Perkenalkan
saya bagas, saya adalah mahasiswa tingkat akhir di sala satu universitas
negeri. Kehidupan menjadi mahasiswa adalah salah satu bagian kehidupan yang
tidak akan pernah bisa saya lupakan, karena pada titik inilah saya mendapat
sesuatu yang selama ini saya cari-cari. Jati diri dan hakekat kenapa manusia
itu hadir di dunia ini. Ya memang jelas dikatakan bahwa kita di ciptakan oleh
Allah SWT untuk beribadah, Tapi apakah hanya beribadah? Sholat, Puasa,
Berdzikir, dan hubungan-hubungan vertikal terus yang dilakukan? Tentu tidak,
menurutku sih. Karena kita adalah khalifah di muka bumi, ya jelas dong
pemimpin, memang di kira pemimpin Cuma tinggal di masjid saja berdoa supaya
rakyatnya sejahtera, kan tidak. Itulah yang akan kuceritakan, cerita panjang
perjalananku menjadi manusia islam akhir zaman.
“yoi,
mau tobat aku ded” jawabku. Karena melihat mukaku yang sedikit lemas dan sedih,
dedi segera menyambar “yaelah gas, kamu mau tobat kok kayak lemas gitu? Gak
ikhlas ya tobatnya?” tambahnya. Aku bukan tidak ikhlas tapi proses perjalan
menuju itu yang pasti sangat susah dengan latar belakang kehidupan kelamku di
kala masih di duduk di bangku sekolah. “gak kok ded, semangat kok. Aku Cuma
lapar aja ini” balasku. “hahaha, lapar toh, bilang dong ayo makan lah daripada
kamu pingsan disini karena kelaparan kan” tambah dedi lagi sambil merangkulku
dan mengajakku ke kantin. Kami berdua pun berjalan ke kantin. Sebelum sampai di
kantin, dedi menambah kata-katanya lagi “ ingat sob, manusia akhir zaman kayak
kita ini istimewa loh”, “maksudmu? Manusia Akhir Zaman?” tanyaku bingung. Tapi
dedi tidak menjawab dan hanya tertawa saja sampai kami tiba di kantin. Selepas
itu kata-kata manusia akhir zaman terus berputar di kepalaku, seolah menjadi
racun kuat.
Dulu
waktu masih sekolah, aku bukan anak yang baik-baik. Ikut tawuran, malakin anak
orang, bolos sekolah dan yang paling sering adalah keluar masuk ruang BK. Entah
apa yang waktu itu ada di kepalaku, tapi kehidupan kala itu begitu menyenangkan
dan membahagiakan menurutku. Sampai pada titik aku harus memutar balik dan
tidak bisa begini-begini saja. Kakakku yang pergi selamanya karenaku itu
membuatku berpikir bahwa hidup bukan sekedar bangun, makan, senang-senang dan
kembali tidur lagi. Kakakku meninggal karena di serang oleh preman, kala itu akulah
yang sebenarnya harus pergi dari bumi ini, tapi kakakku menolong dan melawan
mereka tapi apa daya kekuatan dan jumlah yang tidak sebanding akhirnya
menjatuhkan korban, kakakku itulah korbannya. Akupun di kejar oleh
preman-preman itu karena ternyata adik dari sala satu preman itu telah ku pukul
dan ku mintai uangnya. Cerita yang tragis dan selalu menjadi mimpi buruk
bagiku. Bagaimana tidak, aku melihat sendiri jasad kakakku sudah tidak bernyawa
lagi hanya karena kelakuan nakalku itu. Walaupun itu sudah di akhir sekolahku,
tapi tidak ada kata terlambat di bangku kuliahku ini, aku harus berbenah dan
memperbaiki sesuatu yang sudah kurusak sendiri. Aku harus tobat!
Perjalananku
di bangku kuliahpun penuh lika liku. Karena terlalu seringnya jadwal kajian
yang selalu bertabrakan dengan kuliahku membuatku memutuskan untuk memilih
kuliahku. Tidak menyerah sampai di situ, kalau peribahasa mengatakan banyak
jalan menuju roma, maka akupun begitu, banyak kajian menuju tobat. Akhirnya ku
putuskan untuk mengikuti sala satu organisasi kemahasiswaan yang membahas
tentang agama. Tapi namanya organisasi kemahasiswaan ya begitu, ikut turun
kejalan, aksi dan demonstrasi adalah sala satu solusi. Tapi aku tidak menyukai
itu, sebenarnya aku sangat ingin untuk ikut turun ke jalan, tapi dengan sifatku
yang gampang panas ini menjadi bumerang bagiku. Aku ingin tobat pokoknya itulah
yang di kepalaku. Rutinitas baruku pun terbentuk. Sholat jamaah di masjid dan
balik kerumah kalau mau tidur atau mandi dan segala macamnya. Hidupku di masjid
terus, berdoa, berdzikir.
Siang
kala itu ketika aku dan teman-teman kelas lagi kerja kelompok di lobby
fakultas, datang segerombolan mahasiswa lengkap dengan pengikat kepala
bertuliskan “Merdeka”, bambu yang di ujungnya di ikat bendera negara begitu pula
dengan bendera organisasi, di tangan sala satu mahasiswa memegang kertas
bertuliskan “Negara sudah gawat”, dan satu pemimpin tersebut memegang megaphone
dan berbicara lewat benda itu “ayoo mahasiswa, kita buktikan kalau kita adalah agen of change kita berdiri bersama
rakyat” teriak pemimpin gerombolan tadi. Ternyata sala satu dari gerombolan itu
ada teman organisasiku juga, dan menghampiri dan mengajakku untuk bergabung
“ayoo gas gabung, rakyat memanggil kita” katanya, “aku gak ikutan kalau gini-ginian,
kita kan bisa minta kepada Allah untuk menyelesaikan semua ini” jawabku cepat.
“hah? Kamu kira dunia ini bisa berubah begitu saja gas?” balasnya agak tinggi,
terlihat dari pandangannya di sedikit tersinggung atas apa yang ku katakan.
“Kun Fayakun, sob. Jadilah Maka Jadilah” jawabku dengan nada yang rendah.
“Al-Quran itu ada untuk petunjuk boy, Hadits untuk memperjelas itu semua, dan
yang belum jelas mari kita kaji bersama-sama. Terus kenapa Allah itu berfirman
bahwa Dia tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum orang itu yang merubahnya
sendiri?”jawab dia lagi dengan kali ini dengan nada yang rendah tapi penuh
ketegasan yang terpancar dengan penekanan kata-kata dan matanya. Belum sempat
menjawab dia langsung pergi meninggalkanku begitu saja. Kembali sesuatu
berputar lagi di kepalaku.
Tidak
terasa 2 semester sudah ku lewati, semester 3 ini menjadi awal yang cukup
menyedihkan, ternyata kawanku dedi harus berhenti dari kuliahnya untuk bekerja
menggantikan kakaknya di kampung untuk membiaya kakak ipar dan 3 anaknya.
Kakaknya meninggal karena kecelakan pada saat dia bekerja. Di akhir pertemuanku
dengan dedi, dia Cuma berpesan sedikit saja “Boy, Jadilah Manusia Islam Akhir
Zaman yan terbaik” kata dedi. Cuma itu saja, tapi itulah yang membuatku tau
hakikat manusia beribadah Sang Pecipta.
Sore
itu, ternyata aku ketiduran dan buru-buru ke kelas, ternyata dosennya sudah
masuk 25 menit yang lalu. Ketika aku masuk kedalam kelas, dosen menyuruhku
keluar karena terlambat “kamu tutup pintunya” kata dosenku. Aku berjalan menuju
pintu dan menutup pintunya belum sampai tertutup pintunya beliau kembali
berkata “eeh, tutup pintunya dari luar tapi. .” tambahnya. Tapi itu bukan
menjadi penyesalan karena setelah tidak masuk kelas aku memilih untuk ikut
kajian sore itu. Malah itulah titik yang selamanya di cari dan berputar di kepalaku.
Manusia Islam Akhir Zaman!
Ternyata
maksudnya itu aku dan seluruh manusia yang tinggal disini, yang memiliki
keimanan yang kuat. Kenapa kuat? Karena kenyataannya kami hidup setelah sang
Rasulullah SAW dan Membaca dan beriman kepada Al-Quran itu sendiri. Sedangkan
yang hidup di zaman Rasulullah pasti sangat mudah karena selalu di dampingi
bahkan arah-arahan dalam menghadapi permasahalah duniawi. Mungkin memang aku
salah memahami arti dari sebuah keimanan. Karena siapa yang bisa memberi label
haram atau halal pada HP, ketika HP bisa memberi manfaat tapi juga memberi
banyak sekali kemudhoratan. Ya begitulah dalam proses pembacaan Al-quran
disitulah kita memahami Apa yang diinginkan oleh Sang Pemilik Alam Semesta ini.
Kita beribadah bukan sekedar beribadah, Arti Kata Iqra dalam AL-Quran bukan
sekedar kita disuruh membaca Al-Quran saja tapi untuk membaca semuanya, buku,
kejadian Alam, sampai situasi dan keadaan di sekitar kita. Juga firman tentang
Mengubah nasib itu yang sangat jelas mewajibkan kita untuk berusaha dan tidak
hanya pasrah, tapi tidak juga sombong dan lupa ketika mendapat hasil yang baik.
Ikhtiar dan Tawakkal kata Dedi kala itu. Dan juga Ayat Allah tentang Pemimpin
di bumi itu. Akhirnya aku paham apa yang mau disampaikan kakak dedi kepada dedi
dan sampai kepadaku. Selepas dari Sholat isya aku berjalan dan keluar dari
masjid dan tersenyum, “Manusia Islam Akhir Zaman yan terbaik ya? Hehe” kataku
sendiri sambil berjalan menuju parkiran motor. Hari itu mengubah hidupku dan
cara pandangku akan hakikat manusia di ciptakan.
Dari
malam itu kuputuskan untuk lebih memperbaiki diri dan lebih terbuka tapi tetap
selektif karena zaman yang serba modern ini dengan banyak paham, apabila tidak
selektif sangat bisa untuk terbawa arusnya. Dari akhirnya aku ikut bergabung
dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa Jurusan, sampai menjadi Orator dalam
Aksi Demonstrasi di jalan, menurutku turun kejalan ini adalah sala satu cara
kita sebagai pemimpin ketika melihat kedzholiman, dan cara kita mengubah nasib
kita seperti apa yang di Janjikan oleh Allah SWT itu sendiri.
Mau
dia anak-anak, pemuda pemuda, ataupun bapak dan ibu sekarang ini, kita adalah
manusia Akhir Zaman yang sangat di rindukan Oleh Rasulullah SAW. Bukan alasan
bagiku untuk mengejar hal-hal yang bersifat vertikal saja sholat, berdoa dan
berdzikir terus tapi juga mengejar yang bersifat horizontal seperti hubungan
kita dengan manusia di sekitar. Skill dan kemampuan juga harus selalu diasa,
karena Allah tidak pernah melarang kita mengejar dunia, yang penting seimbang
dengan mengejar akhiratnya.
Setelah
sekian lama kuselami dan terus kucari arti kata “Manusia Islam Akhir Zaman yang
Terbaik” itu, akhirnya aku sampai pada penghujung perjuanganku di bangku Kuliah
S-1 ini. Mungkin disinilah apa yang ku cari selama ini akan ku dapat dan ku
praktekkan dan ku amalkan. Setelah acara wisuda selesai, aku kembali lagi ke
kampus sore itu, dan mencari gedung tinggi dan naik di atasnya. Menikmati
semilir angin kota itu sebelum bertolak keluar kota dan berteriak sambil
berdiri. Ku kepal kedua tanganku dan kunaikkan ke atas dan berteriak “ded,
Manusia Islam Akhir Zaman yang Terbaikmu itu akan kucari sampai kapanku.
Hahaha”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar