“habis ini kemana kamu mam?”
“lanjut ke pasar ram?”
“dijual toh. Kirain untuk makan
dirumah aja”
“ya sebagian dimakan, sebagiannya
dijual. Ini banyak banget loh dit”
“yaa siapa tau mau makan ikan terus
kan”
Kapal kami akhirnya sampai ke daratan.
Dion segera melompat dari kapal dan dengan gembira dia berteriak “daratan, aku
mencintaimu”. Dia terus berteriak dan menciumi pasir pantai. “gak usah lebay
deh yon” balasku. “hei ram. Anda juga takut kan. Gak usah sok kuat” balas dion
menatapku. Kuakui aku takut. Tapi kalau bersama imam, setidaknya ketakutanku
berkurang 60%. Walaupun arahan dan instruksinya aneh dan menyebalkan juga tidak
memberi kesan optimisme, tapi AKU yakin ia akan bertanggung jawab penuh
terhadap keselamatan kami, walaupun tidak bertanggung jawab atas mualnya dion
tadi malam.
“jadi pada mau balik semua ini?”
Tanya imam
“saya ikut kamu ke pasar mam. Ada
yang mau dibeli disana” balas bagas
“aku balik mam. Mau garap beberapa
tanaman lagi di kebun” kata harry
“kamu dit?”
“aku mau balik juga, mau ngambil
barang di kota” balas adit
“saya ikut ke pasar juga lah”
balasku
“aku juga balik, mau ada kerjaan”
kata dion
“ayoolah ikut ke pasar yon” kataku
“gak lah. Kau enak gak ada kerjaan,
kita ini harus kerja tau” balas dion
Iya juga ya. Mereka semua kan kerja
sedangkan aku tidak ada kerjaan, jadi kemana saja oke. Akhirnya kami pisah.
Saya dan bagas ikut imam kepasar, sedangkan yang lainnya balik ke rumah untuk
lanjut bekerja.
.
Pasar bagi sebagian orang adalah
tempat untuk mendapat sesuatu yang dibutuhkan, tapi sebagian orang lagi
menganggap pasar lebih dari itu. apalagi pasar tradisional. Di pasar kita
mendapatkan sesuatu lebih dari barang belanjaan. Pertama, kita bisa
berinteraksi dengan para penjual. Berbeda dengan pasar modern seperti supermarket,
interaksi yang terjadi sangat minim sekali, kalaupun ada interaksi, pembeli
hanya bertanya apakah produk yang ia cari ada apa tidak atau dimana tempat
produk yang diinginkan. Kedua, kita mendapatkan skill tawar-menawar. Skill
tawar-menawar adalah skill yang dibutuhkan dalam bertransaksi di pasar
tradisional. Walaupun banyak juga orang yang memilih tidak melakukan tawar
menawar. Skill tawar menawar ini seperti bawaan dari lahir bagi para ibu-ibu.
Para ibu bila tawar menawar, seperti mahir sekali. “mas, saya beli empat ikat,
jadinya sepuluh ribu ya” padahal satu ikatnya lima ribu. Dan kalau penjualnya
tidak mau, para ibu-ibu akan pura-pura pergi dengan harapan penjual akan
menurunkan harganya. Untuk penjual yang sudah pro bukan lagi amatiran, konsep
itu sangat ia pahami, sehingga ia juga akan bermain peran dengan baik soal
tawar menawar ini.
“lapakmu dimana mam?” tanyaku yang
heran kenapa dari tadi kami tidak berhenti padahal banyak sekali lapak yang
kosong belum terisi
“disana ram. Lorong ikan. Disini mah
lorong khusus untuk sayuran. Gimana sih” balas imam menunjuk entah kemana
“oh iya. Baru sadar saya kalau semua
isinya sayur disini” balasku memperhatikan sekitar, ternyata semua lapak yang kami lewati cuma berisi sayur-sayuran, lantai yang kami lewati juga terlihat kering, berbeda kalau di lapak jualan ikan ataupun ayam
“kelamaan di kota sih, jadi gak
pernah masuk pasar lagi” balas bagas. Menyakitkan sekali pernyataan bagas ini.
emang sih di kota dulu aku sangat jarang datang ke pasar, bukan karena aku punya uang banyak dan belanja di supermarket, tapi karena di kotaku kuliah,
banyak lapak di komplek yang menjual sayur dan bahan makanan layaknya di pasar.
Dan harganya tidak terlalu jauh beda, daripada harus mengeluarkan bensin
untuk pergi ke pasar mending datang ke lapak-lapak itu saja. Toh barang-barang
itu juga sama dengan barang-barang di pasar, di ambil dari petani langsung.
.
“nah disana tempatku” kata imam sambil
menunjuk lapak yang berada dipojok.
“tempatmu di pojok, ada yang beli
gak tuh. Tempatnya gak strategis banget” kataku
Bagas tersenyum dan berkata “nanti
kamu liat aja. Aku pergi dulu ke lorong ayam dan daging. Mau beli sesuatu
disitu”
Mulailah imam merapikan jualannya,
menyiram-nyiram sedikit air ke ikannya. Dan mulailah dia berteriak “ikan segar
ikan segar. Baru dipancing semalam, dipancing dengan hati yang tulus dan
ikhlas.”. saya begitu kaget dengan teriakannya,
ketika semua orang berteriak biasa, ia menambah embel-embel tulus, ikhlas dan
juga cinta. Terlihat semua penjual ikan disitu tertawa. Satu penjual didekat
imam berkata “mam, kali ini ikannya bisa bilang I Love You gak?” sambil tertawa
“bisa dong bang” balas imam.
Mereka semua tertawa
Beberapa menit kemudian, datang
seorang mbak-mbak berumur sekitar 23an tahun dan temannya yang ingin membeli
ikan di lapak imam. “mas, ikannya ini berapa” kata si mbak itu
“30 ribu mbak satu tumpuk begini”
balas imam
“kurang lah mas” pinta si mbak itu
“maunya berapa mbak. Tapi ikan ini
special loh mbak” balas imam
“lah kok bisa?” balas si mbak dengan wajah bingung
Imam segera mengangkat salah satu
ikan dan menghadapkan ke muka si mbak, dan mulai memainkan mulut si ikan,
dengan menggunakan suara perut, ia mengubah suaranya seolah ikan ini bicara
“mbaknya cantik. I Love You”. Si mbaknya ketawa, begitu juga para penjual ikan
yang berada disamping imam.
“ah masnya bisa aja sih” kata si mbak tersipu malu
“lahiya mbak. Spesial kan. Mana ada
ikan yang bisa bilang I Love You. Mana ikannya bilang mbaknya cantik lagi.
Kalau mbak makan ini ikan, mbak bisa kenyang lama” kata imam menjelaskan
“oh iya? Berapa lama emang mas?”
Tanya si mbak
“ya bisalah dari pagi sampe siang
mbak. Kalau masih tahan, bisa sampe malam” balas imam tersenyum. Semua penjual
tertawa lagi
“yaelah mas. Kalau itu mah emang
wajar. Coba bisa tahan tidak makan dua tiga hari kek” balas si mbak
“kalau itu mah gak usah makan ikan
mbak”
“terus apa mas?”
“koma aja di rumah sakit” kata imam.
Membuat seisi lorong ikan tertawa begitu juga dengan si mbak pembeli ikan ini
“yaudah mas, saya mau satu tumpuk
ya” kata si mbak sambil menunjuk tumpukan ikan tersebut.
Segera imam mengambil salah satu
ikan lagi dan menghadapkan ke muka si mbak, dan kembali menggunakan suara perut
dan mengucapkan “terima kasih mbak. Mbaknya sudah cantik, baik dan manis lagi.
Pasti pasangannya senang dan bahagia”
“yaah mas” kata si mbak yang
menunjukkan ekspresi sedih
“lah kenapa mbak?” Tanya imam dengan
suara kembali normal
“saya baru putus beberapa minggu
yang lalu” kata si mbak
“Yaaaaaaahhhh” ucapan yang hampir
serempak keluar dari beberapa penjual ikan.
Segera imam mengeluarkan suara
perutnya lagi dan berkata “mbaknya jangan sedih. Masih banyak cowok lain di
dunia ini. andai saya bukan ikan, saya mau kok jadi pacarmu mbak”.
Mbaknya tertawa lagi.
Setelah lama kupandangi si mbak ini,
dia cantik juga mungkin cocok bila kujodohkan dengan imam. Segera aku menyambar
pembicaraan mereka “mbak namanya siapa?” tanyaku
“saya naya mas” balas si mbak yang
bernama naya
“oh mbak naya. Saya ramadhan,
dipanggil rama. Kalau penjual ikan yang keren ini namanya imam” kataku sambil
merangkul imam yang sibuk membungkus ikan milik si mbak naya
“ini mbak sudah” kata imam sambil
menyodorkan plastic berisi ikan.
Segera mbak naya memberi uangnya.
Setengah tersenyum mbak naya menundukkan kepalanya dan berkata “makasih ya mas
imam. Nanti saya coba bicara lagi dengan ikannya dirumah”. Lalu si mbak naya
pergi.
.
“boleh juga itu cewek mam” kataku
“boleh apaan?” balas imam
“ya bolehlah dijadiin pasangan.
Gimana sih. Kamu kan masih jomblo juga” kataku
“orang kota memang kelakuannya. Baru
liat cewek cantik dikit. Bilang boleh juga” balas imam mengangkat bahu
“yaa gak papa kali. Siapa tau jodoh
kan” kataku meyakinkan
Ketika ingin kulanjutkan obrolan,
datang seorang ibu-ibu muda sedang menggendong anaknya.
“mas imam, ikan tunanya ada?” kata
si ibu
“wah lagi kosong bu” balas imam
“yaah, padahal anak saya mau ngobrol
sama ikan tuna loh” kata si ibu
“oh si adek mau ngobrol. Sama ikan
yang lain aja ya” balas imam. Segera dia ambil salah satu ikan dan mulailah
mengeluarkan suara perutnya yang membuat si anak yang tadinya cemberut menjadi
senyum dan akhirnya tertawa. Imam terus melakukan itu. beberapa kali juga si
imam menjelaskan ikan yang dijual dengan teori-teori yang tidak kupahami,
intinya soal per-ikan-an dan ke-laut-an. Jadi ini maksud dari ucapan bagas tadi
“liat saja nanti”. Walaupun di pojok, tapi banyak sekali pelanggan tetapnya,
satu-satunya pelanggan barunya adalah si mbak naya tadi. Semua yang tadi pasti
tau dan memanggil nama imam. Dan terbukti, ikan yang dibawa hari ini bisa
habis. Ini orang memang cerdas fikirku.
Segera kami bersiap-siap untuk
pulang.
“bang saya balik dulu ya” kata imam
kepada penjual ikan disampingnya
“tumben cepat amat mam” balas si
penjual ikan
“iya bang, hari ini Cuma nangkap
segitu aja” balas imam
“yaudah mam. Tapi pamit sama ikannya
dong” balas si penjual ikan menggodanya
Segera imam mengambil salah satu
ikan jualan si abang, lalu dia hadapkan ikan itu ke depan mukanya. “saya pulang
dulu ya ikan. Tenang saja, pembelimu sebentar lagi datang kok” kata imam
“iya mas imam. Hati-hati dijalan
yaa. Jangan lupa makan ganteng” kata imam menggunakan suara perutnya
Semua penjual ikan disitu kembali
tertawa lagi
“ikannya betina ini, masa aku
digodain sih bang” kata imam mengembalikan ikannya. Kembali riuh di lorong
ikan. Lalu imam tersenyum dan menundukkan kepala mengisyaratkan pamit pulang.
.
“kamu sering gitu ya mam” tanyaku
sambil berjalan
“iya”
“keren juga yaa. Jadi banyak
pembelinya” kataku
“itulah menyenangkan bertransaksi di
pasar tradisional ram. pasar itu bukan hanya sekedar, datang lalu membeli, dan
pulang. Pasar bagiku adalah ruang diskusi. Pasar bagiku ada ruang bercerita dan
bersenang-senang ram” jelas imam.
Ah sial, ternyata selain cerdas, dia
juga keren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar