Lagi rame di Twitter/X soal pembakaran buku Najwa Shihab dan serangan membabi buta terhadap beliau. serangan ini terlalu terlihat masif dan terorganisir, sehingga susah untuk tidak suudzon. saya sebenarnya tidak mau suudzon dengan menuduh mereka BuzzeRp, tapi kalau saya husnudzon dan menganggap mereka akun asli milik perorangan, saya jadi ingin berteriak "BANGSAAAAT, GOBLLOOOOKK, TOLLLOOOLLL!'
Yang
paling wadidaw adalah mereka coba membandingkan mba nana dengan seorang artis
penuh kontroversi, Nikm*r. Bagaimana emosi saya tidak meledak, ada orang dengan
sadar komentar seperti ini "mending nikm*r dibanding najwa shihab si
keturunan yaman". udah tololll, rasis pula.
saya
tidak peduli dengan nikm*r, mau lu suka kek, cinta mati kek, fans garis keras
kek, karena toh saya pun tidak mengikuti satupun kehidupan artis, tapi
membandingnya dengan najwa shihab yang bertahun-tahun bergerak lewat jurnalistiknya
untuk memperbaiki negara ini, bahkan sebelum nikm*r terkenal, adalah sebuah
sesat pikir yang berbahaya.
satu
yang paling fenomenal adalah najwa shihab yang "Grebek" penjara para
koruptor, salah satunya setnov. mungkin kita tak pernah tau bagaimana mewahnya
penjara para koruptor kalau mba nana tidak melakukan investigasi tersebut. dan
mungkin begitu banyak aksi beliau dalam mengulik kekacauan negara ini beserta
pengelola dan pejabatnya
saya
sebenarnya tidak mau membela mba nana, toh beliau bahkan lebih kuat dari
orang-orang seperti saya yang membelanya di media digital. bayangkan saja, di
acaranya sendiri, beliau dimarahi sambil ditanya "kontribusi buat negara
apa" oleh seorang raja terakhir pemerintahan, Bpk Luhut. bukannya ciut,
berhenti dan tobat, mba nana malah makin menggila.
ada
satu akun tiktok yang lumayan rajin menyenggol mba nana, orang yang juga
dikuliti soal keterlibatan si akun ini dalam permasalahan rohingya. mungkin
pengen balas, tapi bingung seperti apa. tapi kontennya cukup berbahaya bagi
para pengguna tiktok, karena sering kali tidak berdasar, ditambah para pengguna
tiktokpun tidak mau mencari tau lebih dalam kebenaran informasinya.
dalam
sebuah acara mba nana menyebutkan "Kill the messenger", bunuh si
pembawa pesan. artinya adalah para buzzeRp ini ingin "membunuh" para
pembawa pesan agar tidak dapat berbicara dan dapat kepercayaan lagi, karena
karakternya "dibunuh". saya jadi ingat ketika pemilu kemarin, ketika
banyak yang menyerang kinerja jokowi soal hak bersuara dan demokrasi, lalu ada
akun nyamber "emang ada orang yang hilang, ada orang yang mati karena
bersuara? tidak ada kan!"
Emang
betul tidak ada yang hilang atau mati, tapi pembunuhan karakter, adalah jalan
yang lebih berbahaya. apapun dicari celahnya, dari kisah masa lalu sampai
masalah rasisme. bayangkan kamu berbicara sesuatu yang benar tapi orang akan
langsung bilang "ah kamu kan bukan orang indo. ah kamu kan keturunan arab.
ah kamu dulu kan sering bolos kuliah. ah kamu dulu kan pernah selingkuh"
hingga akhirnya omonganmu tidak didengar. itu lebih berbahaya, dan ini yang
sedang dilakukan ke mba najwa shihab.
mereka
terus menggempur akun mba nana dengan komentar yang sangat tidak argumentatif
dan jelas. akhirnya ketika ada orang asli yang mengunjungi akun mba nana,
langsung keusik dengan isi komentar yang menyudutkan mba nana dengan komen
negatif mereka. akhirnya para akun asli jadi mikir "apa iya ya? jangan
benar lagi mba nana keturunan yaman yang tidak nasionalis? jangan-jangan mba
nana sakit hati lagi karena tidak dipilih menteri?" dan semua
keragu-raguan itu.
lagian, aneh banget masyarakat digital hari ini, nyari kebenaran kok di kolom komentar
itu loh. saya punya salah satu prinsip dalam bermedsos "kalau mau sehat
dalam bermedsos adalah dengan tidak membaca komentar. kemungkinan bapernya
dikit, paling cuma ke kontennya kalau menyinggung". kalau mau lebih sehat
lagi ya, gak usah medsos sekalian, walaupun pasti susah banget di era sekarang.
"Kill
the messenger" itu bergerak sangat gila-gilaan. kritik dikit dicap
sipaling kritis, anak abah, tidak nasionalis yang paling wadidaw ya gerakan
"kuliah tidak penting". saya kuliah, tapi yang tidak kuliah pun
keren, bahkan mungkin banyak orang yang tidak kuliah lebih keren daripada saya,
tapi isu "kuliah tidak penting" terlalu wadidaw untuk dinaikkan. yang
paling preketek tuktuktaktak wadadawawaw adalah waktu ada mahasiswa demo nulis kira-kira
seperti ini "kuliah tidak untuk orang miskin". seketika, beberapa orang ngamuk dan buat konten tandingan, padahal itu sebuah kalimat satire, tidak bermaksud mengatakan orang miskin dilarang sekolah. harusnya pake logika dasar aja masuk kok, mana mungkin sih ada mahasiswa yang lagi turun demonstrasi, dengan sadar membawa banner bertuliskan seperti itu. sudah melanggar hak asasi itu mah.
yang
paling berbahaya dari konten pembakaran buku najwa shihab dan penyerangan
digital ini adalah muncul gerakan anti-intelektual. orang tidak mau sekolah,
tidak mau kuliah padahal punya kesempatan lebih, membubarkan diskusi,
mengintimidasi para pembicara sampai pemuka agama, dan yang parah juga adalah
membakar buku.
harus
diingat, bahwa masa ke-emas-an islam dulu, yang dibanggakan oleh umat islam
di seluruh dunia, salah satu dasar penopangnya adalah intelektual. mereka
belajar, mereka menalar, mereka menulis, mereka berdiskusi, dan mereka berdebat
tanpa takut apapun. lah sekarang menyebut nama negara sendiri aja diganti
dengan "konoha", "wakanda" dalam sebutan lainnya.
saya
tidak bilang kalian harus baca buku, harus kuliah dan sebagainya, saya juga
paham kok ada orang yang tidak punya kesempatan untuk kuliah, tidak punya waktu
untuk baca buku, tapi gak perlu ada aksi untuk membenturkan dua kondisi ini,
orang kuliah dan tidak kuliah, orang suka baca dan tidak suka, dsb.
anti-intelektualis
itu berbahaya bukan hanya terbentuk dari imajinasi para ilmuan tapi sudah ada
bukti nyatanya, era kegelapan, dark agenya eropa adalah bukti bagaimana
anti-intelektualis bisa memporak-porandakan sebuah benua yang hari ini disebut
paling maju. kita yang tidak pernah membaca atau mendengar sejarah mungkin akan
heran kalau mengetahui bahwa benua biru, eropa yang masyhur hari ini
pernah punya ketundukan murni pada otoritas keagamaan, bahkan untuk sesuatu
yang benar pun dikendalikan.
terbukti,
eropanya anjlok, siapa yang maju? ya islam dengan kegilaan akan ilmu
pengetahuannya. rasa lapar akan ilmu pengetahuan para ilmuan di jaman itu
membuat islam mencapai puncaknya, semua orang berdatangan untuk belajar, bahkan
beberapa orang eropa datang untuk belajar ke islam. sesuatu yang hari ini mungkin tidak
terpikir oleh kita. yang ada hari ini, ya orang eropa datang ke negara islam,
untuk cari uang, minyak, dan sumber daya alam lainnya.
kalau
bahas "Kill The Messenger", jadi ingat cerita seorang filsuf ternama, socrates. socrates adalah seorang filsuf yang membicarakan kebenaran dan rasionalitas yang akhirnya
dibunuh, beneran dibunuh, diambil nyawanya bukan "dibunuh" dalam arti
dirusak karakternya. dibunuh karena "terlalu berisik" membicarakan
ide-idenya dan katanya merusak pikiran anak muda.
socrates
akhirnya dihukum meminum racun. tidak hanya socrates, banyak orang yang
akhirnya harus mati untuk sebuah kebenaran, galileo, Hypatia bahkan sampai
al-hallaj. orang yang mati untuk sebuah kebenaran. "Kill the
messenger" dalam arti sebenarnya dibunuh.
tapi
orang seperti socrates, hypatia, al- hallaj, bahkan mungkin munir, widji thukul
sampai najwa shihab adalah orang-orang yang tidak takut mati. Mungkin terlalu
dilebihkan, kemungkinan mereka takut juga akan kematian, tapi kalau disuruh
minum racun atau tetap hidup tapi berbohong, mereka lebih memilih meneguk racun.
kematian
atas kebenaran itu membuat mereka tetap hidup, setidak dalam pikiran-pikiran
anak muda yang mau bergerak. apakah setelah socrates mati, orang-orang yunani
berhenti berpikir rasional? malah muncul dua orang yang sama
"berbahayanya" bagi cara pikir masyarakat yunani kala itu, Plato dan
Aristoteles. ide-ide aristoteles malah yang membangkitkan era keemasan islam di
jaman itu.
apakah
setelah hypatia mati, orang jadi malas belajar ilmu pengetahuan? apakah setelah
munir mati, orang jadi takut bersuara soal kebenaran? apakah setelah widji
thukul hilang, orang jadi takut membuat puisi dan sajak perlawanan? semua
kondisi ini tidak membuat masyarakat berhenti, malah makin berisik. jadi ingat
kata-kata tan malaka "Ingatlah, bahwa dari dalam kubur suara saya akan
lebih keras daripada daripada diatas bumi" dan terbukti, ide dan gagasan
beliau soal pola pikir sampai bentuk negara masih terus bergeliat masuk ke
pikiran anak muda hari ini
saya
berharap si pembakar buku itu bukanlah fans one piece. bayangkan saja, kalau
dia fans one piece, lalu dia sedih bahkan sampai menangis ketika cerita
flashbacknya Nico Robin tapi dia membakar buku di dunia nyata. betapa jahatnya
dia terhadap rasa sedih dan mungkin air matanya yang jatuh kalau ternyata di
dunia nyata kelakuannya sama dengan kelakuan para angkatan laut, CP9 dan
pemerintah dunia one piece yang membakar buku dan melarang orang meneliti. para orang
jahat yang buat Nico Robin lebih baik mati.
Nico
Robin adalah salah satu kondisi "Kill The Messenger", sebagai salah
satu orang yang bisa membaca Poneglygh, tentu Nico Robin adalah pembawa pesan
kepada seluruh dunia. sebuah rahasia dunia, yang tidak ada yang tau, dan
rahasia itu katanya bisa mengguncang dunia. pada akhirnya Nico robin harus
dibunuh karena bisa membaca dan mengetahui rahasia itu.
salah
satu cara "kill the messenger" ke Nico Robin adalah dengan mengancam
keselamatan teman-temannya. akhirnya Nico Robin lebih memilih "berkhianat"
untuk menyelamatkan teman-temannya. walaupun pada akhirnya orang keras kepala
seperti Monkey D. Luffy dan para nakamanya tetap menerobos masuk untuk
menyelamatkan Nico Robin.
silahkan berdiskusi ataupun berdebat di media digital, tapi tolong dengan landasan ilmiah yang benar, apalagi kalau yang dibahas memang adalah sesuatu yang ilmiah dan faktual. kecuali kamu membahas soal enakan bubur diaduk atau tidak. Ingat, membunuh si pembawa pesan tidak membuat otomatis pesannya hilang begitu saja! Mari membaca buku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar