Rabu, 06 November 2024

Membakar Ide dan Gagasan

Lagi rame di Twitter/X soal pembakaran buku Najwa Shihab dan serangan membabi buta terhadap beliau. serangan ini terlalu terlihat masif dan terorganisir, sehingga susah untuk tidak suudzon. saya sebenarnya tidak mau suudzon dengan menuduh mereka BuzzeRp, tapi kalau saya husnudzon dan menganggap mereka akun asli milik perorangan, saya jadi ingin berteriak "BANGSAAAAT, GOBLLOOOOKK, TOLLLOOOLLL!'

Yang paling wadidaw adalah mereka coba membandingkan mba nana dengan seorang artis penuh kontroversi, Nikm*r. Bagaimana emosi saya tidak meledak, ada orang dengan sadar komentar seperti ini "mending nikm*r dibanding najwa shihab si keturunan yaman". udah tololll, rasis pula.

saya tidak peduli dengan nikm*r, mau lu suka kek, cinta mati kek, fans garis keras kek, karena toh saya pun tidak mengikuti satupun kehidupan artis, tapi membandingnya dengan najwa shihab yang bertahun-tahun bergerak lewat jurnalistiknya untuk memperbaiki negara ini, bahkan sebelum nikm*r terkenal, adalah sebuah sesat pikir yang berbahaya. 

satu yang paling fenomenal adalah najwa shihab yang "Grebek" penjara para koruptor, salah satunya setnov. mungkin kita tak pernah tau bagaimana mewahnya penjara para koruptor kalau mba nana tidak melakukan investigasi tersebut. dan mungkin begitu banyak aksi beliau dalam mengulik kekacauan negara ini beserta pengelola dan pejabatnya

saya sebenarnya tidak mau membela mba nana, toh beliau bahkan lebih kuat dari orang-orang seperti saya yang membelanya di media digital. bayangkan saja, di acaranya sendiri, beliau dimarahi sambil ditanya "kontribusi buat negara apa" oleh seorang raja terakhir pemerintahan, Bpk Luhut. bukannya ciut, berhenti dan tobat, mba nana malah makin menggila.

ada satu akun tiktok yang lumayan rajin menyenggol mba nana, orang yang juga dikuliti soal keterlibatan si akun ini dalam permasalahan rohingya. mungkin pengen balas, tapi bingung seperti apa. tapi kontennya cukup berbahaya bagi para pengguna tiktok, karena sering kali tidak berdasar, ditambah para pengguna tiktokpun tidak mau mencari tau lebih dalam kebenaran informasinya.

dalam sebuah acara mba nana menyebutkan "Kill the messenger", bunuh si pembawa pesan. artinya adalah para buzzeRp ini ingin "membunuh" para pembawa pesan agar tidak dapat berbicara dan dapat kepercayaan lagi, karena karakternya "dibunuh". saya jadi ingat ketika pemilu kemarin, ketika banyak yang menyerang kinerja jokowi soal hak bersuara dan demokrasi, lalu ada akun nyamber "emang ada orang yang hilang, ada orang yang mati karena bersuara? tidak ada kan!"

Emang betul tidak ada yang hilang atau mati, tapi pembunuhan karakter, adalah jalan yang lebih berbahaya. apapun dicari celahnya, dari kisah masa lalu sampai masalah rasisme. bayangkan kamu berbicara sesuatu yang benar tapi orang akan langsung bilang "ah kamu kan bukan orang indo. ah kamu kan keturunan arab. ah kamu dulu kan sering bolos kuliah. ah kamu dulu kan pernah selingkuh" hingga akhirnya omonganmu tidak didengar. itu lebih berbahaya, dan ini yang sedang dilakukan ke mba najwa shihab. 

mereka terus menggempur akun mba nana dengan komentar yang sangat tidak argumentatif dan jelas. akhirnya ketika ada orang asli yang mengunjungi akun mba nana, langsung keusik dengan isi komentar yang menyudutkan mba nana dengan komen negatif mereka. akhirnya para akun asli jadi mikir "apa iya ya? jangan benar lagi mba nana keturunan yaman yang tidak nasionalis? jangan-jangan mba nana sakit hati lagi karena tidak dipilih menteri?" dan semua keragu-raguan itu. 

lagian, aneh banget masyarakat digital hari ini, nyari kebenaran kok di kolom komentar itu loh. saya punya salah satu prinsip dalam bermedsos "kalau mau sehat dalam bermedsos adalah dengan tidak membaca komentar. kemungkinan bapernya dikit, paling cuma ke kontennya kalau menyinggung". kalau mau lebih sehat lagi ya, gak usah medsos sekalian, walaupun pasti susah banget di era sekarang.

"Kill the messenger" itu bergerak sangat gila-gilaan. kritik dikit dicap sipaling kritis, anak abah, tidak nasionalis yang paling wadidaw ya gerakan "kuliah tidak penting". saya kuliah, tapi yang tidak kuliah pun keren, bahkan mungkin banyak orang yang tidak kuliah lebih keren daripada saya, tapi isu "kuliah tidak penting" terlalu wadidaw untuk dinaikkan. yang paling preketek tuktuktaktak wadadawawaw adalah waktu ada mahasiswa demo nulis kira-kira seperti ini "kuliah tidak untuk orang miskin". seketika, beberapa orang ngamuk dan buat konten tandingan, padahal itu sebuah kalimat satire, tidak bermaksud mengatakan orang miskin dilarang sekolah. harusnya pake logika dasar aja masuk kok, mana mungkin sih ada mahasiswa yang lagi turun demonstrasi, dengan sadar membawa banner bertuliskan seperti itu. sudah melanggar hak asasi itu mah.

yang paling berbahaya dari konten pembakaran buku najwa shihab dan penyerangan digital ini adalah muncul gerakan anti-intelektual. orang tidak mau sekolah, tidak mau kuliah padahal punya kesempatan lebih, membubarkan diskusi, mengintimidasi para pembicara sampai pemuka agama, dan yang parah juga adalah membakar buku.

harus diingat, bahwa masa ke-emas-an islam dulu, yang dibanggakan oleh umat islam di seluruh dunia, salah satu dasar penopangnya adalah intelektual. mereka belajar, mereka menalar, mereka menulis, mereka berdiskusi, dan mereka berdebat tanpa takut apapun. lah sekarang menyebut nama negara sendiri aja diganti dengan "konoha", "wakanda" dalam sebutan lainnya.

saya tidak bilang kalian harus baca buku, harus kuliah dan sebagainya, saya juga paham kok ada orang yang tidak punya kesempatan untuk kuliah, tidak punya waktu untuk baca buku, tapi gak perlu ada aksi untuk membenturkan dua kondisi ini, orang kuliah dan tidak kuliah, orang suka baca dan tidak suka, dsb.

anti-intelektualis itu berbahaya bukan hanya terbentuk dari imajinasi para ilmuan tapi sudah ada bukti nyatanya, era kegelapan, dark agenya eropa adalah bukti bagaimana anti-intelektualis bisa memporak-porandakan sebuah benua yang hari ini disebut paling maju. kita yang tidak pernah membaca atau mendengar sejarah mungkin akan heran kalau mengetahui bahwa benua biru, eropa yang masyhur hari ini pernah punya ketundukan murni pada otoritas keagamaan, bahkan untuk sesuatu yang benar pun dikendalikan. 

terbukti, eropanya anjlok, siapa yang maju? ya islam dengan kegilaan akan ilmu pengetahuannya. rasa lapar akan ilmu pengetahuan para ilmuan di jaman itu membuat islam mencapai puncaknya, semua orang berdatangan untuk belajar, bahkan beberapa orang eropa datang untuk belajar ke islam. sesuatu yang hari ini mungkin tidak terpikir oleh kita. yang ada hari ini, ya orang eropa datang ke negara islam, untuk cari uang, minyak, dan sumber daya alam lainnya.

kalau bahas "Kill The Messenger", jadi ingat cerita seorang filsuf ternama, socrates. socrates adalah seorang filsuf yang membicarakan kebenaran dan rasionalitas yang akhirnya dibunuh, beneran dibunuh, diambil nyawanya bukan "dibunuh" dalam arti dirusak karakternya. dibunuh karena "terlalu berisik" membicarakan ide-idenya dan katanya merusak pikiran anak muda. 

socrates akhirnya dihukum meminum racun. tidak hanya socrates, banyak orang yang akhirnya harus mati untuk sebuah kebenaran, galileo, Hypatia bahkan sampai al-hallaj. orang yang mati untuk sebuah kebenaran. "Kill the messenger" dalam arti sebenarnya dibunuh.

tapi orang seperti socrates, hypatia, al- hallaj, bahkan mungkin munir, widji thukul sampai najwa shihab adalah orang-orang yang tidak takut mati. Mungkin terlalu dilebihkan, kemungkinan mereka takut juga akan kematian, tapi kalau disuruh minum racun atau tetap hidup tapi berbohong, mereka lebih memilih meneguk racun.

kematian atas kebenaran itu membuat mereka tetap hidup, setidak dalam pikiran-pikiran anak muda yang mau bergerak. apakah setelah socrates mati, orang-orang yunani berhenti berpikir rasional? malah muncul dua orang yang sama "berbahayanya" bagi cara pikir masyarakat yunani kala itu, Plato dan Aristoteles. ide-ide aristoteles malah yang membangkitkan era keemasan islam di jaman itu.

apakah setelah hypatia mati, orang jadi malas belajar ilmu pengetahuan? apakah setelah munir mati, orang jadi takut bersuara soal kebenaran? apakah setelah widji thukul hilang, orang jadi takut membuat puisi dan sajak perlawanan? semua kondisi ini tidak membuat masyarakat berhenti, malah makin berisik. jadi ingat kata-kata tan malaka "Ingatlah, bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada daripada diatas bumi" dan terbukti, ide dan gagasan beliau soal pola pikir sampai bentuk negara masih terus bergeliat masuk ke pikiran anak muda hari ini

saya berharap si pembakar buku itu bukanlah fans one piece. bayangkan saja, kalau dia fans one piece, lalu dia sedih bahkan sampai menangis ketika cerita flashbacknya Nico Robin tapi dia membakar buku di dunia nyata. betapa jahatnya dia terhadap rasa sedih dan mungkin air matanya yang jatuh kalau ternyata di dunia nyata kelakuannya sama dengan kelakuan para angkatan laut, CP9 dan pemerintah dunia one piece yang membakar buku dan melarang orang meneliti. para orang jahat yang buat Nico Robin lebih baik mati.

Nico Robin adalah salah satu kondisi "Kill The Messenger", sebagai salah satu orang yang bisa membaca Poneglygh, tentu Nico Robin adalah pembawa pesan kepada seluruh dunia. sebuah rahasia dunia, yang tidak ada yang tau, dan rahasia itu katanya bisa mengguncang dunia. pada akhirnya Nico robin harus dibunuh karena bisa membaca dan mengetahui rahasia itu.

salah satu cara "kill the messenger" ke Nico Robin adalah dengan mengancam keselamatan teman-temannya. akhirnya Nico Robin lebih memilih "berkhianat" untuk menyelamatkan teman-temannya. walaupun pada akhirnya orang keras kepala seperti Monkey D. Luffy dan para nakamanya tetap menerobos masuk untuk menyelamatkan Nico Robin.

silahkan berdiskusi ataupun berdebat di media digital, tapi tolong dengan landasan ilmiah yang benar, apalagi kalau yang dibahas memang adalah sesuatu yang ilmiah dan faktual. kecuali kamu membahas soal enakan bubur diaduk atau tidak. Ingat, membunuh si pembawa pesan tidak membuat otomatis pesannya hilang begitu saja! Mari membaca buku! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar