Peringkat FIFA hanya kesenangan yang semu - (Jurnal Menikmati Sepakbola #05) - Melawan Semesta

Membaca adalah cara kita memahami kehidupan, Menulis adalah cara kita menikmati perjalanan, dan Berdiskusi adalah cara kita mengerti arti persimpangan. Hitam Putih Kehidupan insan manusia dalam pencarian!

Breaking

Sabtu, 23 November 2024

Peringkat FIFA hanya kesenangan yang semu - (Jurnal Menikmati Sepakbola #05)

Kemenangan atas Arab Saudi dalam lanjutan kualifikasi piala dunia zona asia untuk piala dunia 2026 di amerika serikat adalah pencapaian yang luar biasa dari timnas Indonesia kita. Kemenangan tersebut memastikan Indonesia masih punya asa untuk tembus piala dunia 2026 nanti.

Sebagai tim dengan peringkat fifa yang terlampaui jauh, mengalahkan arab Saudi adalah hal yang sangat luar biasa, kita terpaut 60-70an peringkat, peringkat itu sangat jauh diatas. Tapi apa yang tidak mungkin, ketika arab Saudi di piala dunia 2022 lalu, mereka pun berhasil mengalahkan timnas argentina yang kala itu juara dunia, dengan rangking fifa yang terpaut jauh juga. Artinya timnas Indonesia kita sudah sangat berkembang pesat.


Mengulas sedikit permainan kemarin-kemarin, sangat terlihat begitu kokohnya pertahanan Indonesia ketika coba digempur dengan serangan dari timnas arab. Tapi kalau dari kacamata awam saya, serangan arab sangat tidak terorganisir, arahnya tidak jelas.

Waktu menonton, saya berdiskusi dengan teman, saya bilang “beda jauh banget permainan arab dan jepang, jepang dari kemarin terus mencoba menusuk dari tengah, sedangkan arab, malah melebar dan crossing mulu”. Entah kacamata saya yang kureng atau gimana, tapi saya melihat bagaimana tidak bisa jebolnya pertahanan Indonesia dari tengah, akhirnya arab berusaha untuk menjebol lewat samping, dengan crossing

Apa yang diharapkan dari skema gol (crossing) yang kemungkinan golnya Cuma 50 : 50, teman yang nendang harus jago, dan teman yang mau nyundul juga harus pintar cari posisi. Sayangnya bek Indonesia tidak secupu itu untuk kalah dalam duel udara. Setidaknya pertahanan kita dididik langsung dari tanah biru, eropa.

Kalau mau sombong, bek kita, bang jay, adalah pemain yang gontok-gontokan dalam kotak pinalti dengan pemain sekelas thuram, lautaro, dan beberapa pemain kelas tinggi dari Milan dan juventus nantinya.

Ketika menit 70an, salah satu teman bilang ketika kami nonton, “harus hati-hati ini, kalau tidak bisa di comeback, malah seri lagi”. Saya langsung nyamber aja “mana bisa, pemain arab aja susah kok masuk kotak pinalti kita”. Kalau yang nonton pasti tau bagaimana susahnya mereka menembus ke dalam, entah karena strategi atau memang visi mereka kurang.

Ada teman yang nyahut “benar juga, Cuma bolanya yang masuk kotak pinalti, karena crossing-crossing”, Nah itu dia. Dengan pertahanan sekokoh itu, menjebol lewat crossing memang pilihan, tapi crossingnya juga terlalu asal-asalan.

Makanya waktu udah 2 gol, dan menit masuk 70an, saya pikir timnas sudah pasti menang, kalaupun kebobolan pasti Cuma 1, eh malah gak kebobolan sampai akhir.

Kalau berbicara soal rangking fifa seperti di awal tadi, pada dasarnya, ketika melihat komposisi pemain kita yang banyak merumput di eropa, bahkan kebanyakan mereka memang didikan akademi disana, harusnya rangking fifa kita tidak berada di posisi 120-130, untuk membuat kita tidak jumawa, setidaknya rangking fifa kita berada di angka 60-80. Itu angka yang wajar untuk komposisi pemain seperti ini. apalagi kalau isu pemain yang mau bergabung beneran terealisasi, akan menambah kekuatan Indonesia.

Timnas Indonesia, dibanding timnas di asia termasuk kuat, apalagi di tingkat asean. Bayangkan saja, kita punya pemain yang sekarang main di UEL yaitu mess hilgers, lalu ada pemain yang musim lalu main di UCL, yaitu kevin diks, ada pemain yang main di liga tertinggi italia, serie-A, bang jay Idzes, dan beberapa banyak pemain yang main di liga top belanda. Artinya, walaupun secara kemampuan, menjadi pemain ring 2-3 di eropa, tapi mereka sudah merasakan bagaimana gontok-gontokannya liga besar. Kalaupun kemampuan tidak sehebat pemain top, setidaknya pengalaman mereka berada di liga yang tingkatnya jauh diatas liga-liga asia apalagi asean adalah bekal yang berharga.

Belum lagi pelatihan yang pastinya lebih modern, canggih dan berpengalaman tinggi, ketika itu di eropa, kalaupun beberapa dari pemain timnas jarang dapat menit bermain, tapi ikut latihan, mempelajari bagaimana orang-orang di sana bermain, sudah jadi modal yang luar biasa. Makanya peringkat 120-130 yang kita tempati hari ini, bukanlah tempat kita,

Rangking 120-130 yang Indonesia tempati hari ini adalah perjalanan Indonesia yang naik pelan-pelan dari peringkat yang lebih rendah lagi. Tapi apalah arti sebuah peringkat, kalau permain kita menghasil sesuatu yang baik, maka peringkat tidak ada gunanya. Malah dengan peringkat yang rendah seperti ini, banyak tim yang meremehkan, dan akhirnya mereka sadar bahwa yang mereka lawan bukanlah tim yang mereka ekspektasikan lemah tadi.

Semoga Timnas Indonesia melangkah jauh di kualifikasi ini, dan bisa masuk dalam piala dunia 2026 nanti, amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here