Kamis, 28 November 2024

Ruang Aman Untuk Semua

Baru ngikutin kasus pelecehan seksual di kampus ternama, ter-top, ter-mantap di Indonesia Timur, dan warbyasa juga kasusnya dan akibat selanjutnya. Dari kasus, lalu viral, mahasiswa-mahasiswa pada demo, pembakaran dan perusakan fasilitas kampus pun tak terelakkan, dan berujung aktivitas "sterilisasi" kampus dengan surat edaran. Mantaaap kampus. 

Penjahat kok dilindungi sih? Kalau mau cabul dan mesum mending sama psk aja bos, gak perlu dilecehkan atau bahkan catcalling "godain dong", itumah langsung "diterkam" anda. mereka tidak sadar apa, memaksa istri berhubungan suami istri ketika istri sedang tidak mau atau sedang lelah aja itu bisa masuk pidana, padahal istri sah loh, apalagi yang bukan mahram, tololnya bukan main. psk aja, yang "kerja" pun akan marah kalau mereka dilakukan semena-mena dan berlebihan tidak sesuai ketentuan, lah ini ada mahasiswa yang pengen bimbingan, kok seenaknya melakukan pelecehan.

Kenapa para aktivis selalu meneriakkan ruang aman di sekolah dan tempat kerja? Ya karena disanalah relasi kuasa bekerja, dan relasi kuasa menjadi salah satu alat paling berbahaya untuk melakukan kejahatan. lu bisa melakukan apapun untuk bos/tuan/siapapun yang anda tinggikan karena takut sesuatu, dipecat kek, diskor kek, di-tidakluluskan kek, semuanya deh pokoknya.

Sekolah/kampus dan tempat kerja menurut saya adalah ruang paling tidak aman, sekolah/kampus contohnya, mereka menciptakan ketundukan yang penuh, kamu murid, mereka guru. Kamu mencari ilmu, dosen memberikan ilmu. Kamu pengen lulus, dosen memberikan kelulusan. Akhirnya, apapun kita lakukan, dan tanpa sadar kita menerima ketundukan itu secara penuh.

saya tidak berharap juga para siswa atau mahasiswa tidak sopan dengan guru dan dosennya, masyarakat paling bebas seperti amerika pun masih memegang moral kemanusiaan kok, jadi gak perlu takut bablas seperti amerika, kita masih indonesia yang budayanya kuat,

saya pernah melihat langsung "pelecehan" terhadap perempuan tepat di depan mata saya, dan itu di kampus, ruang sidang, teman kuliah saya sendiri. mungkin bagi orang lain itu biasa saja, tapi menurut saya itu sudah pelecehan dan merendahkan harkat martabat perempuan. walaupun dengan nada bercanda, jelas itu pelecehan. dan apa respon teman saya? ya tentu saja, senyum dan tertawa tipis.

pada dasarnya, beberapa pelecehan seperti ini memang timbul dari bercandaan. korban yang mendapat pelecehan, contohnya teman saya tadi, tidak mungkin dia marah di forum itu,  yang paling masuk akal untuk merespon adalah dengan senyum dan tertawa tipis, itu respon paling wajar ketika menghadapi hinaan ketika kita malas untuk menanggapi atau takut akan akibat selanjutnya ketika melawan. apakah dia takut? ya mungkin saja, salah satunya adalah takut tidak diluluskan. terlepas dari "Tulisan" teman saya yang emang kureeeng, tindakan "bercanda" itu berlebihan menurut saya.

kalau dimarahi dan dibantai secara ilmiah, tentang metode penelitiannya kek, dasar teorinya kek, gagasan idenya kek, oke aja, berjam-jam pun silakan. tapi kalau sudah masuk ke hal yang tidak ilmiah mah jangan deh. emang sih ruang kampus itu ruang bebas, tapi gak bablas juga. 

begitu berbahayanya relasi kuasa itu sampai banyak kasus pelecehan seksual itu terjadi di sekolah atau kampus bahkan pesantren sekalipun. malah pesantren atau sekolah keagamaan lainnya itu yang paling jahat. kenapa? menurut saya karena relasi kuasanya dapat armor lebih, yaitu kekuatan agama.

salah satu kasus yang saya pernah dengar adalah, si pelaku melakukan pelecehan seksual ya karena si pelaku berbohong kepada si murid kalau tindakan ini adalah suruhan Tuhan. contohnya di islam aja deh, agama saya sendiri, biar gak nyenggol yang lain, caranya ya seperti kasus tadi, katakan kepada santrinya kalau ini adalah Perintah Allah, kalau ditanya dalil dan sumbernya, sebut saja nama kitab yang kemungkinan tidak pernah dibaca masyarakat kebanyakan, atau sebut saja nama berbunyi arab-araban, untuk masyarakat awam yang baru mau belajar, kemungkinan berhasilnya tinggi. 

"ah gak mungkin lah begitu". apasih yang gak mungkin, wong masih banyak orang yang percaya kok dengan modelan gus sam*****. jadi sangat wajar kondisi itu terjadi. makanya masyarakat perlu dicerdaskan, setidaknya untuk hal-hal dasar.

pada dasarnya, pelecehan memang terjadi ketika kekuatan tidak berimbang, atau si pelaku merasa kekuatannya lebih tinggi dari korban. selain relasi kuasa, pelecehan sering terjadi di jalan-jalan, yaitu catcalling. si pelaku merasa punya kekuatan lebih. apa itu? rombongan. biasanya ada pemuda lagi nongkrong, trus cewek lewat, digodain deh. salah satu contoh yang sering disuarakan sama pak fahruddin faiz, kalau ramai-ramai pada berani goda, giliran satu-satu atau sendiri, gak mungkin berani. 

emang jarang atau mungkin tidak ada sih yang catcalling sedangkan si pelaku sendirian. biasanya emang catcalling ala pemuda nongkrong, selain pengen godain, pengen terlihat keren depan kawan-kawannya juga, makanya beraninya godain.

yang mengejutkan untuk para pemuda nongkrong ini adalah ketika cewek yang digodain itu malah nyamperin dan marah, si pelaku pasti bingung mau merespon seperti apa. ini kondisi yang tepat, tapi tidak semua orang berani seperti itu, bahkan sangat sedikit yang berani melakukan itu, selain karena mungkin malas berurusan, juga karena takut diapa-apain, sudah kalah kekuatan (jumlah orang) dari awal kok.

walaupun di jalan sering ada catcalling, tapi sebenarnya di jalanan, menurut saya, adalah ruang paling aman bagi semuanya. kenapa? semua setara. kamu jalan kaki, saya jalan kaki, mereka jalan kaki. kamu naik motor, saya naik motor, mereka naik motor, saya naik mobil, kamu naik mobil, mereka naik mobil. gak ada cerita lu naik fortuner, lu boleh nerobos lampu merah. tapi kan ada fortuner arogan? emang ada, tapi kan dihukum kan akhirnya.

satu lagi, rumah ibadah. di rumah ibadah, semuanya setara. sekali lagi ambil contoh agama saya, semua orang yang ibadah sama dan setara, gak ada cerita seorang presiden karena tinggi dan sibuk ngurus negara jadi sholat dzuhurnya boleh dua rakaat aja, sholat isyanya boleh satu rakaat saja. semua sama. malah, orang yang rentan, yang dapat "keistimewaan" itu, dalam perjalanan atau sedang sakit. bedakan dengan pesantren ya, pesantren ituu institusi pendidikan sedangkan rumah ibadah itu institusi keagamaan.

"tapi ada imam masjid yang mencabuli murid ngajinya di masjid?" tetap masuknya ke pendidikan itu, relasi kuasa lagi jatuhnya. kita ngikut imam itu ketika sholat aja, selesai itu kuasa imam tidak ada lagi, mau imam bilang, "semua jamaah harus dzikir dulu ya, minimal 5 menit", lah tetap ada orang selesai salam langsung mlipir pergi kok, dan itu tidak dosa juga.

ada beberapa tindakan yang harus dilakukan pelaku dan korban ketika ada kasus seperti ini, yang keempat adalah korban melapor dulu ke yang berwajib, kampus misalnya, atau polisi sekalian. kalau gak di respon dengan baik, kelima viralkan.

pertama sampai ketiga apa? pertama, pelaku mikir panjang dulu sebelum melakukan, kalau sudah dipikir panjang dan masih pengen melakukan, kedua bertobatlah dan meminta ampun. kalau ternyata tetap masih pengen, benturkan kepalamu ke dinding dengan sangat keras berkali-kali, sehingga kamu, pelaku bajingan, hilang ingatan, dan mampus. itu saja.

ada satu lagi yang paling bangsat dan wadidawdawdaw dari kasus ini, adalah cara mengelak ketika kasus ini viral, yaitu alasan keagamaan. jadi yang membela si pelaku dalam kasus ini bilang "korban halusinasi, tidak mungkin pelaku melakukan itu, dia orang alim, baru pulang umrah". sebuah ketololan yang haqiqiuew. mbok pikir, para koruptor itu tidak pulang balik umrah kah? mbok pikir orang yang tinggal di arab itu otomatis orang baik kah? tidak sedikit loh orang yang berangkat umrah pakai duit kotor, bayangkan saja, orang masuk masjid tapi pakai sendal yang habis injak tai?apa takmirnya gak mukulin itu orang?

semoga kita bisa menciptakan ruang aman bagi siapapun dari pelecehan, penghinaan dan kejahatan apapun.

Senin, 25 November 2024

Pergi Merayu - [Merayakan Ibadah Puisi]

Di kala perjumpaan bukan lagi sebuah penantian

Kita hanya bertatapan, tersenyum dan akhirnya berlalu

Pergi merayu bulan untuk tak hadir mala mini

 

Di kala perpisahan adalah sebuah harapan

Kita hanya bertatapan, bersedih dan akhirnya berlalu

Pergi untuk merayu matahari segera naik ke peraduan

 

Tenanglah Nona

Karena patah hatimu pasti menemukan jalan pulang yang tepat


@fahmieljor

Yogyakarta, 04 Maret 2019



Sabtu, 23 November 2024

Peringkat FIFA hanya kesenangan yang semu - (Jurnal Menikmati Sepakbola #05)

Kemenangan atas Arab Saudi dalam lanjutan kualifikasi piala dunia zona asia untuk piala dunia 2026 di amerika serikat adalah pencapaian yang luar biasa dari timnas Indonesia kita. Kemenangan tersebut memastikan Indonesia masih punya asa untuk tembus piala dunia 2026 nanti.

Sebagai tim dengan peringkat fifa yang terlampaui jauh, mengalahkan arab Saudi adalah hal yang sangat luar biasa, kita terpaut 60-70an peringkat, peringkat itu sangat jauh diatas. Tapi apa yang tidak mungkin, ketika arab Saudi di piala dunia 2022 lalu, mereka pun berhasil mengalahkan timnas argentina yang kala itu juara dunia, dengan rangking fifa yang terpaut jauh juga. Artinya timnas Indonesia kita sudah sangat berkembang pesat.


Mengulas sedikit permainan kemarin-kemarin, sangat terlihat begitu kokohnya pertahanan Indonesia ketika coba digempur dengan serangan dari timnas arab. Tapi kalau dari kacamata awam saya, serangan arab sangat tidak terorganisir, arahnya tidak jelas.

Waktu menonton, saya berdiskusi dengan teman, saya bilang “beda jauh banget permainan arab dan jepang, jepang dari kemarin terus mencoba menusuk dari tengah, sedangkan arab, malah melebar dan crossing mulu”. Entah kacamata saya yang kureng atau gimana, tapi saya melihat bagaimana tidak bisa jebolnya pertahanan Indonesia dari tengah, akhirnya arab berusaha untuk menjebol lewat samping, dengan crossing

Apa yang diharapkan dari skema gol (crossing) yang kemungkinan golnya Cuma 50 : 50, teman yang nendang harus jago, dan teman yang mau nyundul juga harus pintar cari posisi. Sayangnya bek Indonesia tidak secupu itu untuk kalah dalam duel udara. Setidaknya pertahanan kita dididik langsung dari tanah biru, eropa.

Kalau mau sombong, bek kita, bang jay, adalah pemain yang gontok-gontokan dalam kotak pinalti dengan pemain sekelas thuram, lautaro, dan beberapa pemain kelas tinggi dari Milan dan juventus nantinya.

Ketika menit 70an, salah satu teman bilang ketika kami nonton, “harus hati-hati ini, kalau tidak bisa di comeback, malah seri lagi”. Saya langsung nyamber aja “mana bisa, pemain arab aja susah kok masuk kotak pinalti kita”. Kalau yang nonton pasti tau bagaimana susahnya mereka menembus ke dalam, entah karena strategi atau memang visi mereka kurang.

Ada teman yang nyahut “benar juga, Cuma bolanya yang masuk kotak pinalti, karena crossing-crossing”, Nah itu dia. Dengan pertahanan sekokoh itu, menjebol lewat crossing memang pilihan, tapi crossingnya juga terlalu asal-asalan.

Makanya waktu udah 2 gol, dan menit masuk 70an, saya pikir timnas sudah pasti menang, kalaupun kebobolan pasti Cuma 1, eh malah gak kebobolan sampai akhir.

Kalau berbicara soal rangking fifa seperti di awal tadi, pada dasarnya, ketika melihat komposisi pemain kita yang banyak merumput di eropa, bahkan kebanyakan mereka memang didikan akademi disana, harusnya rangking fifa kita tidak berada di posisi 120-130, untuk membuat kita tidak jumawa, setidaknya rangking fifa kita berada di angka 60-80. Itu angka yang wajar untuk komposisi pemain seperti ini. apalagi kalau isu pemain yang mau bergabung beneran terealisasi, akan menambah kekuatan Indonesia.

Timnas Indonesia, dibanding timnas di asia termasuk kuat, apalagi di tingkat asean. Bayangkan saja, kita punya pemain yang sekarang main di UEL yaitu mess hilgers, lalu ada pemain yang musim lalu main di UCL, yaitu kevin diks, ada pemain yang main di liga tertinggi italia, serie-A, bang jay Idzes, dan beberapa banyak pemain yang main di liga top belanda. Artinya, walaupun secara kemampuan, menjadi pemain ring 2-3 di eropa, tapi mereka sudah merasakan bagaimana gontok-gontokannya liga besar. Kalaupun kemampuan tidak sehebat pemain top, setidaknya pengalaman mereka berada di liga yang tingkatnya jauh diatas liga-liga asia apalagi asean adalah bekal yang berharga.

Belum lagi pelatihan yang pastinya lebih modern, canggih dan berpengalaman tinggi, ketika itu di eropa, kalaupun beberapa dari pemain timnas jarang dapat menit bermain, tapi ikut latihan, mempelajari bagaimana orang-orang di sana bermain, sudah jadi modal yang luar biasa. Makanya peringkat 120-130 yang kita tempati hari ini, bukanlah tempat kita,

Rangking 120-130 yang Indonesia tempati hari ini adalah perjalanan Indonesia yang naik pelan-pelan dari peringkat yang lebih rendah lagi. Tapi apalah arti sebuah peringkat, kalau permain kita menghasil sesuatu yang baik, maka peringkat tidak ada gunanya. Malah dengan peringkat yang rendah seperti ini, banyak tim yang meremehkan, dan akhirnya mereka sadar bahwa yang mereka lawan bukanlah tim yang mereka ekspektasikan lemah tadi.

Semoga Timnas Indonesia melangkah jauh di kualifikasi ini, dan bisa masuk dalam piala dunia 2026 nanti, amin!

Senin, 18 November 2024

Hujan Malam Minggu [Merayakan Ibadah Puisi]

Nona

Hujan malam minggu masih sama dengan hujan malam minggu lainnya

Masih tetap dingin

Dan tanpa hangatnya hadirmu

 

Nona

Hujan malam minggu ini masih sama dengan hujan malam minggu lainnya

Masih diterpa angin kencang

Sekencang kau menangkap lirikanku padamu


 

Nona

Hujan malam minggu ini masih sama dengan hujan malam minggu lainnya

Masih dengan syahdunya air menyirami bumi

Seperti senyummu yang selalu syahdu di mataku

 

Nona

Hujan malam minggu ini masih sama dengan hujan malam minggu lainnya

Iya, masih sama seperti kemarin

Kau masih bukan milikku


@fahmieljor

Klaten, 02 maret 2019

Rabu, 06 November 2024

Membakar Ide dan Gagasan

Lagi rame di Twitter/X soal pembakaran buku Najwa Shihab dan serangan membabi buta terhadap beliau. serangan ini terlalu terlihat masif dan terorganisir, sehingga susah untuk tidak suudzon. saya sebenarnya tidak mau suudzon dengan menuduh mereka BuzzeRp, tapi kalau saya husnudzon dan menganggap mereka akun asli milik perorangan, saya jadi ingin berteriak "BANGSAAAAT, GOBLLOOOOKK, TOLLLOOOLLL!'

Yang paling wadidaw adalah mereka coba membandingkan mba nana dengan seorang artis penuh kontroversi, Nikm*r. Bagaimana emosi saya tidak meledak, ada orang dengan sadar komentar seperti ini "mending nikm*r dibanding najwa shihab si keturunan yaman". udah tololll, rasis pula.

saya tidak peduli dengan nikm*r, mau lu suka kek, cinta mati kek, fans garis keras kek, karena toh saya pun tidak mengikuti satupun kehidupan artis, tapi membandingnya dengan najwa shihab yang bertahun-tahun bergerak lewat jurnalistiknya untuk memperbaiki negara ini, bahkan sebelum nikm*r terkenal, adalah sebuah sesat pikir yang berbahaya. 

satu yang paling fenomenal adalah najwa shihab yang "Grebek" penjara para koruptor, salah satunya setnov. mungkin kita tak pernah tau bagaimana mewahnya penjara para koruptor kalau mba nana tidak melakukan investigasi tersebut. dan mungkin begitu banyak aksi beliau dalam mengulik kekacauan negara ini beserta pengelola dan pejabatnya

saya sebenarnya tidak mau membela mba nana, toh beliau bahkan lebih kuat dari orang-orang seperti saya yang membelanya di media digital. bayangkan saja, di acaranya sendiri, beliau dimarahi sambil ditanya "kontribusi buat negara apa" oleh seorang raja terakhir pemerintahan, Bpk Luhut. bukannya ciut, berhenti dan tobat, mba nana malah makin menggila.

ada satu akun tiktok yang lumayan rajin menyenggol mba nana, orang yang juga dikuliti soal keterlibatan si akun ini dalam permasalahan rohingya. mungkin pengen balas, tapi bingung seperti apa. tapi kontennya cukup berbahaya bagi para pengguna tiktok, karena sering kali tidak berdasar, ditambah para pengguna tiktokpun tidak mau mencari tau lebih dalam kebenaran informasinya.

dalam sebuah acara mba nana menyebutkan "Kill the messenger", bunuh si pembawa pesan. artinya adalah para buzzeRp ini ingin "membunuh" para pembawa pesan agar tidak dapat berbicara dan dapat kepercayaan lagi, karena karakternya "dibunuh". saya jadi ingat ketika pemilu kemarin, ketika banyak yang menyerang kinerja jokowi soal hak bersuara dan demokrasi, lalu ada akun nyamber "emang ada orang yang hilang, ada orang yang mati karena bersuara? tidak ada kan!"

Emang betul tidak ada yang hilang atau mati, tapi pembunuhan karakter, adalah jalan yang lebih berbahaya. apapun dicari celahnya, dari kisah masa lalu sampai masalah rasisme. bayangkan kamu berbicara sesuatu yang benar tapi orang akan langsung bilang "ah kamu kan bukan orang indo. ah kamu kan keturunan arab. ah kamu dulu kan sering bolos kuliah. ah kamu dulu kan pernah selingkuh" hingga akhirnya omonganmu tidak didengar. itu lebih berbahaya, dan ini yang sedang dilakukan ke mba najwa shihab. 

mereka terus menggempur akun mba nana dengan komentar yang sangat tidak argumentatif dan jelas. akhirnya ketika ada orang asli yang mengunjungi akun mba nana, langsung keusik dengan isi komentar yang menyudutkan mba nana dengan komen negatif mereka. akhirnya para akun asli jadi mikir "apa iya ya? jangan benar lagi mba nana keturunan yaman yang tidak nasionalis? jangan-jangan mba nana sakit hati lagi karena tidak dipilih menteri?" dan semua keragu-raguan itu. 

lagian, aneh banget masyarakat digital hari ini, nyari kebenaran kok di kolom komentar itu loh. saya punya salah satu prinsip dalam bermedsos "kalau mau sehat dalam bermedsos adalah dengan tidak membaca komentar. kemungkinan bapernya dikit, paling cuma ke kontennya kalau menyinggung". kalau mau lebih sehat lagi ya, gak usah medsos sekalian, walaupun pasti susah banget di era sekarang.

"Kill the messenger" itu bergerak sangat gila-gilaan. kritik dikit dicap sipaling kritis, anak abah, tidak nasionalis yang paling wadidaw ya gerakan "kuliah tidak penting". saya kuliah, tapi yang tidak kuliah pun keren, bahkan mungkin banyak orang yang tidak kuliah lebih keren daripada saya, tapi isu "kuliah tidak penting" terlalu wadidaw untuk dinaikkan. yang paling preketek tuktuktaktak wadadawawaw adalah waktu ada mahasiswa demo nulis kira-kira seperti ini "kuliah tidak untuk orang miskin". seketika, beberapa orang ngamuk dan buat konten tandingan, padahal itu sebuah kalimat satire, tidak bermaksud mengatakan orang miskin dilarang sekolah. harusnya pake logika dasar aja masuk kok, mana mungkin sih ada mahasiswa yang lagi turun demonstrasi, dengan sadar membawa banner bertuliskan seperti itu. sudah melanggar hak asasi itu mah.

yang paling berbahaya dari konten pembakaran buku najwa shihab dan penyerangan digital ini adalah muncul gerakan anti-intelektual. orang tidak mau sekolah, tidak mau kuliah padahal punya kesempatan lebih, membubarkan diskusi, mengintimidasi para pembicara sampai pemuka agama, dan yang parah juga adalah membakar buku.

harus diingat, bahwa masa ke-emas-an islam dulu, yang dibanggakan oleh umat islam di seluruh dunia, salah satu dasar penopangnya adalah intelektual. mereka belajar, mereka menalar, mereka menulis, mereka berdiskusi, dan mereka berdebat tanpa takut apapun. lah sekarang menyebut nama negara sendiri aja diganti dengan "konoha", "wakanda" dalam sebutan lainnya.

saya tidak bilang kalian harus baca buku, harus kuliah dan sebagainya, saya juga paham kok ada orang yang tidak punya kesempatan untuk kuliah, tidak punya waktu untuk baca buku, tapi gak perlu ada aksi untuk membenturkan dua kondisi ini, orang kuliah dan tidak kuliah, orang suka baca dan tidak suka, dsb.

anti-intelektualis itu berbahaya bukan hanya terbentuk dari imajinasi para ilmuan tapi sudah ada bukti nyatanya, era kegelapan, dark agenya eropa adalah bukti bagaimana anti-intelektualis bisa memporak-porandakan sebuah benua yang hari ini disebut paling maju. kita yang tidak pernah membaca atau mendengar sejarah mungkin akan heran kalau mengetahui bahwa benua biru, eropa yang masyhur hari ini pernah punya ketundukan murni pada otoritas keagamaan, bahkan untuk sesuatu yang benar pun dikendalikan. 

terbukti, eropanya anjlok, siapa yang maju? ya islam dengan kegilaan akan ilmu pengetahuannya. rasa lapar akan ilmu pengetahuan para ilmuan di jaman itu membuat islam mencapai puncaknya, semua orang berdatangan untuk belajar, bahkan beberapa orang eropa datang untuk belajar ke islam. sesuatu yang hari ini mungkin tidak terpikir oleh kita. yang ada hari ini, ya orang eropa datang ke negara islam, untuk cari uang, minyak, dan sumber daya alam lainnya.

kalau bahas "Kill The Messenger", jadi ingat cerita seorang filsuf ternama, socrates. socrates adalah seorang filsuf yang membicarakan kebenaran dan rasionalitas yang akhirnya dibunuh, beneran dibunuh, diambil nyawanya bukan "dibunuh" dalam arti dirusak karakternya. dibunuh karena "terlalu berisik" membicarakan ide-idenya dan katanya merusak pikiran anak muda. 

socrates akhirnya dihukum meminum racun. tidak hanya socrates, banyak orang yang akhirnya harus mati untuk sebuah kebenaran, galileo, Hypatia bahkan sampai al-hallaj. orang yang mati untuk sebuah kebenaran. "Kill the messenger" dalam arti sebenarnya dibunuh.

tapi orang seperti socrates, hypatia, al- hallaj, bahkan mungkin munir, widji thukul sampai najwa shihab adalah orang-orang yang tidak takut mati. Mungkin terlalu dilebihkan, kemungkinan mereka takut juga akan kematian, tapi kalau disuruh minum racun atau tetap hidup tapi berbohong, mereka lebih memilih meneguk racun.

kematian atas kebenaran itu membuat mereka tetap hidup, setidak dalam pikiran-pikiran anak muda yang mau bergerak. apakah setelah socrates mati, orang-orang yunani berhenti berpikir rasional? malah muncul dua orang yang sama "berbahayanya" bagi cara pikir masyarakat yunani kala itu, Plato dan Aristoteles. ide-ide aristoteles malah yang membangkitkan era keemasan islam di jaman itu.

apakah setelah hypatia mati, orang jadi malas belajar ilmu pengetahuan? apakah setelah munir mati, orang jadi takut bersuara soal kebenaran? apakah setelah widji thukul hilang, orang jadi takut membuat puisi dan sajak perlawanan? semua kondisi ini tidak membuat masyarakat berhenti, malah makin berisik. jadi ingat kata-kata tan malaka "Ingatlah, bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada daripada diatas bumi" dan terbukti, ide dan gagasan beliau soal pola pikir sampai bentuk negara masih terus bergeliat masuk ke pikiran anak muda hari ini

saya berharap si pembakar buku itu bukanlah fans one piece. bayangkan saja, kalau dia fans one piece, lalu dia sedih bahkan sampai menangis ketika cerita flashbacknya Nico Robin tapi dia membakar buku di dunia nyata. betapa jahatnya dia terhadap rasa sedih dan mungkin air matanya yang jatuh kalau ternyata di dunia nyata kelakuannya sama dengan kelakuan para angkatan laut, CP9 dan pemerintah dunia one piece yang membakar buku dan melarang orang meneliti. para orang jahat yang buat Nico Robin lebih baik mati.

Nico Robin adalah salah satu kondisi "Kill The Messenger", sebagai salah satu orang yang bisa membaca Poneglygh, tentu Nico Robin adalah pembawa pesan kepada seluruh dunia. sebuah rahasia dunia, yang tidak ada yang tau, dan rahasia itu katanya bisa mengguncang dunia. pada akhirnya Nico robin harus dibunuh karena bisa membaca dan mengetahui rahasia itu.

salah satu cara "kill the messenger" ke Nico Robin adalah dengan mengancam keselamatan teman-temannya. akhirnya Nico Robin lebih memilih "berkhianat" untuk menyelamatkan teman-temannya. walaupun pada akhirnya orang keras kepala seperti Monkey D. Luffy dan para nakamanya tetap menerobos masuk untuk menyelamatkan Nico Robin.

silahkan berdiskusi ataupun berdebat di media digital, tapi tolong dengan landasan ilmiah yang benar, apalagi kalau yang dibahas memang adalah sesuatu yang ilmiah dan faktual. kecuali kamu membahas soal enakan bubur diaduk atau tidak. Ingat, membunuh si pembawa pesan tidak membuat otomatis pesannya hilang begitu saja! Mari membaca buku!