Sebagai orang yang lahir dan besar di papua, sepak bola menjadi olahraga yang paling ngena bagi anak muda di papua, begitupula dengan saya. dibanding olahraga lain, sepakbola benar-benar menjadi permainan yang menyenangkan. apalagi ketika saya tinggal di papua, sepak bola papua sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, seperti Persipura, Persiwa, persiram sampai persidafon, tapi pada akhirnya masyarakat lebih mengenal Persipura jayapura
ngenal tim bola itu awalnya karena bersentuhan dengan playstation. Tahun pastinya saya lupa kapan, intinya ketika bermain playstation itulah saya tau ada yang namanya Milan, Real Madrid, Barcelona, Liverpool dll. Tulisan yang lalu saya menjelaskan kenapa saya menjatuhkan hati ke arsenal, kali ini saya ingin menceritakan bagaimana saya akhirnya memilih inter Milan menjadi jagoan saya kala itu, beserta lika-likunya.
Seperti saya tuliskan, bahwa persentuhan pertama
dengan club sepak bola adalah playstation, maka saya butuh tim yang kuat untuk
menang dari lawan saya ketika bermain PS. Waktu itu liga serie A yang paling
bergengsi di lingkaran pertemanan saya, antara Milan, juventus, inter, atau
laliga, walaupun Cuma dua yaitu Madrid dan Barcelona. Sebagai player yang mengandalkan
‘kata orang ini jago”, seingat saya, dulu real Madrid adalah peganganku. ada Ronaldo,
Roberto carlos, luis figo, zidane, dan salah satu pemain yang saya ingat
banget, Raul. Walaupun kalau dibanding Ronaldo, atau zidane, nama raul hari ini
tidak terlalu kedengaran, tapi waktu itu raul adalah pemain yang menempel juga
bagi saya, selain karena jago, saya suka namanya, keren. Terlihat lucu memang,
tapi waktu itu, alasan saya menjagokan raul memang itu.
Walaupun saya menjagokan Madrid, tidak setiap saat
saya memakai tim itu, beberapa teman juga menjagokan Madrid, sehingga kami
ganti-gantian memakainya. Tapi tetap saya lumayan hafal para pemain real Madrid
era itu, seperti Ronaldo, owen, raul, lalu lanjut ke era van nisterooy, Haji
guti (bercandaan anak jaman dulu), sneijer, robinho, dan yang saya ingat banget
juga adalah salgado. Kenapa salgado? Ya lagi-lagi karena namanya. Kenapa soal
nama mulu ya. Tapi ini beneran, salgado menjadi melengket di benak saya karena
kalau lagi baca nama salgado di layar, yang teringat di kepala saya adalah
karakter Gado di game Bloody Roar. Mungkin Cuma anak game yang tau Bloody Roar ini,
game fighting yang karakternya bisa berubah jadi hewan gitu, ada yang jadi
kelinci, bunglon, harimau sampai jadi singa. Nah karakter Gado ini bisa berubah
menjadi singa, dan menjadi karakter yang kuat, bisa dibilang bos terakhir juga.
Jadi ketika membaca nama salgado, asosiasi di kepala saya menuju karakter Gado
ini, ntah juga kenapa. Dan karena itulah salgado ini selalu menjadi starting
yang saya pakai ketika menggunakan Real Madrid. Aneh bin ajaib memang.
Dari situ, saya sempet menjagokan real Madrid,
apalagi dengar obrolan teman, lalu berita di tv Madrid adalah raksasa luar
biasa, monster UCL, monster pula di laliga, dan di panggil los galacticos.. Tapi
karena masih kecil, saya tidak pernah sekalipun menonton pertandingannya, cuma melihat
highlight di televisi. Keadaan itulah yang membuat saya tidak terlalu mendalam
dengan real Madrid, hanya sebatas jagoan di game Winning Eleven.
Menggunakan Real Madrid yang bertabur bintang, tidak
membuat saya menang bermain PS, teman-teman saya lebih mahir dan berkali-kali
membungkam Madrid yang saya gunakan. Dari situ saya pikir, butuh tim yang kuat
dan bisa mengalahkan teman-teman yang jago ini, maka proses hunting tim itu
terjadi. Akhirnya ketemulah dengan tim Inter Milan. Tim yang jago di serie A,
ya walaupun tidak hebat-hebat banget juga, apalagi di kancah eropa.
Tidak hanya saya, tapi banyak orang yang mengakui
juga bahwa Inter Milan ketika memiliki pemain seperti Adriano adalah pemain
luar biasa. Body balance, kecepatan, dan kekuatan tendangan benar-benar menjadi
andalan kala itu. dari orang yang “kata orang ini jago”, saya berevolusi
menjadi player yang “hanya mempercayai kecepatan dan body balance”. Passing bola
terus sampai ke Adriano, dan bola dibawa lari sampai kedepan, dan ditendang,
kemungkinan goalnya sangat tinggi. Tekan X sampai ke kaki Adriano, setelah itu
tekan R1 ke arah gawang, depan gawang tekan Kotak, duar goal.
Tapi tidak hanya
Adriano saja, pemain-pemain lain juga terasa sangat kuat kala itu,
terbukti dari beberapa kali saya bisa mengalahkan teman-teman saya ketika
bermain, walaupun tidak selalu, tapi persentasi kemenangan saya naik lumayan
tinggi. Pemain belakang misalnya, dulu ada chivu, Lucio, Samuel, Ivan Cordoba,
Materazzi, Javier Zanetti, maxwell sampai Maicon. Lalu pemain tengah ada
cambiasso, stankovic, muntari, sneijer, recoba, figo, dan di depannya pernah
ada ibrahimovic, Crespo, Cruz, Ribas, Balotteli, Adriano, Samuel Eto’o, Pandev
sampai ke Diego Milito yang menjadi jagoan saya juga.
Dari kondisi persentase kemenangan naik, lalu
familiar dan nyaman menggunakan Inter Milan ketika bermain, itulah yang membuat
saya jatuh hati dengan Inter Milan. Apalagi waktu itu saya sudah lebih besar
dan dewasa. Selain senang karena jago di PS, saya mulai menunggu info-info
tentang transfer pemain, menonton highlight di televisi ketika pagi, siang dan
malam, bahkan beberapa kali berhasil menonton pertandingannya secara penuh. Menonton
pertadingan secara penuh adalah sebuah hal yang special bagi saya kala itu. kami
punya televisi, tapi bukan televisi yang bagus, sehingga banyak channel yang
tidak ada. bahkan saya dan saudara sering menekan tombol semacam tombol refresh
kalau di computer, untuk refresh channel televisi. dulu kami sangat ingin
mendapat channel global tv yang berisi acara kartun, sehingga rajin menekan
tombol refresh tersebut. Pernah sekali kami dapat global tv, saya dan saudara
sangat senang sekali, tapi sialnya sering tiba-tiba hilang. Yang membuat kami
sangat ngotot sebenarnya karena beberapa teman sudah menggunakan tv kabel atau antenna
parabola yang bisa lebih banyak menangkap channel televisi. Ditambah lagi bapak
dan ibu saya selalu marah kalau menonton lewat dari jam sebelas malam, walaupun
suara sudah di kecilin sekalipun tetap saja mereka tau, sehingga saya lebih
memilih tidur.
Beberapa cerita orang yang mencintai sepak bola
banyak dipengaruhi oleh bapaknya, biasanya karena bapaknya mengajak nonton
bareng timnya. Bapak saya juga suka bola, tapi bukan orang yang sangat antusias
dengan bola, kalau ada ditonton, kalau tidak ada yaudah. Bukan tipe orang yang
mencari dan menunggu. Apalagi untuk menonton club bola, beliau lebih tau soal
pertandingan antar Negara. Sehingga tidak ada momen yang luar biasa dengan
bapak soal menonton sepak bola.
Salah satu pertandingan yang sangat saya ingat dari
Inter Milan adalah ketika melawan Tottenham. Dan moment yang paling membuat saya
wow sebenarnya bukan pemain inter, tapi pemain dari tottenham, gareth bale. Saya
ingat betul bagaimana dia melakukan sprint yang super kencang yang mengalahkan
semua pemain-pemain inter Milan. Aneh memang, tapi itulah ingatan masa saya
dulu nonton pertandingan inter.
Setelah pertandingan itu, saya sudah tidak pernah
nonton lagi, karena harus pindah ke jogja untuk sekolah pesantren di Muallimin.
Di asrama saya dapat info ya dari Koran-koran yang di tempel di madding madrasah.
Ada teman yang sama juga interisti, dan beberapa kali mengajak saya untuk pergi
nobar, tapi untuk pergi nobar itu punya resiko yang tinggi, jadi tidak pernah
saya turuti ajakan itu. setelah 3 tahun berasrama, barulah saya kembali bisa
mengakses televisi, internet, dan sejenisnya dengan mudah, sehingga bisa
menonton pertandingan dan menunggu setiap perkembangan inter Milan.
Saya mengikuti inter Milan dari jago, lalu sempat
turun hingga akhir-akhir ini kembali naik lagi. Salah satu yang mengesankan
adalah ketika Inter Milan tembus sampai babak final UCL musim lalu melawan Manchester
City. Walaupun kalah dan Inter Milan disebut beruntung karena bagan pertandingannya
yang tidak susah, tapi tetap inter bisa sampai final adalah pencapaian yang
luar biasa. Toh, di final, inter memberi perlawanan yang luar biasa, dan
Manchester City yang waktu itu sangat Overpower, yang biasa mengalahkan tim
dengan skor besar, kali itu bisa ditahan oleh Inter Milan dan menang hanya
dengan satu goal, dari Rodri. Walaupun kalah dan lumayan sakit hati, saya
merasa tidak apa-apa, karena akhirnya pep guardiola bersama anak asuhnya
berhasil mendapat gelar UCL untuk pertama kalinya di Manchester City. Saya penggemar
Pep Guardiola juga soalnya. Hehehe
Dan musim ini, inter berhasil mendapat gelar serie A, Scudetto, dan mendapat bintang 2. Pencapaian yang luar biasa. Semoga bisa dipertahankan di musim yang baru, dan mendapat gelar yang bergengsi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar