun saya yakin, teman saya ini tidak tau juga soal arsenal, Cuma dapat baju saja dari orang tuanya.

Pertama kali saya mengenal tim sepak bola itu dari bermain playstation. Dan disitulah saya menyukai inter Milan, selanjutnya akan saya ceritakan bagaimana saya menemukan kecintaan bagi intermilan. Lanjut. jaman itu tim yang selalu dipakai teman-teman saya kalau bermain playstation ya berputar di tim liga italia dan spanyol. Jaman itu memang tim italia lagi gacor-gacornya, begitu juga dengan tim spanyol, walaupun Cuma dua Madrid dan Barcelona. Jadi liga inggris tidak begitu menarik bagi saya. Satu-satunya tim yang lumayan terkenal dan beberapa kali digunakan dalam permainan playstation adalah Manchester united.

Seiring berjalannya waktu, muncullah nama-nama seperti Chelsea dan Manchester city yang meramaikan liga inggris, dan liga inggris pun mulai sangat naik namanya. Tapi entah kenapa saya tidak begitu tertarik dengan liga inggris. Setidaknya, saya tidak punya kecondongan kepada salah satu tim di premier league. Hingga akhirnya 2022 saya memutuskan menyukai arsenal. Sama seperti jatuh cinta, orang akan jatuh cinta pada orang lain ketika dia melihat ada yang special dari si orang tersebut, apapun itu, kecantikan, kecerdasan, akhlak ataupun religiusitasnya. Dan ketika periode 2022/2023 kita tahu bahwa arsenal lagi naik-naiknya, Mereka bertengger lama di puncak klasemen premier league, walaupun pada akhirnya harus merelakan tahta itu ke Manchester city.

Walaupun saya mengatakan tidak begitu tertarik dengan liga inggris, tapi saya selalu mendapat informasi tentang liga inggris. Salah satunya adalah dari akun minang.kocak, akun dubbing yang salah satu kontennya adalah ngejek-ngejekin tim liga inggris kalau kalah. Dari konten ejek-ejekan itulah, kadang saya memantau klasemen liga inggris, hanya untuk menikmati suasana ejek-ejekan si akun minang.kocak itu, tapi tidak benar-benar mengikutinya.

Informasi selanjutnya ya dari kakak dan sepupu saya yang condong mendukung Liverpool. Emang era itu Liverpool lagi naik-naiknya, dengan trio firmansahnya (firmino, mane, salah) dan pelatih jurgen klopp. Mereka sering membicarakan tentang Liverpool itu. apalagi Liverpool tampil luar biasa di liga, walaupun Cuma berhasil mencuri satu piala aja, sisanya si raksasa baru, Manchester city lagi aja yang dapat.

Nah di era 2022/2023 ini lah saya begitu tertarik dengan liga inggris, dan saya memutuskan untuk memilih tim kesukaan, tidak menyenangkan saja rasanya menonton sebuah liga secara rutin kalau tidak memiliki tim yang didukung. Mungkin kita akan mendapat hiburan dengan menonton, karena memang secara permainan, liga inggris menurut saya sangat menyenangkan ditonton, bahkan ketika tim papan tengah melawan papan tengah juga, tapi adrenalinnya kurang dapat. Kalau kita punya tim yang didukung, kita bukan hanya sekedar nonton, tapi ikut menganalisa dan menunggu pertandingan lawan, dan juga berharap tim rival kalah. jadi menonton pertandingan rival itu memacu adrenalin dan memicu untuk memanjatkan doa tipis-tipis. Itu salah satu menyenangkannya.

Di season itu, yang lagi naik adalah Arsenal, kalau Manchester city mah sudah lama naiknya. Jadi ada dua tim yang super. Big Six lainnya, seperti Chelsea, man united, Liverpool dan tottenham lagi dalam performa yang kurang, bahkan Chelsea sampai jatuh di papan tengah. Seperti yang saya bilang diawal, orang jatuh cinta karena ada yang special dari pasangannya, begitu juga dengan saya kepada arsenal.

Intinya memang di performa tim waktu saya mulai mendalami Premier League ini. kalau ada yang bilang, saya milih karena lagi jago-jagonya, kan emang begitu. Saya rasa hampir semua pecinta sepak bola memilih menjadi fans salah satu tim karena melihat performa yang luar biasa dari tim tersebut, jarang orang menyukai tim yang biasa aja, atau bahkan kurang baik, kecuali dia memang berasal dari kota dimana tim itu juga berasal. Walaupun ada beberapa cerita yang menyukai sebuah tim sepakbola karena doktrin bapaknya atau karena tim kesukaan di playstation, seperti saya menyukai inter Milan juga karena playstation, tapi keyakinan saya alasan ini untuk memilih tim kesukaan tidak banyak.

Arsenal menunjukkan performa yang luar biasa di 2022/2023 yang membuat saya jatuh hati padanya. Pemain seperti odegaard, lalu saka, gabsus, martinelli dan lainnya, entah kenapa enak waktu ditonton. Mungkin juga akibat dari pengaruh-pengaruh komentar netijen juga ya, karena beberapa netijen lagi memuji-muji performa arsenal. Walaupun banyak orang yang tau, sebelum sebaik ini, arsenal dulu menjadi bahan bullyan banyak orang, bahkan akun-akun bola besar. Fans arsenal sendiripun sangat senang dengan performa mereka, karena dulu jangankan bersaing untuk juara, arsenal dulu sangat susah payah untuk masuk ke peringkat 4.

Mungkin ini juga alasan tersirat saya kenapa lebih memilih arsenal dibanding Manchester city yang sama-sama lagi dalam performa yang baik, ada cerita-cerita perjuangan yang membumbui perjalanan arsenal sekarang ini. Entah kenapa saya tidak tertarik untuk menjadi fans Manchester city, ada perasaan kurang puas kalau mendukung tim yang overpower, walaupun overpower adalah sebuah hal yang special, entah kenapa saya tidak bisa menemukan kecintaan disana.

Pada akhirnya saya terus mengikuti arsenal hingga hari ini, mempelajari sejarahnya, para pemain-pemainnya, seluk beluknya dan segala yang berputar di sekeliling arsenal itu sendiri. Apalagi di season 23/24, walaupun tidak lama berada di pucuk, tidak begitu lama menjaga piala orang, karena berbagi tugas dengan Liverpool, tapi penampilannya juga luar biasa. Pemain hebat seperti Declan rice, lalu sehatnya saliba sampai akhir memberi kekuatan yang luar biasa, yang membuat arsenal berebut tahta sampai pertandingan terakhir. Bayangkan aja, season lalu, Manchester city memastikan kemenangan bukan di pertandingan tapi dari layar kaca, dengan menonton hasil pertandingan tim pesaing juaranya. Kurang menyakitkan apa itu. 

Semoga season depan lebih baik, dan kalau bisa merebut tahta itu. Liverpool saja akhirnya berhasil menjebol kok, masa arsenal tidak bisa. Amiin!