RAMADHAN MENULIS 3. EPS 01 : TANTANGAN TERBUKA UNTUK SETAN - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Kamis, 23 Maret 2023

RAMADHAN MENULIS 3. EPS 01 : TANTANGAN TERBUKA UNTUK SETAN

 Bulan ramadhan menjadi bulan paling suci yang dimiliki oleh umat muslim, bagaimana tidak, pada bulan ramadhan dikatakan bahwa para setan dan iblis dirantai dan dibelenggu. Bisa diartikan godaan akan sangat berkurang dan umat muslim bisa beribadah dengan baik dan benar tanpa gangguan. Bisa juga bulan ramadhan ini semacam tantangan terbuka pada setan.


Kata Al Ghazali “ibadah puasa itu seperti tanah haram, ka’bah di mekkah. Semua ibadah untuk Allah tapi yang istimewa itu puasa. Sama seperti semua tanah itu milik Allah, tapi yang disebut khusus “rumah Allah” itu cuma tanah haram, ka’bah”.

Alasannya, pertama karena puasa adalah satu-satunya ibadah yang verifikasinya cuma kita dan Allah yang tau. Banyak orang yang ikut buka puasa bareng tapi tidak puasa kan? Banyak juga orang yang ikut sahur on the road tapi jam 9 pagi udah sarapan. Mau kita berbohong mati-matian atau tidak mati-matian kalau lagi puasa, masyarakat juga pasti percaya. Masyarakat tidak bisa melakukan verifikasi langsung. Apalagi mengambil kesimpulan dari pandangan umum masyarakat. Misalnya “orang puasa itu kelihatan lemas dan loyo”, tapi kenyataannya banyak orang yang puasa tapi terlihat bugar dan sehat dan kebalikannya banyak orang tidak puasa tapi kelihatan lemas dan loyo. Atau pandangan kalau “orang puasa itu aroma mulutnya kurang sedap”. Kenyataannya banyak orang puasa memiliki aroma mulut yang wangi atau setidaknya tidak beraroma, mungkin menggunakan obat pencuci mulut (terlepas hukumnya boleh, atau tidak), dan kebalikannya ada orang tidak puasa, tapi aroma mulutnya tetap saja tidak sedap.

Berbeda dengan ibadah seperti sholat. Setidaknya sholat bisa diverifikasi langsung ketika seseorang melihatmu melakukan gerakan sholat, takbir, rukuk, sujud, sampai duduk tahiyat akhir. Masalah hatimu tidak sepenuhnya beribadah itu urusan lain. Atau ibadah haji. Malah ibadah haji ini lebih brutal lagi, apalagi di Indonesia. Sebelum orang pergi haji, beberapa ada yang mengadakan acara-acara selamatan, atau doa bersama dan acara lainnya, dari acara-acara itu masyarakat bisa langsung menverifikasinya kalau “oh dia lagi ibadah haji”. Malah kadang-kadang orang yang sedang haji mengirim foto-foto mereka yang sedang di mekkah. Sangat gampang bukan untuk di verifikasi. Apalagi zakat, yang malah kadang berubah dari ibadah menjadi ajang riya, bagaimana tidak, orang yang menyumbang atau membayar zakat sering disebutkan namanya melalui pengeras suara masjid. Hati yang menentukan.

Alasan kedua, “.puasa adalah ibadah yang terang-terangan nantang setan, terang-terangan menyisihkan nafsu keduniaan”. Ketika kita puasa, banyak sekali nafsu keduniaan yang kita sisihkan, setidaknya dari jam 4 subuh sampai jam 6 sore. Kita tahu bahwa nafsu keduniaan adalah alat sekaligus bahan untuk setan menggoda manusia. Mungkin sangat jarang setan yang menggoda manusia tanpa menggunakan itu. Misalnya setan menggoda manusia untuk mencuri “ayo mencurilah”. Ketika kita Tanya pada setan, apa yang didapat dari mencuri? tidak mungkin setan menjawab “tidak ada. Mencuri aja udah” sangat aneh bukan? (imajinasi saya juga aneh sih sebenarnya). Pasti setan akan mengatakan “kamu bisa kaya raya, punya uang banyak secara instan” semua itu kan nafsu keduniaan. Begitupula dengan makan minum yang termasuk nafsu keduniaan, apa hasil makan dan minum? Ya tentu kepuasan jasmani dan mungkin juga kepuasan mentalnya. (nafsu keduniaan jangan selalu dihubungkan dengan yang negative, makan, minum, memiliki pekerjaan, memiliki uang itu juga nafsu. Yang membuatnya negative ketika semua itu menjadi tak terkendali dan berlebihan kita mencintainya).

Ketika bukan bulan ramadhan, secara tidak sadar kita  berteman akrab dengan setan, tapi ketika bulan ramadhan datang kita tidak hanya mengambil jarak, tapi juga mengacungkan pedang tajam ke mulut si setan (harusnya begitu~). Tapi kenyataan berbicara lain. Masih banyak manusia yang menyeleneh ketika bulan ramadhan datang, masih banyak manusia yang berbuat dosa. Lalu pertanyaannya, darimana datangnya dosa ini ketika sumber godaannya sedang dirantai dan dibelenggu?

Dalam beberapa ceramah ramadhan, mungkin kita pernah dengar ungkapan seperti ini “ramadhan ini adalah arena latihan kita untuk menghadapi bulan lainnya” di bulan ramadhan kita selalu berbuat baik, maka harapannya setelah ramadhan kita tetap berbuat baik. Masuk akal bukan?. Kita dilatih selama 30 hari, dan 335 hari kita akan menghadapi langsung kehidupan penuh tantangan. Tapi saya kepikiran sesuatu, kalau bahasa anak sekarang “plot twist”nya, bagaimana jika pemikiran penceramah tadi digunakan setan juga untuk menggoda manusia. Setan berkata seperti ini “selama 335 hari saya telah memberimu latihan untuk berbuat dosa, berbuat jahat, terus terjerumus dan sesat, lalu 30 hari di bulan ramadhan adalah menjadi arena sesungguhnya untukmu semakin sesat. Karena 30 hari itu saya tidak berada di sampingmu. Inilah waktunya kamu membuktikan apakah kau begitu setia denganku, nafsu keduniaan dan kesenangan dunia atau tidak?”

Setan mungkin akan senang ketika melihat orang terganggu ketika beribadah, tapi setan akan lebih senang berkali-kali lipat ketika dirinya tidak ada, dirantai dan dibelenggu, tapi manusia masih tetap melakukan keburukan, kejahatan dan istiqomah melintasi jalan setan. Guru dan orang tua akan senang ketika anak/muridnya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan hari itu, tapi mereka akan lebih senang lagi ketika anak atau murid itu sukses di kemudian hari, padahal mereka (guru dan orang tua) tidak lagi mendampingi mereka.

Atau bisa menggunakan analogi lain, misalnya ada pedagang, ia pasti akan senang melihat dagangannya laku keras padahal pedagang itu tidak mengiklankannya mandiri, atau mengiklankannya melalui perantara selebgram dan sejenisnya, bahkan ketika toko si pedagang tutup, orang di luar datang dan terus mengetok pintu karena hendak membeli dagangan tersebut. Bukankah pedagang itu akan begitu senang? Pedagang bisa diasosiasikan sebagai setan, lalu barang dagangannya adalah keburukan dan pembelinya adalah kita, umat manusia.

Bagi orang yang baik, bulan ramadhan adalah bulan penuh bonus, karena selama hidupnya sudah baik. Tapi orang yang ‘kurang baik’ dan rajin nyeleneh, (sangat mungkin kita semua), bulan ramadhan adalah cobaan paling berat, karena yang biasanya nyeleneh, tiba-tiba disuruh menahan segala “hal nyeleneh” yang sering dilakukan. Dalam salah satu materi stand up comedinya dzawin soal santri ia bilang begini, “santri itu hidupnya dipaksa, terpaksa, terbiasa dan luar biasa”. Konsep kebiasaan dan pembiasaan. Jadi kita yang mungkin rajin nyeleneh, tiba-tiba disuruh tidak nyeleneh pasti sangat susah, beda dengan orang yang baik, disuruh baik ketika ramadhan, bukan hal susah karena sudah jadi kebiasaannya di bulan selain ramadhan.

Mari kita kirim surat tantangan ini ke akal sehat dan jiwa kita, agar ia tidak hanya sekedar omong kosong dan berlalu begitu saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here