Indonesia adalah negara dengan berbagai sejarah dan mitos yang dibuat oleh rakyat. cerita ini dibuat untuk alasan menghibur masyarakat ataupun melawan segala bentuk ketidakadilan dan penindasan yang dibungkus dengan indah dan sangat menarik sehingga para pembaca akan tertarik membacanya walaupun ternyata kejadian yang terjadi di cerita itu hanya fiktif belaka yang sebenarnya malah terjadi di kehidupan nyata yang sedang kita jalankan sekarang ini.
Kalau
berbicara tentang sejarah, mitos, cerita rakyat dan pewayangan tersebut pasti
banyak sekali dari maling kundang, sampai Roro jonggrang yang sangat mustahil
akan terjadi, tapi disitu ada sebuah adegan yang sedang terjadi sekarang. Atau
sekarang adalah reka ulang dari cerita-cerita rakyat yang pernah di tuliskan
oleh para sastrawan-sastrawan. Disini, penulis akan sedikit berbicara tentang
sebuah cerita rakyat juga yang di bukukan oleh “Seno Gumira Ajidarma” yang
berjudul “Wisanggeni sang buronan”.
“ manusia itu bebas, atau ditentukan kodrat?
Dari dasar laut, wisanggeni sang buronan, menyerbu khayangan mencari jawab.
Seru seperti cerita silat,bijak seperti buku filsafat, ringan seperti hiburan” tulisan
belakang buku tersebut. Setelah itu, mulai petualangan dalam pembacaan
tersebut, mencari keseruan aksi silat, menelusuri kebijaksanaan, dan mendalami
hiburannya.
Dalam
buku di ceritakan bahwa wisanggeni ini adalah makhluk sakti yang hidup untuk
mencari sebuah jawaban atas kehidupannya. Diceritakan bahwa wisanggeni ini
adalah anak dari arjuna “pandawa” dan bidadari bernama dewi darsanala. Arjuna
ini di kisahkan sebagai seorang manusia biasa dan dewi darsanala ini adalah
bidadari khayangan yang berbeda kasta dengan manusia biasa. Sebelum pernikahan
itu terjadi para dewata telah menjanjikan dewi darsanala untuk dewasrani, anak
sulung pramoni. Tapi Karena kemenangan arjuna atas niwatakawaca, maka dewi
darsanala menjadi hadiah untuk arjuna. Ketika mendengar berita itu, pramoni ini
segera menuju suralaya dan bertanya kepada batara guru, batara guru memberikan
tiga jawaban atas itu.
1.
Bahwa arjuna pantas mendapatkan dewi
darsanala Karena jasanya menyelamatkan kahyangan atas ancaman niwatakawaca.
2.
Karena arjuna manusia biasa, maka ia
tidak boleh mendapatkan anak dari seorang bidadari, oleh karenanya perkawinan
itu tidak boleh menghasilkan anak.
3.
Perkawinan itu hanyalah untuk sementara,
Karena arjuna tidak mungkin tinggal di kahyangan selama-lamanya, ia harus
kembali ke rimba kamiaka mengikuti saudara-saudara pandawa yang berada dalam
pembuangan selama dua belas tahun.
Mendengar
peraturan dari batara guru, arjuna sangat tersinggung Karena sangat merendahkan
derajat kemanusiaan itu. Dan akhirnya arjuna dengan berani membiarkan dewi
darsanala mengandung dan malah melarikannya turun ke bumi.
Ketika
dewi darsanala ini melahirkan wisanggeni dalam tempat pertapaan hanuman, yang
waktu itu hanumanlah yang mengurus istri arjuna tersebut. Lahirlah wisanggeni,
tapi Karena paniknya hanuman tersebut dia segera meletakkan bayi tersebut di
luar pertapaan dan segera mencoba menolong dewi, ketika kembali ke tempat dewi,
dewi bertanya “dimana anakku?” maka dengan sigap segera dia melompat menuju
bayi tersebut, tapi setiba disana, ternyata bayi itu hilang, dengan penuh
amarah hanuman berpikir siapa kira-kira yang menculik bayi tersebut, dan jatuhlah
tersangka pada pramoni dari apa yang telah di jelaskan di atas. Segera dia
melompat dan menuju ke tempat tinggal si pramoni tersebut, belum sampai disana
hanuman bertemu dengan sri kresna dan berbicara tentang apa yang terjadi. Maka
waktu itu sri kresna menyuruh hanuman pulang dengan membawa pesan ke dewi
darsanala “pulanglah dan rawatlah dewi darsanala, katakan padanya sri kresna
bertanggung jawab atas keselamatan anaknya”. Maka hanuman pulang dan tidak jadi
menyerang pramoni.
Setelah
itu di ketahuilah bahwa yang menculik bayi tersebut adalah kakeknya sendiri
batara brahma, yang sangat kebingungan dan berkata-kata sendiri “kalua saja
para dewa menyadari, alangkah kelirunya keputusan tersebut, seberapa hinakah
bidadari menikahi manusia biasa. Siapakah yang mengangkat diri mereka menjadi
dewa? Aku tak mengerti, menahan waktu, betapa muskil. Mengingkari lahirnya bayi
ini, betapa tak bias dimengerti”. Maka dalam kebingungannya batara brahma pun
mengambil sikap “baiklah, kuserahkan dirimu pada takdir, cucuku, terimalah
bisaku, kalua mesti mati, matilah! Kalau harus hidup, hiduplah!” maka
digigitnya bayi itu bersama bisa barata brahma dan menjatuhkannya kedalam laut.
Yang konon bisa brahma itu sangat kuat. Yang ketika bayi itu jatuh kedalam
laut, maka ikan-ikan menemui ajalnya, tumbuhan laut semula indah mendadak layu
dan tak berwujud lagi, air laut menjadi merah dan bisa tersebut makin meluas,
melebar, dan mematikan segala kehidupan dalam laut. Tapi ajaibnya masih
tersebut masih hidup.
Ternyata
sang penguasa lautan merasakan itu dan segera menuju ke tkp, maka muncullah
sanghyang antaboga yang konon sangat di takuti oleh para dewa Karena
kesaktiaannya. Berwujud setengah manusia setengah ular. Dengan kesaktiaanya dia
menghentikan bisa tersebut dan laut menjadi tenang kembali. Dan dating pulang
batara baruna bertanya soal permasalahan ini. Maka di ketahuilah bahwa ini bisa
milik brahma. Tapi ternyata bisa itu tidak berbisa, kutipan dalam percakapannya
“jangan khawatir batara baruna, bisa ini memang membunuh ikan, tapi tidak
menyerang kita. Artinya batara brahma tidak bermaksud jahat, kalaupun bermaksud
jahat, maka bayi ini sudah mati”
Dan
segera hyang antaboga dan batara baruna menuju suralaya. Ketika sampai di
daratan, mereka disambut oleh sri kresna. Maka bertanyalah “ apakah maksud
semua ini sri kresna?” maka jawab sri kresna “kali ini para dewa berbuat
kesalahan, saudara-saudaraku yang bijak” maka disitulah kresna bercerita
panjang lebar tentang itu. “Sri kresna, jadi bayi tak bersalah ini berada dalam
bahaya bila para dewa mengetahuinya masih hidup?” tanya baruna “kurasa begitu,
mereka akan melenyapkannya, Karena merupakan symbol pemberontakan terhadap
kahyangan” balas sri kresna.
Maka
begitu marahnya hyang antaboga, dia pun berkata “bagaimanapun ia tidak bersalah,
arjuna tidak bersalah, para dewa yang terlalu jemawa dengan kedudukannya
sebagai pengatur dunia”, “batara brahma telah menitipkan padamu, kita akan
menentukan cerita ini” balas sri kresna. Maka hari itu hyang antaboga dan
batara baruna setuju untuk merawat bayi tersebut dan akan menjadikan bayi itu
sakti mandraguna.
“aku
bersedia, tapi siapa namanya sri kresna?” tanya mereka berdua
“biarlah
kita sebut saja seperti asal mula kejadiannya dilautan ini, wisanggeni, bisa
yang berapi”.
Disinilah
mulai cerita bayi yang di tolak oleh kahyangan, wisanggeni. Dia di didik oleh
batara baruna yang memberikan segala kemampuan yang dimiliki makhluk laut
sehingga wisanggeni dapat hidup di tanah dan di laut, dan sanghyang antaboga
yang memberikan kemampuan seekor ular yang setiap saat mampu bergerak didalam
tanah.dan banyak lagi yang tergabung dalam diri wisanggeni. Yang wajar ketika
dia tidak memiliki tandingan.
Suatu
hari wisanggeni bertemu dengan arjuna, sri kresna dan hanuman dalam
perjalanannya dan mendengar cerita tersebut. Dia hanya terdiam dan tiba-tiba
bertanya “ jadi para dewa menolak kehadiranku di dunia ini sri kresna yang
bijaksana?”, tampaknya begitu, mereka mengingkari kenyataan dirimu, mereka
merasa rendah mendapatkan keturunan dari seorang manusia biasa seperti arjuna”
jawab sri kresna. Maka dengan penuh amaran wisanggeni segera menuju angkasa
raya, tapi sebelum itu sri kresna mengatakan “engkau jangan lupa wisanggeni,
kau pun bagian dari takdir yang lebih besar”. “aku sadar batara wisnu, tapi
biarlah semua orang tahu bahwa kesalahan yang di sengaja tak akan lepas fari
karma, o betapa tak mungkin menolak peredaran semesta”
Menuju
angkasa raya tempat para dewa, wisanggeni bersama dengan hanuman. Ternyata di
kahyangan para dewa telah merasakan akan kehadiran wisanggeni dan begitu panik
akan hal itu, bahkan dewa yang terkenal banyak akal dan cerdas, mendadak
kehabisan akal untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka di utuslah para dewa
oleh hyang pramesti untuk menghentikan wisanggeni, tapi wisanggeni dapat mengatasi
semuanya dan segera menuju hyang pramesti.
Mengetahui
utusannya kalah, hyang pramesti batara guru yang agung dan paling berkuasa di
seluruh jagad pewayangan itu kini menciut jadi seorang buronan, dikejar-kejar
oleh orang yang dulu dijadikannya buronan.
Terus mengejar hyang pramesti, maka wisanggeni berkata “mau berlindung
kepada siapa kau manikmaya? Huahahaha” tapi barata guru melejit terus, menembus
atmosfer bumi, melesat di atas lautan, tapi dari balik mega telah muncul pula
wisanggeni. “taka da gunanya melawanku manikmaya. Kau telah lama meruntuhkan
dirimu sendiri” gertak wisanggeni lagi
Di
lain tempat seorang bapak, bernama bapak semar sedang bercakap dengan seekor
kutilang tentang tamu pak semar ini. Dan pagi itu segera menjadi malam akibat
wisanggeni dan hyang pramesti. “datanglah kemari, manikmaya. Kita selesaikan
segala persoalanmu” ujar semar kea rah matahari. “apakah yang terjadi
manikmaya?”
“aku
hanya ingin menjaga kemapanan peradaban ismaya kakakku” jawab hyang pramesti
“kau
telah memaksannya, manikmaya, dan itulah kesalahanmu” jawab semar
“salahkah
membunuh bibit yang tak dikehndaki dan bisa mengguncangkan keseimbangan dunia?”
“apakah
hakmu, manikmaya? Bibit itu memang menjadi kehidupan di luar kehendaknya, tapi
ketika ia telah menjadi dan mengada, ia punya hak tetap hidup dan tak ada
satupun yang bisa mengingkarinya” jawab semar
Kelahirannya
melanggar hokum dewa-dewa” balas hyang pramesti
“lantas
apa yang bisa kau perbuat?”
“dengan
begitu, bukankah sah membunuhnya?”
“maka
kau pun jadi pembunuhnya, dimana otakmu? Apalah arti hokum dewa-dewa kalau
ketika hokum ini di buat, persoalan semacam ini belum ada?”
“aku
tersinggung dengan perbuatan arjuna. Ia meruntuhkan kewibawaan para dewa”
“peraturanmu
tidak berperikemanusiaan manikmaya, bagaimana mungkin kau mengawinkan dengan
darsanala tapi melarangnya punya anak? Arjuna sebetulnya tidak pernah minta
hadiah. Arjuna adalah kesatria terpilih. Ia tahu dewa merasa derajatnya lebih
tinggi, dan ia tersinggun. Mengapa kau tidak memburu arjuna? Mengapa kau
memburu wisanggeni yang tidak bersalah sama sekali?”
“wisanggeni
tak punya tempat dalam dunia kita. Ia tak punya tempat dalam lakon kehidupan
kita”
“oladalah
manikmaya, apakah kau merasa tidak bersalah?”
“aku
mengaku kekhilafanku, tapi bagaimana meletakkan kehadiran wisanggeni? Aku hanya
menjalankan tugas diatur oleh pemberi hidup ini padaku. Rencananya sudah
kupahami dengan jelas, dan tak ada tempat bagi wisanggeni di situ”
“serahkan
pada wisnu, ia yang akan mengatur bagaimana bharatayudha berlangsung sesuai
dengan rencana”
“Tapi
wisanggeni tak terkalahkan”
“o,
manikmaya raja diraja jagad semesta, kemanakah akalmu yang bijak dan bestari.
Apakah kau gemetar dan lupa oleh kedudukanmu yang tinggi? Kesaktianmu bukanlah
segala-galanya di dunia ini”
“apakah
takdir? Wisanggeni berada di luar takdir”
“wisanggeni
adalah pelajaran bagimu, manikmaya. Ingatlah bahwa kau hanya menjalankan
kekuasaan, tapi sesungguhnya kau bukan penguasa. Sang penguasa sejati ada di
balik hidup kita. Ia tak terjangkau oleh pikiran dan angan-angan kita. Kita
hanya wayang yang dimainkan ki dalang. Janganlah takabbue dengan kekuasaanmu”
“aku
mengerti, tapi wisanggeni sudah tak bisa di ajak bicara”
Maka
bertemulah semar dengan wisanggeni.melihat wisanggeni maka semar berkata
“huahahaha, manikmaya, tidakkah kau merasa rendah minta perlindungan dari
seorang abdi yang majikannya kau anggap tak patut bersanding dengan dewa?”
“lupakanlah
dia, wisanggeni yang perkasa. Apa yang akan kau kehendaki sekarang?”
“aku
akan mengadilinya dan menuntutnya kakek”
“sabarlah
dulu kesatria. Kau berhadapan dengan yang telah dipercaya mengatur jagad ini”
“kedudukan
itu tak patut lagi untuknya. Ia harus digulingkan. Tidakkah ia lupa bahwa dewi
tara pun dikawinkan dengan monyet subali dan dewi tari dengan rahwana raja
raseksa? Aku tidak menganggap monyet atau raksasa lebih rendah, tapi apa
tujuannya ia menolakku hidup di dunia ini? Aku bukan batara kala yang menuntut
gelar kedewan meskipun aku berhak. Aku hanya ingin tahu asal-usulku. Apa
salahnya menengok ibuku? Kemampuan macam apakah yang dijaganya? Aku tidak
mengerti semua itu kakek?”
“wisanggeni
yang bijak, keluasaan pandanganmu lebih dari cukup untuk menjawab sendiri
pertanyaan semacam itu. Aku hanya petani yang bodoh. Sebagai petani aku hanya
tahu apa yang ada disekelilingku. Atau hanya sedih Karena kutilang ini tak bisa
meilhat matahari lagi. Aku prihatin Karena Bungan kuncup dan bumi terganggu”
Maka
wisanggeni terdiam dan melihat sekelilingnya maka berkatanya wisanggeni “aku
mengerti maksudmu kakek. Semoga kejadian semacam ini tidak terulang lagi” dan
wisanggeni pun pergi meninggalkan semar dan hyang pramesti Karena dia tahu akan
kemana dia pergi.
Itu
mungkin sedikit yang dapat di ceritakan kembali Karena setelah itu masih banyak
perjalan bijak seorang wisanggeni bertemu dengan sri kresna lagi dan bertemu
dengan dewi darsanala dalam pencariannya. Pelajaran apa yang bisa ambil dari
sini adalah kenyataan yang sedang terjadi. Bahwa pemimpin-pemimpin sekarang
menganggap dirinya dewa dengan kasta yang melihat masyarakat biasa berbeda. Dan
bagaimana wisanggeni hanya ingin mengetahui asal usulnya tapi malah di buruh
oleh para dewa. Yang sama seperti apakah masyarakat kecil tidak memiliki hak
makan enak seperti para mereka orang kaya “para dewa”. Ketika masyarakat kecil
berteriak bahwa “kami minta keadilan dan kesetaraan”, para dewa berteriak
“kalian tidak bisa mendapatkan itu, Karena kalian beda kelas dengan kami” dan
ketika hyang pramesti mengatakan akan menjaga kemapaman peradaban, seolah para
penguasa itu memiliki kemapanan yang berbeda.
Dan
dalam percakapan “o, manikmaya raja
diraja jagad semesta, kemanakah akalmu yang bijak dan bestari. Apakah kau
gemetar dan lupa oleh kedudukanmu yang tinggi? Kesaktianmu bukanlah
segala-galanya di dunia ini” ini umpama yang pantas untuk seorang pemimpin
Indonesia bahwa ketika ada permalasahan dia harus benar-benar bijak dalam
mengambil keputusan dan tidak memihak kepada pihak yang bayar.
Buku Wisanggeni sang buronan |
Dan
dalam percakapan semar dan hyang pramesti juga “wisanggeni adalah pelajaran bagimu, manikmaya. Ingatlah bahwa kau
hanya menjalankan kekuasaan, tapi sesungguhnya kau bukan penguasa. Sang
penguasa sejati ada di balik hidup kita. Ia tak terjangkau oleh pikiran dan
angan-angan kita. Kita hanya wayang yang dimainkan ki dalang. Janganlah takabbur
dengan kekuasaanmu”. Sudah sangat jelas bahwa pemimpin hanya di beri tanggung jawab untuk
mengatur alam ini, dan sang penguasa sesungguhnya lah yang maha benar dan
memiliki kebenaran. kita sebagai khilafah di dunia ini hanya selalu menimbulkan
pembenaran yang kita katakan sebagai kebenaran.
Tapi itulah pemimpin, akhirnya hyang pramesti
mengakui kesalahannya akan apa yang telah ia lakukan. Karena ketika seorang
pemimpin Indonesia selalu merasa dirinya benar dia akan lupa dengan penguasa
sesungguhnya dan merasa dirinya adalah dewa pengatur alam Indonesia ini.
Kalau
di analogikan hyang pramesti ini sebagai pemimpin-pemimpin dan wisanggeni
sebagai para masyarakat yang melawan penindasan dan ketidakadilan. Mereka
menuntut hak mereka, hanya selalu dihadang oleh kebijakan-kebijakan yang
sebenarnya sangat tidak masuk akal. Walaupun itu penulis yakin bahwa dalam
pembuatan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat, masih banyak pembuat
kebijakan yang dalam lubuk hatinya menolak itu. Karena sesungguhnya
sejahat-jahatnya pencuri dan pembunuh dalam hatinya yang paling dalam dia
mengakui yang dia lakukan sebagai kesalahan. Disinilah kita dilihatkan bahwa
diatas langit masih ada langit. Diatas kesaktian hyang pramesti batara guru,
ternyata masih ada wisanggeni yang lebih sakti lagi.
Mungkin
segitu saja yang dapat dipaparkan, ketika ingin lebih memahaminya lagi, sangat
disarankan untuk membaca buku dari seno gumira ini, seperti apa yang
disampaikan di cover belakang bukunya “seru seperti cerita silat, bijak seperti
buku filsafat, ringan seperti hiburan” Mari Berproses bersama. Dan
Bijaksanalah! Terima Kasih!
Sumber
: Wisanggeni sang buronan oleh Seno Gumira Ajidarma
21.30
WIB, 6 November 2016 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar