“kita pikir
ustadz langsung masuk surga?” kata ustadz agung pada ceramah subuhnya di masjid
sultan alauddin.
“oh tidak. Ustadz
itu adalah orang yang sangat memungkinkan masuk neraka. Itu di tuliskan jelas
dalam surah As-Shaff ayat 2 dan 3. Artinya ”wahai
orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?.
(itu) sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan””
Begitulah sedikit
penggalan ceramah ustadz agung wirawan. Menarik sekali bagiku. Allah disini
menyeru kepada mereka yang beriman, bahwa jangan mengatakan sesuatu yang tidak
bisa dikerjakan atau enggan dikerjakan. Ustadz agung membandingkan dengan para ustadz.
Tentunya ustadz adalah represtasi dari orang beriman di masyarakat, mereka
dijadikan role model masyarakat. Tapi tidak menutup kemungkinan banyak sekali
yang melenceng dari arah kebaikan itu. sehingga ketika para ustadz ini
berceramah “janganlah kamu mencuri” tapi ada beberapa menteri agama yang
tertangkap korupsi.
Kalau orang
beriman saja dibenci, apalagi orang yang tidak beriman. Makin dibenci. pertama
dibenci karena tidak beriman, kedua karena mulut dan tangan berbeda yang
dilakukan. Dibenci kuadrat.
Ustadz agung
juga menjelaskan bahwa ada beberapa tipe ustadz, yang pertama mereka yang bisa
berceramah tapi tidak bisa beramar ma’ruf nahi mungkar. Lalu ustadz yang
berceramah tapi melakukan kejahatan, dan tipe terakhir adalah ustadz yang
menjual ayat-ayat Allah untuk mencari pembenaran atas kesalahan yang ada.
Tipe ketiga ini
adalah fakta nyata. Kita sering menemukan orang yang berpredikat ustadz
menggunakan dalil-dalil sebagai pembenaran atas kelakuan jahat yang dilakukan. Saya
jadi ingat konsep segitiga masyarakat miskin. Pertama, tingkat paling bahwa
adalah rakyat, lalu selanjutnya militer, ketiga pemuka agama, lalu pemerintah
dan paling tertinggi adalah pemodal dan pengusaha. Ketika rakyat melawan, akan
dipukul oleh militer, dan selanjutnya tugas para pemuka agama untuk memberi
pelajaran dan hidayah serta nasehat untuk tidak melawan pemerintah sehingga
tidak terjadi kekerasan seperti itu. inilah mungkin yang dimaksudkan oleh
ustadz agung. Bahwa masih banyak ustadz yang menjual Firman Allah demi
kehidupannya. Kalau seorang ustadz yang katany memiliki iman yang kuat saja
bisa goyah apalagi manusia-manusia biasa yang jarang bersentuhan dengan ajaran
agama.
Kalau mengingat
Ayat ini, saya jadi ingat ungkapan Makassar yaitu “taro ada taro gau” yang
artinya adalah “perkataan dan perbuatan harus sama”. Dan yang dipertaruhkan
adalah sirri’ atau harga diri. Oh cocok sekali ayat ini untuk orang-orang Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar