Pertama saya tau ada acara Pengadilan Musik DCDC itu ketika ada potongan video, dimana danilla yang menjadi terdakwa. Di dalam potongan video tersebut danilla mengatakan “sebenarnya main Bokep itu enak kang. Karena ngewe dan dibayar”. Hal-hal yang berbau semacam itu mah pasti viral di perduniamayaan indonesia raya ini. Dari situlah saya coba menuju ke pengadilan musik DCDC. Bukan untuk liat danilla doang. Liat yang lain juga tentunya.
Ada episode yang paling menarik bagi saya, yaitu ketika pusakata yang menjadi terdakwa, kalau ada yang tidak tau siapa itu pusakata, pusakata itu adalah bang is, mantan vokalis payung teduh.
Episode ini adalah satu dari dua episode pengadilan musik yang saya nonton sampai tuntas. Satunya episode ketika jason ranti jadi terdakwah.
Alasan saya tidak menonton habis episode yang lain karena banyak menggunakan bahasa sunda, yang membuat bingung. Analoginya itu ketik kamu lagi nongkrong, terus teman-temanmu yang lain lagi bercanda pakai bahasa daerah mereka, dan tertawa terbahak-bahak, dan kamu ketawa-ketawa bingung. Bingung karena kalau ketawa tidak paham, tapi kalau tidak ketawa ntar di bilang gak asik.
Kembali ke episode pusakata tadi. Dalam episode ini, banyak hal-hal menarik yang saya temukan dari seorang bang is, pusakata tersebut. Seperti bagaimana dia menjelaskan soal nama pusakata, serta bagaimana bermusik dan berkesenian. Ada beberapa potongan percakapan yang ingin saya kutip, ini salah satunya :
Budi Dalton : “kenapa menggunakan nama pusakata?”
Bang Is : “saya tidak ingin pusakata menjadi selfcenter. Saya berharap nama pusakata terus ada bahkan ketika saya tidak ada. Bisa dilanjutin anak saya, bisa dilanjutin sama orang yang layak membawa nama pusakata tadi”
Gagasan soal nama saja membuat saya kagum dengan cara berpikirnya. Bahwa pada akhirnya kita tidak melulu harus menjadi pusat atas apa yang kita buat, karena tanpa ada orang di sekitar kita, kita hanya orang biasa.
Ada percakapan lagi yang saya kutip, yang bisa menjawab kenapa, bang is punya cara berpikir seperti itu. Ketika itu pembahasan soal bang is, payung teduh dan pernyataan mundurnya dari payung teduh. Berikut percakapannya :
Pidi Baiq : “pak is ini kan dalam tanda kutip pemilik payung teduh? Kenapa tidak mereka yang ikut gayamu?”
Is : sebenarnya sempat di tawarin bahkan dari tim produksi, kenapa gak pake cara lain aja, kamu yang tetap, yang lain di pecat. Saya tidak mau jadi orang yang arogan”
Pada waktu itu, bang is merasa, cara payung teduh tidak sesuai dengan cara berkeseniannya, sehingga memilih mundur adalah jalan terbaiknya, sehingga muncul jawabannya tersebut.
Ini adalah gambaran kita hari ini, kadang kita tidak sadar kalau sedang melakukan tindakan arogan kepada seseorang, hanya karena kita pemilik sesuatu, atau karena kita adalah orang yang paling berpengaruh, kita melakukan hal sesuka kita. Tidak bisa dipungkiri ketika kita berada dalam kondisi yang punya power kuat, kita sering lupa diri, sering lepas kendali.
Setelah itu bang is menyampaikan tentang seni, berkesenian, pelaku seni dan tanggung jawabnnya, mendengarnya, saya merasa masih sangat jauh untuk bisa di sebut sebagai seniman.
Kala itu lagu-lagu diindonesia menggambar sesuatu tentang percintaan, hancur hati, patah hati dan segala macam percintaan. Lalu bang is berkata : “waktu itu musik sama semua temanya, depresi, hancur hatinya, banyak berakhir di tiang listrik, lompat dari tiang sutet. menurut bang cholil (efek rumah kaca) “saatnya musisi bertanggung jawab atas lirik dan efeknya buat pendengar” saat itu banyak yang bunuh diri karena banyak di temukan di HPnya di temukan chat ada yang selingkuhlah, apalah. Hari itu menjadi titik balik saya untuk bikin lagu bahwa lebih menceritakan kehidupan dan merayakan kehidupan sih sebenarnya”
Musik memang selalu bisa menggambarkan hati manusia, entah itu lagu sedih ataupun lagu bahagia. Bahkan ketika kita lagi mendengar sesuatu lalu merasa sama dengan keadaan kita, kita akan menghafalnya begitu dalam dan menyanyikannya sambil berteriak dalam hati “ini lagu, saya banget cukz!”.
Ada lagi pecakapan yang mana bang is ingin menjelaskan bahwa seniman tidak bisa lepas dari tanggung jawabnnya, yang mana hanya membuat lagu, lalu sudah. Ketika itu bang is bicara tentang anak muda yang kreatif dan luar biasa, seperti dia menceritakan anak nelayan di timur yang ingin membuat koperasi nelayan, yang tidak lewat tengkulak. Lalu disambut dengan pertanyaan pidi baiq seperti ini :
Pidi baiq : “kenapa pak is terlalu memikirkan hal-hal itu, kan ada presiden? Apakah itu tugas seniman?
Bang is : “iya betul itu tugas seniman. Tugas seniman itu mengolah dinamika sosial untuk menjadi sebuah pesan. bukan sekedar hal-hal yang kamuflase dan bukan sekedar hal untuk menarik perhatian. dan kayaknya kita terlalu capek nyalahin pemerintah mulu. Dari dulu presiden sudah ada dan memang sudah banyak perubahan terjadi, dan tapi lebih banyak perubahan juga yang sebenarnya tidak bisa di rasakan oleh orang-orang”
Pada akhirnya kesimpulan saya adalah menjadi seniman itu berat. Tugasnya tidak hanya menghibur, tapi mengolah dinamika sosial. Kita tidak bisa hanya sekedar bernyanyi dan berkesenian, tapi bagaimana efek dari berkesenian itu nantinya harus dipikirkan dan disiapkan pula, apakah nantinya akan berdampak baik atau malah berdampak buruk, seperti yang sudah-sudah terjadi.
Untuk penutup tulisan ini saya ingin mengutip kata bang is, ketika di tanya maksud dari albumnya yaitu “dua buku”, bang is menjawab seperti ini “saya ingin album ini menjadi pengingat orang dalam apapun profesinya apapun latar belakagnnya, jangan sampai lupa bahwa energi terbesar itu datang dari kampung, datang dari keluarga, datang dari rumah, energi kita bersama itu dari negeri ini sendiri. Semoga kita bisa pulang. Karena orang yang beruntung itu, adalah orang yang mengingat cara untuk pulang, baru dia ingat cara untuk mencari jalan pulang, karena saya yakin banyak orang yang lupa pulang”
Hormat bang is, sebagai orang bugis makassar, saya bangga punya saudara satu suku yang keren!
Bagi yang belum tau, silahkan untuk dengarkan sendiri, semua lagunya bagus dan penuh jiwa dan tanggung jawab!
07 Ramadhan 1441 H
07 Ramadhan 1441 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar