Izinkan ku mencintaimu
dalam senyum yang diam-diam
Izinkan ku mencintaimu
dalam tawa yang sembunyi-sembunyi
Izinkan ku mencintaimu
dalam tangis yang penuh kesedihan
Kalau mencintaimu
adalah senyum yang harus kupaksakan
Maka aku akan tersenyum
terus dalam paksa
Kalau mencintaimu
adalah tawa orang-orang
Maka aku bersedia
menjadi bahan ketawaan orang-orang
Tapi kalau mencintaimu
adalah tangis air matamu
Maka aku lebih memilih
untuk tidak mencintaimu
Karena mencintaimu
hanya membuatmu meneteskan air mata
Yang seharusnya bukan untukku air mata itu kau
teteskan
Kau itu bagai senja di
sore hari
Begitu indah dan
menenangkan jiwa
Tapi ketika malam tiba
Kau tak ada lagi, kau
bukan milikku lagi
Kau bagai tumbuhan
bagiku
Dan aku adalah matahari
yang harus selalu memberi cahaya untukmu tetap hidup
Tapi ternyata aku bukan
mataharimu
Karena ka memilih
cahaya lain yang lebih dariku
Maka apabila cahaya itu
tak memberimu kehidupan lagi
\maka cahaya ini masih
kusimpan dengan baik
Kalaupun kau tak
membutuhkan cahayaku
Maka ya aku bisa apa
Karena sejatinya
keserasian itu terjadi ketika keinginan dan kebutuhan berjalan berdampingan
Kau bagaikan bumi
bagiku
Kuiingin menjadi
pelangi yang hadir setelah hujan deras yang membasahi bumi
Tapi ternyata ku hanya
tak lebih dari awan hitam
Bahkan menjadi hujanpun
aku tak pantas
Apalagi bermimpin
menjadi pelangi yang memberi warna dalam hidupmu
Maka sudahlah
Maka usailah
Ku tak berani lagi
bermimpi
Ku tak berani lagi
berjuang
Karena kurasa semua
sia-sia
Menjadi matahari yang
tak di harapkan tumbuhan
Menjadi awan yang tak
di harapkan bumi
Nur
Fahmi Nur
Ahad,
25 Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar