Wanita Tengah Malam - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Selasa, 27 November 2018

Wanita Tengah Malam


“mau kemana rel?” kata bunda
“mau main kerumah teman bun” kataku
“iya, nginap atau gimana?” tanya bunda lagi
“ iya bunda, nginap. Nanti aurel berangkat kuliah dari sana” jawabku
Bunda tidak lagi membalas, berarti aku diizinkan. Segera aku pamit dan menaiki ojek online yang sudah ku pesan tadi menuju jalan mawar.
“neng, kok malam-malam gini keluar?” tanya tukang ojek
“mau ke rumah teman bang, ada tugas kuliah” balasku
“gak besok aja? gak baik loh perempuan keluar jam segini neng” balas tukang ojek lagi
“gak bisa bang” kataku singkat.
“atau jangan-jangan neng ini . . .” kata tukang ojek yang tiba-tiba berhenti
“jangan-jangan apa bang? Pelacur?” kataku sedikit marah
“maaf neng gak kok” kata tukang ojek itu lagi
“jangan sembarang kalau ngomong ya bang” kataku dengan nada yang tegas
“iya neng, maaf” kata tukang ojek itu lagi
Setelah itu, tukang ojek itu tidak mengeluarkan satu katapun lagi. Akupun malas ngobrol dengannya lagi. hanya Ku pandangi pemandangan selama perjalanan. Kota ini benar-benar bising, bahkan di waktu seperti ini, yang sudah menunjukkan tengah malam. Ini mungkin yang namanya hingar bingar kota. Semuanya ada disini, mereka yang kaya dan yang miskin, mereka yang baik dan yang buruk dan mereka yang suci dan penuh dosa.
Kami berhenti di depan lampu lintas menunggu warna hijau menyala. Ketika menunggu, datang anak kecil membawa gitar dan mulai ngamen di samping kami. Tidak dengan aku yang mengabaikan anak itu, tukang ojek itu malah asik mendengar nyanyian anak itu, walaupun suara bisa di bilang kurang bagus. Setelah selesai menyanyi, anak itu memberikan kantong untuk mengisi duit.
“kamu biasanya sehari dapat berapa dek?” tanya tukang ojek itu kepada pengamen
“biasanya sehari 50 ribu kak” jawab pengamen itu
“ini kakak, kasih kamu 100 ribu, tapi kamu pulang yaa. Udah malam waktunya istirahat. Besok kan sekolah” kata tukang ojek itu
“makasih kak, tapi aku gak sekolah kok” jawab anak itu lagi
“yaudah, pulang aja istirahat, bantuin orang tua yaa” suruh tukang ojek itu lagi
“iya aku pulang kak, makasih ya” kata anak itu dan segera pergi
Kami pun jalan lagi, karena lampu hijau pun sudah menyala.
Penasaranku memuncak, kenapa orang ini rela ngasih uang sebanyak itu demi anak kecil yang bahkan tidak dia kenal. Ku beranikan untuk bertanya kepadanya
“bang, kok tadi kasih uang banyak ke anak itu?” tanyaku
“kalau gak gitu, dia gak bakal pulang neng” katanya
“tapi itu banyak banget bang, paling juga uangnya di ambil bos atau orang tuanya bang” tambahku lagi
“setidaknya dia bisa pulang dan beristirahat, daripada dia berkeliaran malam-malam gini. Anak kecil pula” jelas
“tapi itu terlalu banyak bang” kataku dengan nada yang cukup tinggi
“ya, aku gak ada uang kecil juga sih, haha” jawabnya sambil tertawa
Jawabannya membuatku jengkel, bagaimana dia bisa dengan mudah mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk orang yang tidak di kenal, pelayanan nyanyinya pun tidak bagus. Tapi mungkin begitulah cara berpikirnya, aku tidak mau menanggapi lagi karena terlalu emosi.
Kami sampai di jalan mawar. Ketika ku bayar, ternyata memang dia tidak ada uang kecil. Segera ku masuk untuk menukar uang ke temenku, tapi tukang ojek itu memberhentikanku dan berkata “yaudah neng kalau gak ada, untuk kali ini gratis aja”
“eeh jangan bang” kataku, segera ku berlari ke dalam rumah, belum sampai rumah, motor ojek itu pergi meninggalkanku, yang membuatku bingung
Masih ku dalam kebingunganku, tiba-tiba seseorang datang mendekatiku, ternyata tante maya
“ngapain di luar rel, kok gak masuk?” kata tante maya
“gak kok tante, aneh aja tadi” kataku
“aneh kenapa?” tanya tante maya
“masa aku naik ojek online, tapi abangnya gak mau di bayar sih?” kataku
Tante maya tertawa dan berkata “itu bukan aneh rel, tapi itu namanya rezeki”
“iya sih tante” kataku sambil berjalan memasuki rumah.
“salah dia berarti rel, orang kencing aja bayar, masa ini gratis” kata tante maya sambil tertawa
Segera kami masuk kedalam rumah, ternyata rumah sangat sepi, hanya ada satu temanku yang lagi asik menonton tv.
“kok sepi tante?” tanyaku
“lagi pada dapat job rel” kata tante maya
Aku berjalan mendekati temanku yang lagi asik menonton tv. “kamu belum dapat job nen?” tanyaku
“eh aurel, iya ini. Aku juga tadi telat datang sih” kata neni
Aku duduk disampingnya
“kamu nonton apa sih? Serius amat nen” tanyaku
“ini rel, film supir yang menolong seorang cewek dan menggagalkan transaksi narkoba terbesar” katanya
“eeh iya nen, masa tadi aku naik ojek tapi tukang ojeknya gak mau di bayar sih?” kataku
“masa sih?” kata neni yang kayaknya tidak antusias dengan ceritaku
“iya beneran nen, tadi uangku kan gede, jadi mau aku tukar dulu karena abangnya tidak ada uang kecil, waktu aku mau masuk, dia bilang gratis. Waktu aku mau masuk lagi, eh dia malah kabur” kataku
“kamu bayar pakai goyangan ya rel?” kata neni menggodaku
“ih gilak, gak lah. Orang kalau mau di goyang itu bayar tau, bukan aku yang bayar” kataku
“siapa tau aja, kamu bayar pakai goyangan di semak-semak kan, hahaha” kata neni meledekku
“iiih gak lah, emang aku apaan” kataku
Dia hanya tertawa
“aurel ini ada job” kata tante maya dari ruang tamu
“lah kok aurel dulu sih tan” kata neni protes
“ yaa gimana lagi dong” kata tante maya
Aku hanya tertawa melihat muka cemberut neni. “aku pergi dulu yaa sayang, jangan sampai ketiduran nonton fimnya loh, entar job nya lewat” kataku.
Neni hanya cemberut.
Segera aku mendekati tante neni dan bertanya, “dimana tempatnya tante?”
“di hotel jaya, lantai 8, kamar nomer 804 ya. Dia minta sampai pagi” kata tante
“oke tante” kataku
Segera aku menuju garasi untuk membangunkan bang kosim, sopir tante maya itu

. . . BERSAMBUNG . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here