Saya baru saja
menonton video podcastnya close the door, yang membahas soal video ade Armando yang
sedang membicarakan masalah artis yang suka memamerkan kekayaan. Pembahasan om
deddy sangat menarik bagi saya, karena penasaran dengan videonya bapak ade Armando,
saya meluncurkan ke video beliau yang ada didalam channel cokro TV. Pembahasan pak
ade Armando juga bagi saya sangat menarik sekali.
Dalam video om
deddy, beliau mengatakan bahwa kenapa atta dkk masih saja membuat konten yang
terlihat seperti memamerkan kekayaan, karena ada pasarnya, ada penontonnya. Sehingga
wajar ketika atta dkk masih dan mungkin akan terus membuat konten seperti itu. Tapi
apakah benar akan terus seperti itu?
Bukankah pasar
itu dibuat ya? Bukan tiba-tiba datang. Kenapa saya bilang begini, karena
youtube Indonesia pada awal-awalnya sampai menuju keemasan seperti sekarang
bukanlah pasar pameran kemewahan. Mereka lahir dari konten-konten yang nyata
dan berisi. Kalaupun ada yang tidak berisi, sangat sangat sangat jarang
ditemukan para konten creator yang memamerkan kemewahan, ya tidak berisi aja
gitu. Saya adalah penikmat youtube yang aktif. Bahkan sebelum bermunculannya
atta, andre dan lain-lainnya. Youtube masih berisi orang-orang seperti bayu
skak, andovi, reza arap, aulion, chandraliow, raditya dika. Bahkan sempat viral
youtubenya laurentius rando dengan draw my lifenya. Dan juga konten-konten
mailtimenya, yang bukan memamerkan kekayaan malah dikasih barang sama para
fansnya.
Salah satu tokoh
yang memperkenalkan model pamer kekayaan ya gen halilintar, terutama saih
halilintar. Benar gak sih namanya, pokoknya yang botak itu. Ya walaupun
visualnya memang bagus menurutku kala itu. Dari situlah pasar itu dibuat. Hingga
menjamurnya pasar pamer kemewahan ini. Saya jadi ingat salah satu materi dzawin
dalam ajang suci 4, dia menyebutkan bahwa santri itu di didik dengan konsep,
dipaksa, terpaksa, terbiasa, lalu luar biasa. Tapi kalau dzawin berbeda, dia
dipaksa, terpaksa, gak bisa-bisa.
Beginilah kita
hari ini, ketika om deddy menyebutkan bahwa mereka melakukan karena ada
pasarnya, yaa juga karena para konten creator inilah yang menumbuh suburkan
pasar ini. Kalau emang punya niat untuk membuat pasar yang lebih edukasi, yaa
dikurang-kurangi atau dihapus sekalian. Tidak perlu juga seserius om deddy yang
ngobrol dengan politikus A, atau mentri B. seperti konten MLI aja sudah sangat
mendidik. Contohnya konten pemuda tersesat. Itu kalau dilihat sekilas seperti
konten bercandaan aja, malah terkesan mempermainkan agama. Bagusnya adalah
ustadznya yaitu habib husein ja’far yang membawakannya dengan baik. Semua pertanyaan
yang muncul pasti ngaco, dijawab sama habib pun ngaco tapi diakhir jawabannya
selalu ada jawaban yang benar dan relevan. Bahkan banyak sekali sejarah yang
diceritakan oleh habib. Kalau bagi saya bukan karena adanya pasar, tapi karena
para konten creator saja yang tidak mau membuat pasar yang baru. Tapi kana da pasar
edukasi? Emang ada tapi apakah laku? Tidak laku. Karena pasar yang seperti
punya atta lebih laku. Indomart dan alfamart akan tetap menjadi pilihan orang
membeli daripada kios-kios kelontongan. Pertama karena kios kelontongan
harganya biasanya lebih mahal sedikit, kedua karena indomart dan alfamart
barang-barangnya lebih lengkap. Begitulah konsep pasar bagiku. Kalau ingin
membuat pasar baru, ya sungguhnya secara serius.
Tapi kalau
konten kreatornya batasnya Cuma segitu, dan tidak bisa membuat konten yang
berisi dan hanya bisa memamerkan kekayaan, ya mau bagaimana lagi yaa, di paksa
juga susah. sebelum ditutup tulisan ini, coba tonton video di channel froyonion yang berjudul "Akhir dari VNGNC | Froyonion meets #WTFINDOMANABANG". disini VNGNC membahas soal dunia per-youtube-an yang menarik.
kalau boleh memperbaiki ucapan om deddy, mungkin memang kreator tidak salah, tapi mereka yang bertanggung jawab atas terciptanya pasar itu. dan juga para netijenlah yang memberi umur panjang pada pasar itu sendiri. selamat menikmati pasar yang indah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar