ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU : PASAR YANG RIUH (EPS 10) - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Sabtu, 01 April 2023

ADZAN MAGHRIB YANG DITUNGGU : PASAR YANG RIUH (EPS 10)

“habis ini kemana kamu mam?”

“lanjut ke pasar ram?”

“dijual toh. Kirain untuk makan dirumah aja”

“ya sebagian dimakan, sebagiannya dijual. Ini banyak banget loh dit”

“yaa siapa tau mau makan ikan terus kan”

 


Kapal kami akhirnya sampai ke daratan. Dion segera melompat dari kapal dan dengan gembira dia berteriak “daratan, aku mencintaimu”. Dia terus berteriak dan menciumi pasir pantai. “gak usah lebay deh yon” balasku. “hei ram. Anda juga takut kan. Gak usah sok kuat” balas dion menatapku. Kuakui aku takut. Tapi kalau bersama imam, setidaknya ketakutanku berkurang 60%. Walaupun arahan dan instruksinya aneh dan menyebalkan juga tidak memberi kesan optimisme, tapi AKU yakin ia akan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan kami, walaupun tidak bertanggung jawab atas mualnya dion tadi malam.

“jadi pada mau balik semua ini?” Tanya imam

“saya ikut kamu ke pasar mam. Ada yang mau dibeli disana” balas bagas

“aku balik mam. Mau garap beberapa tanaman lagi di kebun” kata harry

“kamu dit?”

“aku mau balik juga, mau ngambil barang di kota” balas adit

“saya ikut ke pasar juga lah” balasku

“aku juga balik, mau ada kerjaan” kata dion

“ayoolah ikut ke pasar yon” kataku

“gak lah. Kau enak gak ada kerjaan, kita ini harus kerja tau” balas dion

Iya juga ya. Mereka semua kan kerja sedangkan aku tidak ada kerjaan, jadi kemana saja oke. Akhirnya kami pisah. Saya dan bagas ikut imam kepasar, sedangkan yang lainnya balik ke rumah untuk lanjut bekerja.

.

Pasar bagi sebagian orang adalah tempat untuk mendapat sesuatu yang dibutuhkan, tapi sebagian orang lagi menganggap pasar lebih dari itu. apalagi pasar tradisional. Di pasar kita mendapatkan sesuatu lebih dari barang belanjaan. Pertama, kita bisa berinteraksi dengan para penjual. Berbeda dengan pasar modern seperti supermarket, interaksi yang terjadi sangat minim sekali, kalaupun ada interaksi, pembeli hanya bertanya apakah produk yang ia cari ada apa tidak atau dimana tempat produk yang diinginkan. Kedua, kita mendapatkan skill tawar-menawar. Skill tawar-menawar adalah skill yang dibutuhkan dalam bertransaksi di pasar tradisional. Walaupun banyak juga orang yang memilih tidak melakukan tawar menawar. Skill tawar menawar ini seperti bawaan dari lahir bagi para ibu-ibu. Para ibu bila tawar menawar, seperti mahir sekali. “mas, saya beli empat ikat, jadinya sepuluh ribu ya” padahal satu ikatnya lima ribu. Dan kalau penjualnya tidak mau, para ibu-ibu akan pura-pura pergi dengan harapan penjual akan menurunkan harganya. Untuk penjual yang sudah pro bukan lagi amatiran, konsep itu sangat ia pahami, sehingga ia juga akan bermain peran dengan baik soal tawar menawar ini.

“lapakmu dimana mam?” tanyaku yang heran kenapa dari tadi kami tidak berhenti padahal banyak sekali lapak yang kosong belum terisi

“disana ram. Lorong ikan. Disini mah lorong khusus untuk sayuran. Gimana sih” balas imam menunjuk entah kemana

“oh iya. Baru sadar saya kalau semua isinya sayur disini” balasku memperhatikan sekitar, ternyata semua lapak yang kami lewati cuma berisi sayur-sayuran, lantai yang kami lewati juga terlihat kering, berbeda kalau di lapak jualan ikan ataupun ayam

“kelamaan di kota sih, jadi gak pernah masuk pasar lagi” balas bagas. Menyakitkan sekali pernyataan bagas ini. emang sih di kota dulu aku sangat jarang datang ke pasar, bukan karena aku punya uang banyak dan belanja di supermarket, tapi karena di kotaku kuliah, banyak lapak di komplek yang menjual sayur dan bahan makanan layaknya di pasar. Dan harganya tidak terlalu jauh beda, daripada harus mengeluarkan bensin untuk pergi ke pasar mending datang ke lapak-lapak itu saja. Toh barang-barang itu juga sama dengan barang-barang di pasar, di ambil dari petani langsung.

.

“nah disana tempatku” kata imam sambil menunjuk lapak yang berada dipojok.

“tempatmu di pojok, ada yang beli gak tuh. Tempatnya gak strategis banget” kataku

Bagas tersenyum dan berkata “nanti kamu liat aja. Aku pergi dulu ke lorong ayam dan daging. Mau beli sesuatu disitu”

Mulailah imam merapikan jualannya, menyiram-nyiram sedikit air ke ikannya. Dan mulailah dia berteriak “ikan segar ikan segar. Baru dipancing semalam, dipancing dengan hati yang tulus dan ikhlas.”. saya begitu kaget dengan teriakannya, ketika semua orang berteriak biasa, ia menambah embel-embel tulus, ikhlas dan juga cinta. Terlihat semua penjual ikan disitu tertawa. Satu penjual didekat imam berkata “mam, kali ini ikannya bisa bilang I Love You gak?” sambil tertawa

“bisa dong bang” balas imam.

Mereka semua tertawa

Beberapa menit kemudian, datang seorang mbak-mbak berumur sekitar 23an tahun dan temannya yang ingin membeli ikan di lapak imam. “mas, ikannya ini berapa” kata si mbak itu

“30 ribu mbak satu tumpuk begini” balas imam

“kurang lah mas” pinta si mbak itu

“maunya berapa mbak. Tapi ikan ini special loh mbak” balas imam

“lah kok bisa?” balas si mbak dengan wajah bingung

Imam segera mengangkat salah satu ikan dan menghadapkan ke muka si mbak, dan mulai memainkan mulut si ikan, dengan menggunakan suara perut, ia mengubah suaranya seolah ikan ini bicara “mbaknya cantik. I Love You”. Si mbaknya ketawa, begitu juga para penjual ikan yang berada disamping imam.

“ah masnya bisa aja sih” kata si mbak tersipu malu

“lahiya mbak. Spesial kan. Mana ada ikan yang bisa bilang I Love You. Mana ikannya bilang mbaknya cantik lagi. Kalau mbak makan ini ikan, mbak bisa kenyang lama” kata imam menjelaskan

“oh iya? Berapa lama emang mas?” Tanya si mbak

“ya bisalah dari pagi sampe siang mbak. Kalau masih tahan, bisa sampe malam” balas imam tersenyum. Semua penjual tertawa lagi

“yaelah mas. Kalau itu mah emang wajar. Coba bisa tahan tidak makan dua tiga hari kek” balas si mbak

“kalau itu mah gak usah makan ikan mbak”

“terus apa mas?”

“koma aja di rumah sakit” kata imam. Membuat seisi lorong ikan tertawa begitu juga dengan si mbak pembeli ikan ini

“yaudah mas, saya mau satu tumpuk ya” kata si mbak sambil menunjuk tumpukan ikan tersebut.

Segera imam mengambil salah satu ikan lagi dan menghadapkan ke muka si mbak, dan kembali menggunakan suara perut dan mengucapkan “terima kasih mbak. Mbaknya sudah cantik, baik dan manis lagi. Pasti pasangannya senang dan bahagia”

“yaah mas” kata si mbak yang menunjukkan ekspresi sedih

“lah kenapa mbak?” Tanya imam dengan suara kembali normal

“saya baru putus beberapa minggu yang lalu” kata si mbak

“Yaaaaaaahhhh” ucapan yang hampir serempak keluar dari beberapa penjual ikan.

Segera imam mengeluarkan suara perutnya lagi dan berkata “mbaknya jangan sedih. Masih banyak cowok lain di dunia ini. andai saya bukan ikan, saya mau kok jadi pacarmu mbak”.

Mbaknya tertawa lagi.

Setelah lama kupandangi si mbak ini, dia cantik juga mungkin cocok bila kujodohkan dengan imam. Segera aku menyambar pembicaraan mereka “mbak namanya siapa?” tanyaku

“saya naya mas” balas si mbak yang bernama naya

“oh mbak naya. Saya ramadhan, dipanggil rama. Kalau penjual ikan yang keren ini namanya imam” kataku sambil merangkul imam yang sibuk membungkus ikan milik si mbak naya

“ini mbak sudah” kata imam sambil menyodorkan plastic berisi ikan.

Segera mbak naya memberi uangnya. Setengah tersenyum mbak naya menundukkan kepalanya dan berkata “makasih ya mas imam. Nanti saya coba bicara lagi dengan ikannya dirumah”. Lalu si mbak naya pergi.

.

“boleh juga itu cewek mam” kataku

“boleh apaan?” balas imam

“ya bolehlah dijadiin pasangan. Gimana sih. Kamu kan masih jomblo juga” kataku

“orang kota memang kelakuannya. Baru liat cewek cantik dikit. Bilang boleh juga” balas imam mengangkat bahu

“yaa gak papa kali. Siapa tau jodoh kan” kataku meyakinkan

Ketika ingin kulanjutkan obrolan, datang seorang ibu-ibu muda sedang menggendong anaknya.

“mas imam, ikan tunanya ada?” kata si ibu

“wah lagi kosong bu” balas imam

“yaah, padahal anak saya mau ngobrol sama ikan tuna loh” kata si ibu

“oh si adek mau ngobrol. Sama ikan yang lain aja ya” balas imam. Segera dia ambil salah satu ikan dan mulailah mengeluarkan suara perutnya yang membuat si anak yang tadinya cemberut menjadi senyum dan akhirnya tertawa. Imam terus melakukan itu. beberapa kali juga si imam menjelaskan ikan yang dijual dengan teori-teori yang tidak kupahami, intinya soal per-ikan-an dan ke-laut-an. Jadi ini maksud dari ucapan bagas tadi “liat saja nanti”. Walaupun di pojok, tapi banyak sekali pelanggan tetapnya, satu-satunya pelanggan barunya adalah si mbak naya tadi. Semua yang tadi pasti tau dan memanggil nama imam. Dan terbukti, ikan yang dibawa hari ini bisa habis. Ini orang memang cerdas fikirku.

Segera kami bersiap-siap untuk pulang.

“bang saya balik dulu ya” kata imam kepada penjual ikan disampingnya

“tumben cepat amat mam” balas si penjual ikan

“iya bang, hari ini Cuma nangkap segitu aja” balas imam

“yaudah mam. Tapi pamit sama ikannya dong” balas si penjual ikan menggodanya

Segera imam mengambil salah satu ikan jualan si abang, lalu dia hadapkan ikan itu ke depan mukanya. “saya pulang dulu ya ikan. Tenang saja, pembelimu sebentar lagi datang kok” kata imam

“iya mas imam. Hati-hati dijalan yaa. Jangan lupa makan ganteng” kata imam menggunakan suara perutnya

Semua penjual ikan disitu kembali tertawa lagi

“ikannya betina ini, masa aku digodain sih bang” kata imam mengembalikan ikannya. Kembali riuh di lorong ikan. Lalu imam tersenyum dan menundukkan kepala mengisyaratkan pamit pulang.

.

“kamu sering gitu ya mam” tanyaku sambil berjalan

“iya”

“keren juga yaa. Jadi banyak pembelinya” kataku

“itulah menyenangkan bertransaksi di pasar tradisional ram. pasar itu bukan hanya sekedar, datang lalu membeli, dan pulang. Pasar bagiku adalah ruang diskusi. Pasar bagiku ada ruang bercerita dan bersenang-senang ram” jelas imam.

Ah sial, ternyata selain cerdas, dia juga keren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here