Wisanggeni dan Rakyat - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Rabu, 09 November 2016

Wisanggeni dan Rakyat

Indonesia adalah negara dengan berbagai sejarah dan mitos yang dibuat oleh rakyat. cerita ini dibuat untuk alasan menghibur masyarakat ataupun melawan segala bentuk ketidakadilan dan penindasan yang dibungkus dengan indah dan sangat menarik sehingga para pembaca akan tertarik membacanya walaupun ternyata kejadian yang terjadi di cerita itu hanya fiktif belaka yang sebenarnya malah terjadi di kehidupan nyata yang sedang kita jalankan sekarang ini.
Kalau berbicara tentang sejarah, mitos, cerita rakyat dan pewayangan tersebut pasti banyak sekali dari maling kundang, sampai Roro jonggrang yang sangat mustahil akan terjadi, tapi disitu ada sebuah adegan yang sedang terjadi sekarang. Atau sekarang adalah reka ulang dari cerita-cerita rakyat yang pernah di tuliskan oleh para sastrawan-sastrawan. Disini, penulis akan sedikit berbicara tentang sebuah cerita rakyat juga yang di bukukan oleh “Seno Gumira Ajidarma” yang berjudul “Wisanggeni sang buronan”.
 “ manusia itu bebas, atau ditentukan kodrat? Dari dasar laut, wisanggeni sang buronan, menyerbu khayangan mencari jawab. Seru seperti cerita silat,bijak seperti buku filsafat, ringan seperti hiburan” tulisan belakang buku tersebut. Setelah itu, mulai petualangan dalam pembacaan tersebut, mencari keseruan aksi silat, menelusuri kebijaksanaan, dan mendalami hiburannya.


Dalam buku di ceritakan bahwa wisanggeni ini adalah makhluk sakti yang hidup untuk mencari sebuah jawaban atas kehidupannya. Diceritakan bahwa wisanggeni ini adalah anak dari arjuna “pandawa” dan bidadari bernama dewi darsanala. Arjuna ini di kisahkan sebagai seorang manusia biasa dan dewi darsanala ini adalah bidadari khayangan yang berbeda kasta dengan manusia biasa. Sebelum pernikahan itu terjadi para dewata telah menjanjikan dewi darsanala untuk dewasrani, anak sulung pramoni. Tapi Karena kemenangan arjuna atas niwatakawaca, maka dewi darsanala menjadi hadiah untuk arjuna. Ketika mendengar berita itu, pramoni ini segera menuju suralaya dan bertanya kepada batara guru, batara guru memberikan tiga jawaban atas itu.
1.       Bahwa arjuna pantas mendapatkan dewi darsanala Karena jasanya menyelamatkan kahyangan atas ancaman niwatakawaca.
2.       Karena arjuna manusia biasa, maka ia tidak boleh mendapatkan anak dari seorang bidadari, oleh karenanya perkawinan itu tidak boleh menghasilkan anak.
3.       Perkawinan itu hanyalah untuk sementara, Karena arjuna tidak mungkin tinggal di kahyangan selama-lamanya, ia harus kembali ke rimba kamiaka mengikuti saudara-saudara pandawa yang berada dalam pembuangan selama dua belas tahun.
Mendengar peraturan dari batara guru, arjuna sangat tersinggung Karena sangat merendahkan derajat kemanusiaan itu. Dan akhirnya arjuna dengan berani membiarkan dewi darsanala mengandung dan malah melarikannya turun ke bumi.
Ketika dewi darsanala ini melahirkan wisanggeni dalam tempat pertapaan hanuman, yang waktu itu hanumanlah yang mengurus istri arjuna tersebut. Lahirlah wisanggeni, tapi Karena paniknya hanuman tersebut dia segera meletakkan bayi tersebut di luar pertapaan dan segera mencoba menolong dewi, ketika kembali ke tempat dewi, dewi bertanya “dimana anakku?” maka dengan sigap segera dia melompat menuju bayi tersebut, tapi setiba disana, ternyata bayi itu hilang, dengan penuh amarah hanuman berpikir siapa kira-kira yang menculik bayi tersebut, dan jatuhlah tersangka pada pramoni dari apa yang telah di jelaskan di atas. Segera dia melompat dan menuju ke tempat tinggal si pramoni tersebut, belum sampai disana hanuman bertemu dengan sri kresna dan berbicara tentang apa yang terjadi. Maka waktu itu sri kresna menyuruh hanuman pulang dengan membawa pesan ke dewi darsanala “pulanglah dan rawatlah dewi darsanala, katakan padanya sri kresna bertanggung jawab atas keselamatan anaknya”. Maka hanuman pulang dan tidak jadi menyerang pramoni.
Setelah itu di ketahuilah bahwa yang menculik bayi tersebut adalah kakeknya sendiri batara brahma, yang sangat kebingungan dan berkata-kata sendiri “kalua saja para dewa menyadari, alangkah kelirunya keputusan tersebut, seberapa hinakah bidadari menikahi manusia biasa. Siapakah yang mengangkat diri mereka menjadi dewa? Aku tak mengerti, menahan waktu, betapa muskil. Mengingkari lahirnya bayi ini, betapa tak bias dimengerti”. Maka dalam kebingungannya batara brahma pun mengambil sikap “baiklah, kuserahkan dirimu pada takdir, cucuku, terimalah bisaku, kalua mesti mati, matilah! Kalau harus hidup, hiduplah!” maka digigitnya bayi itu bersama bisa barata brahma dan menjatuhkannya kedalam laut. Yang konon bisa brahma itu sangat kuat. Yang ketika bayi itu jatuh kedalam laut, maka ikan-ikan menemui ajalnya, tumbuhan laut semula indah mendadak layu dan tak berwujud lagi, air laut menjadi merah dan bisa tersebut makin meluas, melebar, dan mematikan segala kehidupan dalam laut. Tapi ajaibnya masih tersebut masih hidup.
Ternyata sang penguasa lautan merasakan itu dan segera menuju ke tkp, maka muncullah sanghyang antaboga yang konon sangat di takuti oleh para dewa Karena kesaktiaannya. Berwujud setengah manusia setengah ular. Dengan kesaktiaanya dia menghentikan bisa tersebut dan laut menjadi tenang kembali. Dan dating pulang batara baruna bertanya soal permasalahan ini. Maka di ketahuilah bahwa ini bisa milik brahma. Tapi ternyata bisa itu tidak berbisa, kutipan dalam percakapannya “jangan khawatir batara baruna, bisa ini memang membunuh ikan, tapi tidak menyerang kita. Artinya batara brahma tidak bermaksud jahat, kalaupun bermaksud jahat, maka bayi ini sudah mati”
Dan segera hyang antaboga dan batara baruna menuju suralaya. Ketika sampai di daratan, mereka disambut oleh sri kresna. Maka bertanyalah “ apakah maksud semua ini sri kresna?” maka jawab sri kresna “kali ini para dewa berbuat kesalahan, saudara-saudaraku yang bijak” maka disitulah kresna bercerita panjang lebar tentang itu. “Sri kresna, jadi bayi tak bersalah ini berada dalam bahaya bila para dewa mengetahuinya masih hidup?” tanya baruna “kurasa begitu, mereka akan melenyapkannya, Karena merupakan symbol pemberontakan terhadap kahyangan” balas sri kresna.
Maka begitu marahnya hyang antaboga, dia pun berkata “bagaimanapun ia tidak bersalah, arjuna tidak bersalah, para dewa yang terlalu jemawa dengan kedudukannya sebagai pengatur dunia”, “batara brahma telah menitipkan padamu, kita akan menentukan cerita ini” balas sri kresna. Maka hari itu hyang antaboga dan batara baruna setuju untuk merawat bayi tersebut dan akan menjadikan bayi itu sakti mandraguna.
“aku bersedia, tapi siapa namanya sri kresna?” tanya mereka berdua
“biarlah kita sebut saja seperti asal mula kejadiannya dilautan ini, wisanggeni, bisa yang berapi”.
Disinilah mulai cerita bayi yang di tolak oleh kahyangan, wisanggeni. Dia di didik oleh batara baruna yang memberikan segala kemampuan yang dimiliki makhluk laut sehingga wisanggeni dapat hidup di tanah dan di laut, dan sanghyang antaboga yang memberikan kemampuan seekor ular yang setiap saat mampu bergerak didalam tanah.dan banyak lagi yang tergabung dalam diri wisanggeni. Yang wajar ketika dia tidak memiliki tandingan.
Suatu hari wisanggeni bertemu dengan arjuna, sri kresna dan hanuman dalam perjalanannya dan mendengar cerita tersebut. Dia hanya terdiam dan tiba-tiba bertanya “ jadi para dewa menolak kehadiranku di dunia ini sri kresna yang bijaksana?”, tampaknya begitu, mereka mengingkari kenyataan dirimu, mereka merasa rendah mendapatkan keturunan dari seorang manusia biasa seperti arjuna” jawab sri kresna. Maka dengan penuh amaran wisanggeni segera menuju angkasa raya, tapi sebelum itu sri kresna mengatakan “engkau jangan lupa wisanggeni, kau pun bagian dari takdir yang lebih besar”. “aku sadar batara wisnu, tapi biarlah semua orang tahu bahwa kesalahan yang di sengaja tak akan lepas fari karma, o betapa tak mungkin menolak peredaran semesta”
Menuju angkasa raya tempat para dewa, wisanggeni bersama dengan hanuman. Ternyata di kahyangan para dewa telah merasakan akan kehadiran wisanggeni dan begitu panik akan hal itu, bahkan dewa yang terkenal banyak akal dan cerdas, mendadak kehabisan akal untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka di utuslah para dewa oleh hyang pramesti untuk menghentikan wisanggeni, tapi wisanggeni dapat mengatasi semuanya dan segera menuju hyang pramesti.
Mengetahui utusannya kalah, hyang pramesti batara guru yang agung dan paling berkuasa di seluruh jagad pewayangan itu kini menciut jadi seorang buronan, dikejar-kejar oleh orang yang dulu dijadikannya buronan.  Terus mengejar hyang pramesti, maka wisanggeni berkata “mau berlindung kepada siapa kau manikmaya? Huahahaha” tapi barata guru melejit terus, menembus atmosfer bumi, melesat di atas lautan, tapi dari balik mega telah muncul pula wisanggeni. “taka da gunanya melawanku manikmaya. Kau telah lama meruntuhkan dirimu sendiri” gertak wisanggeni lagi
Di lain tempat seorang bapak, bernama bapak semar sedang bercakap dengan seekor kutilang tentang tamu pak semar ini. Dan pagi itu segera menjadi malam akibat wisanggeni dan hyang pramesti. “datanglah kemari, manikmaya. Kita selesaikan segala persoalanmu” ujar semar kea rah matahari. “apakah yang terjadi manikmaya?”
“aku hanya ingin menjaga kemapanan peradaban ismaya kakakku” jawab hyang pramesti
“kau telah memaksannya, manikmaya, dan itulah kesalahanmu” jawab semar
“salahkah membunuh bibit yang tak dikehndaki dan bisa mengguncangkan keseimbangan dunia?”
“apakah hakmu, manikmaya? Bibit itu memang menjadi kehidupan di luar kehendaknya, tapi ketika ia telah menjadi dan mengada, ia punya hak tetap hidup dan tak ada satupun yang bisa mengingkarinya” jawab semar
Kelahirannya melanggar hokum dewa-dewa” balas hyang pramesti
“lantas apa yang bisa kau perbuat?”
“dengan begitu, bukankah sah membunuhnya?”
“maka kau pun jadi pembunuhnya, dimana otakmu? Apalah arti hokum dewa-dewa kalau ketika hokum ini di buat, persoalan semacam ini belum ada?”
“aku tersinggung dengan perbuatan arjuna. Ia meruntuhkan kewibawaan para dewa”
“peraturanmu tidak berperikemanusiaan manikmaya, bagaimana mungkin kau mengawinkan dengan darsanala tapi melarangnya punya anak? Arjuna sebetulnya tidak pernah minta hadiah. Arjuna adalah kesatria terpilih. Ia tahu dewa merasa derajatnya lebih tinggi, dan ia tersinggun. Mengapa kau tidak memburu arjuna? Mengapa kau memburu wisanggeni yang tidak bersalah sama sekali?”
“wisanggeni tak punya tempat dalam dunia kita. Ia tak punya tempat dalam lakon kehidupan kita”
“oladalah manikmaya, apakah kau merasa tidak bersalah?”
“aku mengaku kekhilafanku, tapi bagaimana meletakkan kehadiran wisanggeni? Aku hanya menjalankan tugas diatur oleh pemberi hidup ini padaku. Rencananya sudah kupahami dengan jelas, dan tak ada tempat bagi wisanggeni di situ”
“serahkan pada wisnu, ia yang akan mengatur bagaimana bharatayudha berlangsung sesuai dengan rencana”
“Tapi wisanggeni tak terkalahkan”
“o, manikmaya raja diraja jagad semesta, kemanakah akalmu yang bijak dan bestari. Apakah kau gemetar dan lupa oleh kedudukanmu yang tinggi? Kesaktianmu bukanlah segala-galanya di dunia ini”
“apakah takdir? Wisanggeni berada di luar takdir”
“wisanggeni adalah pelajaran bagimu, manikmaya. Ingatlah bahwa kau hanya menjalankan kekuasaan, tapi sesungguhnya kau bukan penguasa. Sang penguasa sejati ada di balik hidup kita. Ia tak terjangkau oleh pikiran dan angan-angan kita. Kita hanya wayang yang dimainkan ki dalang. Janganlah takabbue dengan kekuasaanmu”
“aku mengerti, tapi wisanggeni sudah tak bisa di ajak bicara”
Maka bertemulah semar dengan wisanggeni.melihat wisanggeni maka semar berkata “huahahaha, manikmaya, tidakkah kau merasa rendah minta perlindungan dari seorang abdi yang majikannya kau anggap tak patut bersanding dengan dewa?”
“lupakanlah dia, wisanggeni yang perkasa. Apa yang akan kau kehendaki sekarang?”
“aku akan mengadilinya dan menuntutnya kakek”
“sabarlah dulu kesatria. Kau berhadapan dengan yang telah dipercaya mengatur jagad ini”
“kedudukan itu tak patut lagi untuknya. Ia harus digulingkan. Tidakkah ia lupa bahwa dewi tara pun dikawinkan dengan monyet subali dan dewi tari dengan rahwana raja raseksa? Aku tidak menganggap monyet atau raksasa lebih rendah, tapi apa tujuannya ia menolakku hidup di dunia ini? Aku bukan batara kala yang menuntut gelar kedewan meskipun aku berhak. Aku hanya ingin tahu asal-usulku. Apa salahnya menengok ibuku? Kemampuan macam apakah yang dijaganya? Aku tidak mengerti semua itu kakek?”
“wisanggeni yang bijak, keluasaan pandanganmu lebih dari cukup untuk menjawab sendiri pertanyaan semacam itu. Aku hanya petani yang bodoh. Sebagai petani aku hanya tahu apa yang ada disekelilingku. Atau hanya sedih Karena kutilang ini tak bisa meilhat matahari lagi. Aku prihatin Karena Bungan kuncup dan bumi terganggu”
Maka wisanggeni terdiam dan melihat sekelilingnya maka berkatanya wisanggeni “aku mengerti maksudmu kakek. Semoga kejadian semacam ini tidak terulang lagi” dan wisanggeni pun pergi meninggalkan semar dan hyang pramesti Karena dia tahu akan kemana dia pergi.
Itu mungkin sedikit yang dapat di ceritakan kembali Karena setelah itu masih banyak perjalan bijak seorang wisanggeni bertemu dengan sri kresna lagi dan bertemu dengan dewi darsanala dalam pencariannya. Pelajaran apa yang bisa ambil dari sini adalah kenyataan yang sedang terjadi. Bahwa pemimpin-pemimpin sekarang menganggap dirinya dewa dengan kasta yang melihat masyarakat biasa berbeda. Dan bagaimana wisanggeni hanya ingin mengetahui asal usulnya tapi malah di buruh oleh para dewa. Yang sama seperti apakah masyarakat kecil tidak memiliki hak makan enak seperti para mereka orang kaya “para dewa”. Ketika masyarakat kecil berteriak bahwa “kami minta keadilan dan kesetaraan”, para dewa berteriak “kalian tidak bisa mendapatkan itu, Karena kalian beda kelas dengan kami” dan ketika hyang pramesti mengatakan akan menjaga kemapaman peradaban, seolah para penguasa itu memiliki kemapanan yang berbeda.
Dan dalam percakapan “o, manikmaya raja diraja jagad semesta, kemanakah akalmu yang bijak dan bestari. Apakah kau gemetar dan lupa oleh kedudukanmu yang tinggi? Kesaktianmu bukanlah segala-galanya di dunia ini” ini umpama yang pantas untuk seorang pemimpin Indonesia bahwa ketika ada permalasahan dia harus benar-benar bijak dalam mengambil keputusan dan tidak memihak kepada pihak yang bayar.
Buku Wisanggeni sang buronan
Dan dalam percakapan semar dan hyang pramesti juga “wisanggeni adalah pelajaran bagimu, manikmaya. Ingatlah bahwa kau hanya menjalankan kekuasaan, tapi sesungguhnya kau bukan penguasa. Sang penguasa sejati ada di balik hidup kita. Ia tak terjangkau oleh pikiran dan angan-angan kita. Kita hanya wayang yang dimainkan ki dalang. Janganlah takabbur dengan kekuasaanmu”. Sudah sangat jelas bahwa  pemimpin hanya di beri tanggung jawab untuk mengatur alam ini, dan sang penguasa sesungguhnya lah yang maha benar dan memiliki kebenaran. kita sebagai khilafah di dunia ini hanya selalu menimbulkan pembenaran yang kita katakan sebagai kebenaran.
 Tapi itulah pemimpin, akhirnya hyang pramesti mengakui kesalahannya akan apa yang telah ia lakukan. Karena ketika seorang pemimpin Indonesia selalu merasa dirinya benar dia akan lupa dengan penguasa sesungguhnya dan merasa dirinya adalah dewa pengatur alam Indonesia ini.
Kalau di analogikan hyang pramesti ini sebagai pemimpin-pemimpin dan wisanggeni sebagai para masyarakat yang melawan penindasan dan ketidakadilan. Mereka menuntut hak mereka, hanya selalu dihadang oleh kebijakan-kebijakan yang sebenarnya sangat tidak masuk akal. Walaupun itu penulis yakin bahwa dalam pembuatan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat, masih banyak pembuat kebijakan yang dalam lubuk hatinya menolak itu. Karena sesungguhnya sejahat-jahatnya pencuri dan pembunuh dalam hatinya yang paling dalam dia mengakui yang dia lakukan sebagai kesalahan. Disinilah kita dilihatkan bahwa diatas langit masih ada langit. Diatas kesaktian hyang pramesti batara guru, ternyata masih ada wisanggeni yang lebih sakti lagi.
Mungkin segitu saja yang dapat dipaparkan, ketika ingin lebih memahaminya lagi, sangat disarankan untuk membaca buku dari seno gumira ini, seperti apa yang disampaikan di cover belakang bukunya “seru seperti cerita silat, bijak seperti buku filsafat, ringan seperti hiburan” Mari Berproses bersama. Dan Bijaksanalah! Terima Kasih!

Sumber : Wisanggeni sang buronan oleh Seno Gumira Ajidarma
21.30 WIB, 6 November 2016 M


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here