Korupsi seolah menjadi budaya di negeri Indonesia
tercinta kita ini. Kejahatan yang dulu hanya menjadi aib dan menjadi rahasia
bagi masing-masing, tidak berlaku bagi tindak kejahatan Korupsi ini. Para
pejabat negara, dan mereka yang menduduki kursi di tatanan pemerintahan yang
melakukan korupsi seolah mati rasa. Mereka dengan pede melakukan korupsi,
setelah di tangkap malah tersenyum di depan kamera. Tertawa dan seolah yang
dilakukan bukan sesuatu yang salah. Ya benar, korupsi adalah rahasia, tapi rahasia
umum. Bagaimana rahasia tapi umum, tidak pantas di katakan rahasia!
Menarik kita melihat bagaimana tetap bisa berjalan
dengan uang yang di ambil begitu saja dari tangan yang tidak tau diri. Seperti
apa yang tertulis dalam lirik lagu Fiersa Besari yang berjudul Napak tilas,
“satu satunya musuh adalah para oknum yang mengisi perutnya dengan keserakahan”
mereka yang dengan gampangnya mengisi perut dengan uang yang seharusnya bukan
uangnya itu adalah musuh kita bersama.
Tapi tunggu dulu? Bukankah kita semua adalah pelaku
korupsi juga. Korupsi waktu, korupsi tenaga dan korupsi segala macam. Ketika
ada janjian ternyata kita tidak datang pada waktu yang tepat, bukankah kita
korupsi waktu teman. Kita mengambil beberapa menit waktunya yang harus dia
pergunakan untuk membicarakan sesuatu dengan kita, tapi kita malah belum
datang. Dasar koruptor!
Bagaimana dengan mereka yang melakukan kegiatan yang
terbilang kurang bermanfaat sehingga sebenarnya tenaganya bisa di gunakan untuk
hal yang lebih bermanfaat untuknya, kau mengorupsi tenagamu, demi kesenangan
sesaat. Dasar koruptor!
Begitu memang sifat manusia, dia akan selalu menjadi
koruptor yang handal dan hebat. Bahkan dia mengorupsi hak Tuhan. Tuhan memiliki
hak untuk menerima segala ibadah dan Doa kita, tapi kita tidak pernah
memberikannya. Tapi ternyata itu bukan korupsi karena Tuhan tidak sedikitpun
rugi dengan apa yang kita lakukan.
Dasar koruptor! Tobatlah kau! Kau bukan saja
membunuh orang disekitarmu! Tapi kau juga membunuh dirimu sendiri! Berdamailah
dengan hatimu, karena di dalam hati yang hitam sekalipun ada secercah cahaya
yang masih menyuarakan kebenaran. Aku, kamu, kita, mereka, dan seluruh. Jalan
kebenaran masih terbuka. Tobat bukan hanya untuk mereka yang sudah tua dan
katanya ‘bau tanah’, tapi tobat untuk mereka yang berhasil mengalahkan cahaya
hitam yang menutup hati nuranimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar