Sepertinya kekecewaan akan gagalnya piala dunia u-20 akan berlarut-larut. Bagaimana tidak, pembahasannya saja tidak berhenti-henti. Entah memang algoritma saya yang banyak terfokus pada sepak bola (karena lagi menunggu hasil akhir EPL dan UCL) atau memang media di Indonesia memang lagi menyorot kesana semua, bahkan media pribadi orang.
Membuka media
social menjadi membosankan, saya tentu kecewa dan merasa kasihan pada para
punggawa timnas, tapi benar kata beberapa orang, kita tidak bisa terus larut
dalam kekecewaan. Kita harus mencari solusi
Tambah
menjengkelkan lagi adalah muncul argument yang seperti menyudutkan umat islam,
walaupun tentu yang ingin mereka sudutkan adalah golongan tertentu. Saya juga
tidak ada niat untuk membela golongan tersebut, tapi argumentasinya malah
membuat mereka aneh menurutku. Mereka memaparkan data bahwa, pelatih palestina
itu orang Israel, atau kapten dari tim Israel itu seorang muslim. Bukankah dari
fakta dan data itu membuktikan bahwa Israel dan palestina bukan permasalahan
agama, malah kalau menggunakan fakta kapten Israel adalah seorang muslim, maka
harusnya para aktivis palestina (yang berdasar agama) tidak marah pada tim
Israel, karena si kapten muslim. Fakta dan data ini malah menunjukkan ini
adalah murni masalah kemanusiaan. Tidak ada bau agamanya.
Opini para
pengguna medsos sudah sangat tidak terkendali. Dari cocokologi soal politik,
agama dan masalah kemanusiaan, bahkan sampai ke hal-hal yang berbau mistis,
seperti “PSSI disuruh ziarah ke 135 kuburan korban kanjuruhan, mungkin punya
salah, makanya dapat karma ini”. Ya kalau mau dikaji secara ilmiah juga kan
memang ada kelalaian PSSI, juga panpel, dan petugas keamanan, dan yang paling
penting angin, memang angin keparat!!
Okelah kita
boleh bersedih, tapi saya berharap kesedihan ini tidak bertahan lama, karena
hidup dalam lingkaran kesedihan juga menyakitkan, mari bangkit bersama. kita
juga harus melihat dari berbagai sudut pandang, setidaknya melihat dari sudut
pandang yang banyak akan membuat kita lebih tenang dan bijaksana, saya sarankan
untuk nonton video podcast musyawarahnya najwa shihab. Beliau membahas secara
rapi dan tajam soal perdebatan Israel, palestina dan sepak bola, tidak sekedar
opini dan data abal-abal.
Jujur, kalau
saya mengambil hikmah dari kejadian ini adalah, mungkin memang Indonesia tidak
ditakdirkan ikut piala dunia lewat jalur tuan rumah. Kenapa begitu? Karena
selama Israel masih bisa mengikuti ajang sepak bola, maka mereka berpeluang
lolos, bahkan tidak hanya piala dunia kelompok umur, tapi piala dunia yang
senior sekalipun. Dan selama konstitusi masih ada dan sejarah keberpihakan akan
palestina tidak dilupakan, maka penolakan akan selalu ada, bahkan sampai kiamat
menjemput (andai kata palestina sampai kiamat masih dijajah oleh Israel).
Solusinya Cuma satu, masuk lewat jalur kualifikasi. Memang berat tapi bukan
berarti tidak mungkin. Berjuang dan terus berjuang, toh hidup manusia memang
seperti itu, dia harus terus berjuang. Dalam ajaran agama pun seperti itu, kita
harus terus berjuang. Tapi kalau kau tidak percaya agama, kau bisa mencari
banyak filsuf yang bicara soal berjuang terus, juga para motivator, bahkan
temanmu, kakakmu, adikmu, bapak dan ibumu mungkin juga pasanganmu semua
menyuruh terus berjuang, jangan putus asa.
Seharusnya kita
belajar ketika sepak bola Indonesia kemarin di banned fifa, tapi sialnya kita
tidak belajar. Maka ini pelajaran baru yang harus benar-benar diambil sebagai
pelajaran untuk maju kedepan. takdir kita bermain di piala dunia memang adalah jalur kualifikasi. Mari berdoa agar sepak bola Indonesia suatu hari
nanti entah kapan, mengangkat piala dunia. Mimpi aja dulu, kalau bermimpi saja
tidak berani, lalu apa lagi yang tersisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar