Sekolah dan Seisinya Bercerita! - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Selasa, 04 Desember 2018

Sekolah dan Seisinya Bercerita!


Namaku dinda, aku adalah Siswa Kelas 10 SMA Merdeka. Hari ini adalah hari pertamaku mengikuti Masa Orientasi Sekolah atau bisa di singkat MOS. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan kegiatan semacam ini, tapi karena kewajiban dari sekolah dengan terpaksa aku mengikuti, walaupun tidak terlalu menyebalkan dari sekolah lain, yang menggunakan atribut aneh-aneh. Ada yang pakai topi dari bola, sampai pakai sepatu beda warna. Kayakanya aku datang terlalu cepat, Cuma sedikit kulihat siswa baru yang datang, yang sudah banyak kakak-kakak panitia dengan kemeja hitam biru sebagai tanda kalau mereka panitia. Sedangkan kami memakai seragam SMA, yang membedakan Cuma co-card yang kami pakai. Semua memiliki bentuk dan warna yang berbeda-beda.
“hallo, kenalin aku putri” kata perempuan yang berdiri di belakangku
Segera aku berbalik dan menyambut tangan yang dia berikan, “iya, aku dinda” balasku
Putri adalah teman pertamaku di sekolah ini, atau mungkin tidak juga. Dari kulihat laki-laki yang sekilas ku kenal tapi siapa, karena masih terlalu pagi jadi kurang jelas terlihat bagiku, hingga dia datang mendekatiku. “wiih, kamu juga sekolah disini din?” katanya, “siapa din?” tanya putri. Sebelum aku menjawab, aku menarik nafas yang panjang. “dia ini azwar put, kayaknya dia satu sekolah juga dengan kita” kataku. “kok kayak gak bersemangat gitu sih.” Kata azwar. Aku Cuma tersenyum aja. “nanti  kita ketemuan lagi ya, aku mau ketemu yang lain dulu. Dah cinta” katanya sambil berjalan pergi meninggalkan kami berdua
“oh pacarmu toh din?”kata putri. “eeh, bukan-bukan put, dia teman SMP aku kok” kataku segera meluruskannya. “tapi kok dia panggil kamu cinta sih?” tanya putri lagi. “panjang ceritanya put, kapan-kapan deh aku ceritain” kataku. Sejenak dia, lalu berkata “oke deh, aku tunggu ceritamu” kata putri. Kami berjalan berpisah mencari teman kelompok kami masing-masing.
“oke kawan-kawan semuanya. Sebelum acara pembukaan baiknya kita kenalan satu satu yaa. Kenalin saya dedi” kata kak dedi sebagai pendamping kelompok kami. Satu persatu mulai memperkenalkan diri begitu juga aku. Setelah itu dilanjutkan dengan cerita-cerita biasa sambil menunggu acara pembukaan di mulai. Yaa ini pembukaan dari panitia, karena pembukaan dari sekolah sudah dilakukan kemarin.
“semuanya dalama hitungan tiga, berbaris menurut kelompoknya masing-masing. Ketua kelompoknya paling depan cepat!!” teriak salah satu kakak kelas yang berdiri diatas panggung. Saya dan teman-teman siswa baru segera berhamburan mencari barisan.
“satuu...... Duaaaa.....Tiga....”kata kakak senior itu. “semua berhenti tidak ada yang boleh bergerak. Bagi yang belum masuk barisan segera mundur kebelakang” tambahnya lagi. Kayaknya mereka akan di hukum tapi tidak bagiku, karena aku sudah berdiri tepat di depan papan kelompokku
“din, berarti kamu ketua kelompoknya. Hehe” kata heni sambil ketawa pelan-pelan.  “kok bisa sih?” kataku bingung. “kan yang didepan ketuanya” tambah heni lagi sambil ketawa. “apa yang kalian bicarakan?” kata senior tadi, membentak kami berdua. “tidak ada kak” jawab kami berdua serentak. Segera dia pergi mengurusi orang-orang yang telat berada di barisan. Dan aku ternyata kena sial, karena harus terpilih menjadi ketua kelompok hanya karena rajin dan gesitku saja. Sementara di belakang terdengar suara teriakan yang tiada henti
“kalian ini, siapa yang suruh telat?” teriak senior berkepala botak. “saya gak telat kok kak” celetuk salah satu siswa baru yang menggunakan kaca mata. “woooy, berani juga kau nyahut yaa. Ku tandai kau yaa. Aril namamu ya” kata senior botak itu dengan nada yang tinggi. “tapi benar kak, saya tidak telat kok” tambah aril lagi. “woooyy!!” teriak senior botak tepat di depan telinganya. Segera dia tarik kerah baju aril dan menatap tajam. Aril tidak menjawab hanya tertunduk. Takut. “kau pernah dengan kalimat ‘diam adalah emas’ tidak, hah?!” kata senior itu lagi dengan nada yang tidak keras, tapi bagi kami siswa baru itu seperti suara yang menusuk masuk ke tulang-tulang. “hari ini, kalimat itu berlaku untukmu culun!” katanya sambil dia lepas tarikannya dan di dorong sampai jatuh tersungkur. “kalian semua ini, baru masuk ke sini aja sudah menjadi orang pemalas, di suruh siap siaga malah telat” kata senior botak itu, sambil berjalan melihat satu-satu siswa baru yang telat memasuki barisan.
“sekarang aku maafin kalian semua, tapi ingat!!” teriak dia begitu keras. “sampai kalian melakukan hal yang kedua kali, kalian aku tau akibatnya” tambah senior botak itu.
Segera para siswa yang telat itu berlari menuju barisan. Ketika akan di mulai, gerbang sekolah di buka, dan terlihat anak dengan seragam SMA dan menggunakan co-card peserta MOS. Tidak ingin mengganggu jalannya pembukaan, salah satu senior segera menghampirinya.
“kamu kenapa terlambat hah!?” tanya senior dengan kupluk
“maaf bang, tadi saya ada urusan keluarga yang tidak bisa di tinggal” jawab siswa baru yang terlambat itu
“urusan apa?” tanya senior berkupluk itu
“ada pokoknya bang” jawab siswa baru itu lagi
“oyy!!, gua tanya sama elu. Urusan apa? Sampai buat elu terlambat datang” teriak senior berkupluk itu
Kami semua kaget dan memalingkan kepala ke hadapan dua orang itu
“kalau gitu, elu gua hukum push-up 20 kali” kata senior berkupluk itu
“saya tidak mau bang” jawab siswa telat itu
“wooooyy boy. Mulut elu lancang juga ya” balas senior berkupluk dengan nada yang lebih tinggi dari yang tadi
“saya tidak salah bang. Ketika ada urusan yang tidak bisa di tunda maka kita mendapatkan izin atau dispensasi akan itu. Itu kemarin yang saya baca di aturan bang” kata siswa telat itu. Senior berkupluk itu Cuma diam saja. “ini benar SMA Merdeka kan bang?” tanya siswa telat itu. “iya kenapa?” jawab senior itu. “saya menolak perintah abang karena bagiku hukuman itu tidak bisa menjerat saya. Dan saya memilih untuk merdeka bang” kata siswa telat itu. Senior berkupluk itu tampak marah, terlihat dari wajahnya yang merah mendidih. “wooy bangsat! Mulut elu di jaga!” kata senior berkupluk itu dengan nada yang tinggi sekali mengalahkan teriakan keduanya tadi.
Segera senior botak berlari kecil menuju dua siswa itu. Dari situ aku tau kalau senior berkepala botak ini adalah penanggung jawab dari divisi keamanan dan kedisiplinan. Segera senior botak itu menarik siswa telat itu masuk kedalam ruangan, dan sedikit berbisik kepada senior berkupluk tersebut.
Suasana sempat hening sebelum pecah oleh teriakan kembali senior berkupluk itu. “ngapain kalian!! Fokus semua kedepan!” teriak senior itu. Segera kami semua kembali fokus kedepan. Dalam hatiku, kayaknya MOS kali ini akan begitu lama, apalagi dengan cowok culun bernama aril yang penakut tapi berani ngomong dan satu siswa yang telat yang menantang senior. Kuharap tidak bertambah lagi pengacau di acara MOS ini
“selamat pagi kawan-kawan semua” sambut pembawa acara pembukaan MOS SMA Merdeka
“pagi kakak” teriak kami serentak

. . . BERSAMBUNG . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here