Semenjak rajin berkunjung ke timeline twitter, selalu saja nemu orang dengan pemikiran yang luar biasa. Baru-baru ini saya nemu pemikiran yang luar biasa lagi. Kali ini membahas soal islam, syariat islam dan Al-qur’an sebagai Kitab umat islam. Twitter kalau pemikirannya tidak luar biasa mah emang jangan disebut twitter deh
Jadi ada akun namanya kokokribow, ia menanggapi
salah satu akun twitter yang menuliskan seperti ini”polygamy is one of the reasons why the sharia in particular and islam
in general need a reformation, in my opinion”. Kokokribow membalas dengan
mengatakan “kalo ngomonginnya islam sih
se-quran-nya musti direvisi/tulis ulang”. Seperti kebanyakan postingan soal islam yang
kontroversi, pasti banyak argument balasannya. Akhirnya si akun ini saling
berbalasan lagi dengan orang lain, dan ujungnya saya nemu komen tweet paling
pamungkasnya, sebenarnya tweet ini yang membuat saya tau ada pembahasan luar
biasa ini, jadi si kokokribow ini bilang gini “bukan gw yang butuh islam untuk berubah. Kalau islam gak berubah juga
lama-lama bakal makin gak relevan dengan zaman dan makin ditinggalkan. We’ll
see”. Bayangkan kalau kamu membicarakan ini di public tanpa panggung, bisa
ramai banget pasti.
Yang jadi pertanyaan sebenarnya adalah islam mau
berubah dalam bentuk yang seperti apa? Kalau penafsiran yang direvisi saya
setuju, bahwa al-qur’an itu benar, tapi pikiran manusia itu beragam yang
menciptakan tafsiran-tafsiran tersebut. Tapi kalau Al-qur’an yang direvisi itu
ceritanya macam apa? Direvisi sesuai kebutuhan jaman? Direvisi sesuai dengan
golongan tertentu? Kalau kayak gitu mah bukan lagi firman Tuhan, tapi fatwa
para penganut.
Saya jadi berpikir gimana ya perubahan yang
diinginkan orang-orang terhadap islam? Misalnya yang sering dikritik adalah
poligami. Padahal jelas disitu ketentuannya yaitu harus adil, kalau tidak bisa
adil jangan. Pun kalau kita baca konteks ayat tersebut adalah pengangkatan
derajat wanita yang dulu seperti property yang diwariskan, bahkan seorang
lelaki bisa punya istri lebih dari sepuluh, sekarang dibatasi 4 dan bahkan
ditambah syarat adil. Atau mengizinkan perilaku lgbt dalam Qur’an karena kita
harus memanusiakan manusia? Atau gimana sih kadang-kadang bingung juga. Padahal islam dan Qur’an itu sudah lengkap
sebagai petunjuk hidup, tinggal bagaimana kita merepresentasikan dalam hidup
kita saja.
Sayangnya kita selalu bilang “itu Cuma cocokologi
aja”. Padahal cocokologi itu tidak ada salahnya juga, asalnya punya dasar
ilmiah dan agama yang jelas aja. Kalau kata pak fahruddin faiz, pengetahuan itu
bertaut, saling terhubung, mungkin dengan ilmu cocokologi lah kita menemukan
kebenaran tersebut.
Yang menarik lagi dari tweet tersebut adalah “…kalau islam gak berubah juga lama-lama
bakal makin tidak relevan dengan zaman dan makin ditinggalkan…”. Sebenarnya
islam sudah membuktikan kerelevannya dengan banyaknya orang yang konversi agama
ke islam di benua biru. Benua yang selalu dikatakan benua rasional. Bahkan di
amerika pun agama islam mengalami peningkatan. Kalau acuannya asia, takutnya
dianggap tidak pas, karena asia emang coraknya rada religious dibanding benua
biru dan amerika.
Tapi, dari tweet ini saya jadi ingat sebuah ayat
atau hadits atau apa gitu, saya lupa, yang mengatakan bahwa di akhir jaman
nanti islam akan menjadi asing, “islam datang dari ketasingan dan akan kembali
dalam keterasingan”, artinya mungkin memang kita sedang dalam fase akhir jaman
itu. ditambah lagi masyarakat dibuat malas mengkaji sesuatu secara mendalam,
padahal dalam islam segala firman Allah itu sangat relevan sekali. Saya jadi
ingat juga perkataan filsuf hegel yang saya dengar dari pak fahruddin faiz,
jadi gini “dunia ini akan berjalan ke arah yang lebih rasional”. Artinya dunia
itu akan mengikuti rasionalitas manusia
kebanyakan. apakah berarti islam akan tidak rasional? WallahuAlam. tapi bagi
saya islam akan terus rasional. Suara mayoritas itu tidak berarti benar, Cuma
mereka lebih banyak aja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar