Kenapa saya tidak memilih 02 atau 03? Setelah saya menulis alasan saya kenapa memilih anies, saya akan menjelaskan juga kenapa sayas tidak memilih 02 dan 03, walaupun tidak tau ini informasi yang penting atau tidak. Tapi seperti namanya, Ramadhan menulis, ya saya menulis sesuatu yang saya suka dan pikirkan aja. dan ini penjelasan saya secara menyeluruh, kalau mendetail, kapan-kapan kita diskusi aja biar lebih enak
Pertama, kenapa saya tidak pilih 03, ganjar dan
mahfud? Alasan paling mendasarnya adalah partainya. Bagi saya partainya tidak
cocok dengan cara saya berpikir, semua tindak tanduknya sangat menjengkelkan
bagi saya. Satu contohnya adalah ketika pemilu kali ini ganjar mengucapkan
kalimat “kami tidak ada potongan dictator, pelanggar ham dan beban masa lalu”
tujuan kalimat ini adalah untuk menyerang 02, prabowo sebagai yang sering
dituduh andil dalam pelanggaran HAM Indonesia. Kalimat itu sebenarnya pernah
digunakan jokowi ketika pemilu dulu, untuk menyerang pak prabowo juga 2014, dan
2019. Yang saya masalahkan adalah kenapa partai dan para petingginya membiarkan
dua kader partainya (walau yang satu gak jelas status kekaderannya) mengucapkan
itu, sedangkan dulu, 2009, ketumnya berpasangan dengan pak prabowo. Luar biasa
culas sekali, menggunakan HAM sebagai alat politiknya.
Partai inipun selalu melabeli dirinya sebagai partai
wong cilik, mendukung wong cilik, tapi ketika presiden, yang notabenenya masih
kadernya, dibiarkan mengeluarkan undang-undang yang memberatkan orang kecil,
dari UU ITE sampai omnibus law. Mereka senyap tak bersuara, padahal banyak wong
cilik yang terdesak. Apa produk dari UU ITE? Banyak aktivis yang akhirnya
terjerat kasus pencemaran nama baik, terbaru adalah aktivis lingkungan yang
mengkritik tambak illegal di karimun jawa.
Selanjutnya adalah perilaku ketumnya yang terlalu
berlebihan. Bagi saya banyak tindak tanduknya yang berlebihan,, seperti
mengatai orang pengajian, lalu mempertanyakan orang antri minyak, kan bisa
direbus sampai mempertanyakan kontribusi anak muda. Diperparah dengan
ucapan-ucapannya yang bisa diartikan merendahkan presiden. Saya tidak tertarik
punya presiden yang dipermainkan seperti kemarin. mereka ini oportunis sejati,
terbaru mereka melempem soal hak angket, padahal ganjar sendiri yang melempar
isu hak angket itu duluan. Konspirasinya ada kasusnya keluarga bu puan di
tangan presiden, yang membuatnya dalam bahaya kalau sampai membiarkan hak
angket itu lolos. Sekarang mereka seolah lepas tangan atas keculasan pak
presiden, kalian memang luar biasa sekali.
Kenapa tidak 02? Terlalu panjang kalau ingin
dijelasin. Program kerja yang tidak jelas, anti-intelektualis yang sangat
terasa, minim dialog, pengerahan narasi di medsos yang sangat tidak
mencerdaskan, dan Yang paling menjadi masalah adalah pelanggaran etik MK ketika
aturan baru itu terbit. kedua bantuan bansos yang terindikasi memberi dukungan,
kalaupun nanti tidak terbukti, bagi saya tidak segampng itu. pandji
pragiwaksono sering bilang, kalau memang mereka sedang main di wilayah abu-abu,
nanti kalau ditanyakan, tinggal bilang aja emang sudah dirancang, dianggarkan,
padahal ada bukti video zulhas dan airlangga yang tersebar. Inilah kenapa nepotisme
itu dilarang, bukan melarang orang untuk ikut pemilu, tapi bisa sangat terjadi
konflik kepentingan, yang mana menimbulkan kecurigaan. Bijaknya memang Gibran itu
kalau mau naik, tunggu periode depannya, bayangkan bapaknya masih menjabat dan
anaknya pengen naik, mana pasangannya adalah lawannya dulu. Gak masuk akal
nepotismenya.
Ada yang pernah dengan berita PSI mengkritik AHY dan
disebut politik dinasti? PSI ini gencar menolak politik dinasti, padahal waktu
itu SBY sudah tidak ada jabatan apa-apa, tapi PSI rajin mengucapkan politik
dinasti tersebut. Eh ndilalah sekarang menjadi batu pijakan untuk menopang para
pelaku politik dinasti, luar biasa partai berideologi jokowisme ini. ini juga
salah satu alasan saya tidak mau mendukung 02, karena ada PSI di dalamnya. Partai
bersimbol anak muda, yang mana ada muda selalu disimbolkan sebagai pemberontak,
sekarang malah beneran mengekor pada kekuasaan. Ya pada akhirnya parpol di Indonesia
memang bukan ingin menyebar ideologinya lewat pemerintahan, tapi memang pengen
dapat jabatan aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar